"Dasar otak udang, apa kau meninggalkan mata dan otakmu di rumah?! Jelas jika aku lebih dulu mengantri daripada kau."
Kejutan melintas di wajah Lamina begitu mendengar umpatan serta suara tinggi milik Bianca bergema dijalanan tepat didepan toko makanan penutup.
Helaan nafas lolos dari bibirnya ketika melihat Bianca, dengan berang berdiri seraya menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Menyorot tajam kearah dua pasang gadis muda lain yang berpakaian tampak seperti nona bangsawan.
Ini baru beberapa menit..
Lamina menghela nafas dengan berat, mengingat jika Bianca telah terlibat perkelahian hanya dalam waktu singkat setelah gadis itu meninggalkan sisinya.
Meski ia telah mengetahui dengan baik sikap nona muda keluarga yang ia layani, namun itu masih membuatnya cukup kewalahan. Mendengarkan sederet umpatan Bianca yang tidak sesuai dengan statusnya.
Dengusan ringan lolos dari bibirnya.
"Ayo pergi menghampirinya Lily."
Ajak Lamina lalu berjalan mendekat.
Namun hanya dalam tiga langkah, Lamina kembali berhenti. Dan langsung menoleh kebelakang begitu menyadari panggilannya sama sekali tidak mendapat tanggapan.
Wajahnya seketika berubah buruk ketika melihat tidak ada siapapun dibelakang tubuhnya.
Menyaksikan ketidak hadiran Liliana disisinya, perasaan cemas mulai menjalar memenuhi dirinya. Teringat akan bagaimana berharganya gadis itu, bahkan hingga membuat kapten Asher sendiri turun tangan memberinya perintah untuk menjaga Liliana.
Dengan panik Lamina mulai bergerak mencari keberadaan Liliana, dengan fokus yang cukup terpecah melihat Bianca yang masih terlibat pertengkaran didepan sana.
Pada akhirnya Lamina tidak bisa lagi menunggu lebih lama, dan berlari kearah bianca dengan langkah lebar.
Wajahnya tampak penuh kecemasan dan keringat dingin.
"Astaga! Benar benar seorang gadis yang tidak berpendidikan, lihatlah bagaimana caranya berbicara?"
Seorang nona muda dengan sebuah topi di kepalanya mencibir tingkah Bianca dengan terang terangan, menatap dengan penuh menghina kearah bianca.
"Tidak mengherankan, menyaksikan tingkahnya. Sepertinya dia memang berasal dari kalangan rakyat jelata, benar-benar keluarga yang sial untuk memiliki gadis sepertinya sebagai anggota keluarga." Timpal satu nona lain yang memegang kipas.
"Oh benarkah? Lalu bagaimana denganmu? Bahkan gaun dan juga perhiasan mewah yang kau kenakan terlihat sangat murahan di tubuhmu, seperti kau bukanlah terlahir dari keluarga bangsawan." Bianca menimpali dengan senyum mencela.
"Apa?!"
"Beraninya kau!"
Dan seperti apa yang ia perkirakan, dua nona muda itu mulai mengamuk dan menatap berang kearah Bianca.
Jelas merupakan sebuah penghinaan besar bagi seorang nona muda bangsawan di ibukota, ketika seseorang mempertanyakan darah ataupun garis keturunan yang mereka miliki.
Ditambah untuk dua nona muda yang sama sekali tidak mengetahui identitas Bianca, dan menganggapnya sebagai rakyat biasa. Jelas ucapan tajamnya menginjak harga diri keduanya yang memiliki pandangan jika para bangsawan adalah kelompok orang yang lebih berbudaya daripada rakyat kerajaan biasa.
Pertengkaran keduanya disaksikan begitu banyak orang dari berbagai kalangan, melihat wajah tak sedap dipandang kedua gadis itu dihadapan Bianca.
"Kenapa aku harus takut padamu? Kau juga mendengar apa yang kukatakan dengan baik, oh apakah kau juga meninggalkan telingamu dirumah bersama dengan otak dan juga matamu? Ckck, sayang sekali. Kau benar benar tidak beruntung hari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
FIELD OF DAISIES
Fantasy"Kehadirannya membawa antara dua kemungkinan, jika bukan sebagai pertanda diberkatinya kerajaan maka itu merupakan sebuah tanda kehancuran." "Sembunyikan dia dari keramaian dunia, jangan biarkan dunia tahu keberadaannya!" ___________________________...