Bab 49. Dua Suasana

1.3K 120 16
                                    

Jangan percaya jadwal update yang diberikan author, hhe


Happy reading 。・ω・。♡



*****


"Tuan.."

Jemari tangan lentik dengan pergelangan tangan yang kecil dan halus itu terulur, dengan sedikit getaran pada ujung jarinya.

"Kumohon ambillah!"

Nielsen dengan raut wajah tenang melihat kedua tangan putih itu terulur kearahnya, menyerahkan sebuah surat dengan pita berwarna putih tulang. Yang tampak dibungkus dengan sangat rapi dan cantik.

Tidak ada perubahan pada sorot mata Nielsen ketika melihat surat, bahkan ketika ia mendongak untuk melihat wajah cantik dengan polesan warna merah muda malu-malu dihadapannya.

Meski sang pemberi surat tampak begitu menawan dengan penampilan yang seakan berdandan amat begitu hati hati.

Tidak ada secercah emosi pun yang timbul pada kedua mata Nielsen, itu sampai ia secara bertahap tersenyum hangat. Sedikit mencondongkan tubuh kearah sosok gadis muda didepannya.

"Untukku?" Suara lembutnya mengalun, membuat wajah gadis muda itu semakin merah merona.

Terlebih gerakan tak terduga Nielsen, membuat rambut putih pucatnya tersapu pelan oleh angin. Menampilkan wajahnya yang tampan dengan sentuhan kelembutan.

"Y-ya." Gadis itu menganggukkan kepalanya sembari menjawab dengan terbata.

Nielsen melihat wajah merah gadis itu, dan terkekeh pelan.

Jemari tangannya yang panjang terulur, meraih ujung surat. Membuat gadis itu tersentak kaget dan langsung mendongak dengan sorot mata tak percaya.

Seakan masih tidak mempercayai jika Nielsen akan menerima surat darinya.

Nielsen tersenyum lembut, menarik surat dari tangan gadis didepannya dengan jemari telunjuk dan jemari tengah.

"Terimakasih, aku akan membacanya nanti."

"A-ah, t-tentu tuan.." gadis itu tercengang dengan mulut terbuka lebar, tampak kesulitan menanggapi ucapan pria didepannya.

Dan itu bertahan sampai ia melihat Nielsen secara bertahap berbalik pergi, setelah berpamitan secara sopan kearahnya.

Sementara itu Nielsen, tepat setelah ia berbalik meninggalkan wanita yang masih mematung tertegun. Perlahan senyum diwajahnya luntur, bersamaan dengan perubahan wajahnya yang secara bertahap mulai menunjukkan ekpresi bosan.

Tergantikan dengan raut wajah penuh datar tanpa minat pria itu.

Matanya menunduk, menatap surat yang terselip diantara jemarinya dingin. Dan tnpa emosi apapun ia membuangnya begitu saja kearah semak-semak begitu ia berbelok kearah yang telah cukup jauh.

Ia tampak sama sekali tidak merasa bersalah dengan membuang surat pemberian gadis muda itu begitu saja, terlihat dari wajahnya yang masih tampak begitu tenang.

Langkah teratur pria itu terus berderap, dengan tujuan taman kaca istana kekaisaran tempat dimana pangeran mahkota tinggal.

Matanya mengedar untuk melihat sekeliling lingkungan akrab istana, yang mana telah berkali-kali ia datangi.

Seakan ia telah mengetahui setiap sudut dari bangunan megah itu, berbekal pengalaman keluar masuk istana selama bertahun tahun lamanya.

Melihat bangunan besar yang didominasi oleh kaca transparan berkualitas tinggi dari kejauhan, sedikitnya Nielsen mulai melunakkan ekspresi keras yang sebelumnya ia miliki.

FIELD OF DAISIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang