Dan seperti apa yang sebelumnya diberitahukan oleh Greta, Kyle benar benar sadar setelah matahari mulai terbenam hari itu.
Pria itu terbangun dengan reaksi yang lebih heboh, bertanya dimana mereka berada, bagaimana bisa keduanya selamat, dan siapa yang menyelamatkan mereka.
Seolah pemuda itu tidak pernah berbicara soal kematian sebelumnya, Kyle bangun dengan cerah dan bersemangat seperti biasanya.
Tanpa ada tanda tanda jika sebelumnya ia sekarat akibat racun ditubuhnya.
Entah memang obat yang digunakan Greta benar benar bekerja dengan sangat cepat, atau harapan hidup pemuda itu yang masih sangatlah besar.
Namun nyatanya, Kyle pulih dengan penuh energi seperti sediakala. Tanpa ada tanda tanda tubuhnya hancur akibat racun mematikan.
Dan Asher.
Walaupun pria itu masih menaruh kebencian pada tindakan penyihir wanita itu beberapa saat lalu, namun ia juga tidak bisa menyangkal jika luka ditubuhnya saat ini. Tidak terasa sakit sama sekali.
Dan ya, seperti hal nya ucapan Greta yang lain.
Sore itu, Greta kembali mengunjungi ruangan keduanya. Memeriksa luka Kyle dalam kondisi pemuda itu telah sadarkan diri.
Dan tentu saja, kedatangan Greta membuat Kyle yang sebelumnya telah bersemangat. Bertambah antusias.
Ia dengan penuh energi berulang kali mengucapkan terima kasih pada Greta dan berjanji akan membalas kebaikan wanita itu karena telah menyelamatkan nyawanya.
Dan Greta, dibandingkan berhadapan dengan wajah batu dan kaku Asher. Ia lebih responsif dan lebih ramah menanggapi setiap ucapan Kyle.
Hingga pada akhirnya, berakhirlah mereka disini. Duduk bersebelahan menghadap sebuah meja kayu sederhana di ruangan yang tampak seperti ruang makan.
"Ini luar biasa kapten, kita selamat. Dan siapa yang menyangka jika seseorang yang menyelamatkan kita akan menjadi seorang wanita cantik yang baik hati." ucap Kyle penuh kekaguman.
Asher tidak menjawab dan hanya duduk tegak dikursinya, kedua tangannya terlipat didepan dada.
Kyle tak peduli dengan kurangnya respon yang diberikan Asher, ia kini beralih menatap sekeliling rumah batu itu dengan penuh minat.
"Ini rumahnya? Sangat nyaman, bagaimana bisa wanita serapuh itu membangun rumah dari batu ditengah tengah hutan seperti ini." gumamnya.
Mendengar kata rapuh, Asher menoleh. Menatap Kyle seperti melihat makhluk tak dikenal.
Bagaimana bisa penyihir wanita itu disebut rapuh?
Dengan tingkat kekuatan yang dia miliki, membangun rumah seperti ini bukanlah hal sulit baginya.
"Apakah dia tinggal sendiri disini?" Lanjut Kyle bergumam.
"Kau ingin menemaninya tinggal disini?" Sambung Asher seraya mengernyit.
"Apa?" Kyle terkejut, kemudian tersenyum dengan raut wajah menyebalkan. "Ey kapten, apa yang kau katakan. Jelas jelas nona itu tampak berusia lebih tua dariku, bagaimana bisa aku memiliki pemikiran lain tentangnya." lanjutnya.
Asher tak menanggapi ucapan menyebalkan Kyle, ia kembali memusatkan perhatiannya kearah luar. Dimana ia bisa melihat taman bunga, dan juga cahaya matahari menerpa rerumputan diluar gubuk batu.
Itu sangat berbeda dengan apa yang dilihatnya ketika malam hari.
Pemandangan diluar itu tampak hangat dan damai, tidak seperti hamparan hutan yang didominasi oleh kegelapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIELD OF DAISIES
Fantasy"Kehadirannya membawa antara dua kemungkinan, jika bukan sebagai pertanda diberkatinya kerajaan maka itu merupakan sebuah tanda kehancuran." "Sembunyikan dia dari keramaian dunia, jangan biarkan dunia tahu keberadaannya!" ___________________________...