Hangat.
Hal itulah yang pertama kali terlintas dipikiran Simon yang semula kosong, ketika merasakan aliran hangat menyebar dari satu titik dibagian tubuhnya ke anggota tubuh yang lain.
Rasa hangat itu sangat nyaman, membuat Simon secara tidak sadar merilekskan tubuhnya.
Berbeda dengan perasaan menusuk dan dingin beberapa saat sebelum dirinya merasa tubuhnya ambruk begitu saja ke tanah.
Kesadaran Simon perlahan terkumpul bersamaan dengan menghilangnya perasaan menyakitkan disekujur tubuhnya.
Itu menghilang hanya dalam hitungan menit.
Kedua kelopak mata pria itu bergetar untuk beberapa saat, sebelum kemudian terbuka secara perlahan.
Dengan pandangan yang masih kabur, samar samar Simon bisa melihat langit malam diantara rimbunan dedaunan pohon. Sebelum kemudian merasakan suhu hangat tak jauh darinya.
Ia terdiam, tampak seolah tengah mengumpulkan kesadarannya kembali seraya terus mengerjapkan matanya.
Disaat berikutnya kedua mata pria itu membulat, ia terbangun dengan cepat dan langsung memasang posisi siaga.
Gerakannya yang tiba tiba mengundang tatapan heran pihak lain.
Simon terdiam, menyaksikan pemandangan tak masuk akal yang saat ini berada didepan matanya.
"Kau bangun? Ha, kupikir kau sudah mati." Kyle berucap penuh sarkastik seraya melempar potongan kayu kedalam kobaran api.
Simon melihat dua sosok pria yang sama sekali tidak ingin ia temui kini terduduk dengan santai, menghadap pada sebuah api unggun yang terletak tak jauh darinya.
Ia mengernyitkan dahi.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya nya tajam.
Kyle mendongak, menatap kearahnya dengan sebelah alis terangkat.
"Kenapa tidak kau tanyakan hal itu pada dirimu sendiri?" Ucap Kyle membalik pertanyaan pria itu.
Simon terdiam, sebelum kemudian menunduk. Meraba beberapa tempat ditubuhnya yang sebelumnya terluka, mendapati luka ditubuhnya telah mengering dan hanya tersisa beberapa luka dangkal yang tampak memiliki jejak darah yang mengering.
Tatapannya berubah terkejut.
Kyle melihat pria yang berada di posisi berlawanan dengannya itu tengah mengecek luka diseluruh tubuhnya dengan ekspresi wajah terkejut.
Ia menundukkan kepalanya menatap api dan menghela nafas berat.
"Lily menyia nyiakan ramuan yang sangat bagus hanya untuk menyembuhkan bajingan sepertimu." Gerutunya.
Simon mendongak, menatap tajam kearah Kyle.
"Apa maksudmu?"
"Maksudku, kau bajingan yang cukup beruntung untuk bisa membuat seseorang memberikan ramuan istimewanya kepadamu secara percuma." Jawab Kyle tak kalah sengit.
Simon mengerutkan dahinya tak mengerti akan satupun ucapan yang diucapkan Kyle.
Ramuan? Seseorang? Apa yang dimaksud pemuda itu.
Ia tanpa sadar menoleh, kearah dimana sosok berpakaian hitam itu duduk bersandar diposisi yang cukup jauh dari mereka. Terdiam dan tampak memejamkan matanya, seolah tak berniat untuk berbicara sedikitpun.
"Berterimakasih lah kepada Lily karena telah membantumu, jika saja dia tidak memutuskan untuk membantumu. Kupikir kau pasti sudah mati sekarang." Sarkas Kyle.
Simon mengetatkan dahinya.
Lily?
Apa, dan siapa itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
FIELD OF DAISIES
Fantasy"Kehadirannya membawa antara dua kemungkinan, jika bukan sebagai pertanda diberkatinya kerajaan maka itu merupakan sebuah tanda kehancuran." "Sembunyikan dia dari keramaian dunia, jangan biarkan dunia tahu keberadaannya!" ___________________________...