Bab 34. Surat Harapan

1K 93 3
                                    

Berjalan memasuki sebuah pintu kayu dimana jejeran kursi serta meja berada, diruangan yang tampak seperti kantin bagi para prajurit.

Kedatangannya menyentak banyak orang yang juga tengah berada ditempat itu, terlebih ketika melihat ekspresi mengerikan diwajahnya yang telah begitu sangar.

Kedua mata tajamnya, mengedar keseluruh ruangan. Seakan tengah mencari sesuatu dari kumpulan orang yang berada ditempat itu.

Sampai didetik berikutnya, matanya menangkap satu sosok yang duduk sendirian. Disalah satu meja dibagian paling pojok ruangan.

Seolah sesuatu menusuk penglihatan Rick ketika melihat sosok itu terduduk dan tampak mengangkat tinggi tinggi gelas ditangannya, tatapan matanya yang telah tajam berkobar dengan api kemarahan.

Dengan langkah besar, ia berjalan menghampiri satu meja itu. Diiringi ketakutan prajurit lain yang terkesiap ketika melihatnya bergerak mendekat.

"Hentikan itu sialan."

Rick meraih gelas minuman yang masih setengah terisi itu dengan paksa dari tangan Luke, menatap pria itu berang dengan emosi dikedua matanya.

Luke tampak mendongak untuk melihatnya, tersenyum dengan begitu lemah. "Kau disini? Apakah kau ingin menemaniku minum?" Ucapnya dengan pandangan mata yang tampak mulai tidak fokus.

Rick semakin dibuat marah dengan melihat kondisi pria itu, yang jelas menampakkan jika Luke telah benar benar menenggelamkan dirinya dalam alkohol untuk waktu yang lama.

"Apakah kau akan terus bersikap seperti ini?" Kerutan diantara alis Rick tidak bisa menyembunyikan kemarahan yang ia rasakan.

Terdengar dengan jelas dari nada suaranya, jika Rick benar benar tak senang dengan kondisi yang ia lihat pada Luke saat ini.

"Ini sama sekali tidak akan merubah apapun." Desis Rick.

Duduk dengan wajah linglung seakan tak bernyawa, pria itu tampak benar benar sangat kacau. Tidak seperti bagaimana sosok itu terlihat biasanya.

Sosoknya yang biasanya begitu rapi dan juga tenang, kini tampak sangat urakan dengan wajah kuyu dan juga mata sendu.

Itu membuat Rick yang juga telah memiliki emosi yang sangat buruk akhir akhir ini, semakin bertambah gelap ketika melihat keadaan Luke.

"Ya, kau benar." Tubuh lemah Luke tampak bergoyang ketika dirinya berucap lirih.

".. Ini semua sama sekali tidak mengubah apapun." Lanjutnya.

Luke mendongak menatap kearah Rick dengan kedua matanya yang memerah.

"Kenyataan bahwa aku gagal untuk melindungi kapten dan juga Kyle, kau benar untuk mengatakan jika semua yang kulakukan sekarang. Sama sekali tidak mengubah keadaan."

Tubuh Rick tampak sedikit tersentak ketika mendengar ucapan lirih Luke, seakan itu juga menghantamnya dengan begitu keras.

Luke menggenggam tangannya dengan erat diatas meja, mengepalkan nya kuat kuat dengan raut wajah berkerut penuh rasa bersalah.

"Aku gagal Rick, ketua dan Kyle.. Bagaimana bisa hanya kita yang kembali dengan selamat." Suara Luke mengalun dengan sendu, menggambarkan dengan jelas sebesar apa kesedihan yang dimiliki pria itu akibat kehilangan dua sosok yang begitu berarti.

Rick menggertakkan giginya erat, meraih kerah pakaian Luke dengan kuat dan mengangkatnya hingga membuat pria itu berdiri.

"Hentikan bajingan, kapten dan Kyle baik baik saja. Berhentilah mengatakan omong kosong seakan mereka tidak akan pernah kembali."

Luke terdiam meski ia bisa merasakan cengkeraman kuat tangan besar Rick mengetat dikerah pakaiannya, pandangan mata ataupun ekspresi wajahnya sama sekali tak berubah.

"Tapi aku–"

"Apa kau pikir hanya kau yang merasa bersedih dengan kenyataan jika kapten dan juga Kyle masih menghilang? Aku, Theo, dan juga semua orang disini juga merasakan hal yang sama!" Rick memotong ucapan Luke dengan keras, mengguncang kerah pria itu dengan keras diudara.

Sementara itu, beberapa orang yang masih memilih untuk duduk diam menyaksikan keributan yang diciptakan oleh keduanya. Tampak menundukkan kepala seraya terdiam, seakan menyetujui ucapan Rick.

"Tidak ada satupun dari kita berbahagia dengan apa yang terjadi pada kapten dan juga Kyle, jadi kendalikan dirimu!" Rick semakin mengeratkan cengkeramannya pada kerah pakaian Luke.

Apalagi ketika melihat wajah Luke yang tampak yang masih setia memasang ekspresi yang sama.

Rick jengah, dan langsung menyentak cengkeraman tangannya. Membuat Luke jatuh keatas kursinya kembali tanpa perlawanan.

"Sial!" Rick menyugar rambutnya dengan gerakan kasar, beralih menendang dengan keras jajaran meja yang kosong tepat disebelah meja yang diduduki Luke hingga mengakibatkan satu kursi hancur akibat tendangannya.

Gerakannya menyentak orang orang yang berada ditempat itu.

Suasana didalam kantin terasa sangat berat dan juga dingin, terlebih mengingat konflik antara Luke dan juga Rick yang tampak secara terang terangan. Bersitegang dihadapan semua orang.

"Senior!"

Namun suasana itu tak berlangsung lama, ketika sebuah suara keras. Yang berasal dari pintu masuk, menyentak semua orang yang berada diruangan itu.

Rick dan Luke juga tampak menoleh, melihat Theo berdiri dengan nafas tersengal diambang pintu. Memegang sesuatu ditangannya.

"Kapten.. Surat.." nafas pria itu tampak tak beraturan, membuat suara yang diucapkan olehnya juga tidak bisa terdengar dengan jelas.

Rick mengerutkan keningnya melihat penampilan Theo, sementara itu. Luke yang sebelumnya terduduk dengan tak bertenaga diatas kursi, entah kenapa secara tak terduga bangkit. Dan berjalan dengan langkah cepat mendekat kearah Theo.

Ia meraih surat yang Theo serahkan padanya, wajahnya tampak penuh antisipasi namun juga dengan harapan yang seolah kembali tersulut dikedua matanya.

Dan itu terbukti sampai disaat ia membaca isi dari surat itu.

Ia mendongak untuk menatap kearah Theo dengan kedua bola mata membulat sempurna, ekspresi wajahnya tercengang seakan tak percaya.

Theo yang melihat ekspresi yang ditampilkan oleh Luke menganggukkan kepalanya seolah menanggapi.

Memandangnya dengan tatapan tegas dan juga serius.

"Kita.. Memiliki tugas penjemputan." Ujarnya, membuat Rick yang baru saja berjalan mendekat kearah mereka. Terkesiap dan dengan segera meraih surat yang berada ditangan Luke.

Ia melihat sederet kalimat yang tertulis dikertas itu, hanya sekitar dua baris sederhana yang berbunyi.

'Kami selamat, bawa satu penyihir tingkat menengah dan datang ke desa Conrad.'

Rick tertegun untuk waktu yang cukup lama, terlebih ketika melihat sebuah cap khusus yang dibubuhkan dibagian paling bawah surat itu. Ia perlahan mendongak untuk melihat kearah Theo.

"Jangan katakan.."

"Benar." Theo menanggapi kata kata gumaman Rick dengan cepat. "Kita harus cepat."

Ia menoleh secara bergantian kearah keduanya dengan tatapan tegas.

"Kita harus segera menjemput kapten dan juga senior." Ujarnya.

Rick yang secara bertahap mulai mendapat kembali ketenangannya, mengangguk dengan ekspresi wajah serius. Begitupun dengan Luke.

Sosok yang sebelumnya terlihat sayu setelah meminum begitu banyak anggur, entah bagaimana seketika juga tampak tersadar. Dengan cahaya harapan yang bersinar diantara keduanya.

Seolah berita yang baru saja mereka dapatkan, menyulut kembali api kehidupan yang sebelumnya telah sempat meredup dan hampir padam didalam dirinya.






TBC

FIELD OF DAISIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang