Bab 13. Ancaman Datang

2K 146 1
                                    

Suara lengkingan bernada tinggi itu bergema diseluruh hutan gelap tanpa sedikitpun cahaya matahari yang bisa menjangkau kedalaman hutan.

Bersamaan dengan itu, suara desiran benda tajam yang ditarik dari sebuah daging menghentikan lengkingan tajam itu disertai dengan suara gedebug.

Dibawah cahaya remang remang kedalaman hutan, sebilah pedang tampak bersinae dengan kilauan merah cerah.

Sosok berjubah yang memegang pedang tersebut mengernyitkan dahi begitu melihat pedang ditangannya berlumuran darah segar.

Ia merobek ujung jubah gelap miliknya dan mengusap sisa darah dipedangnya dengan kasar.

Dari arah belakang, sesosok tubuh lainnya yang tampak lebih kecil berjalan kearahnya. Lalu membungkuk dengan hormat.

"Kapten, semuanya selesai." Ucapnya melaporkan situasi.

Sosok tinggi tegap itu menoleh sedikit. "Bagaimana situasi yang lain?"

Bawahan yang baru saja melapor itu terlihat sedikit menundukkan kepalanya, menghindari tatapan tajam sang atasan.

"Hampir dua puluh orang terluka, dan lima lainnya tewas kapten." ucapnya dengan nada penuh penyesalan.

Sosok tinggi itu mengernyitkan alisnya jelas tak senang akan laporan yang diberikan sang bawahan, ia menoleh. Menatap kearah dimana pasukannya berada, keadaan mereka tampak sangat kacau dan dalam kondisi yang tampak beragam.

Melihat keterdiaman sang kapten, bawahan itu terlihat kian menundukkan kepalanya lebih rendah, tak berani melakukan apapun dikondisi sang kapten yang tampak marah.

"Maaf kapten." jawabnya pelan.

Sosok itu menyarungkan kembali pedang miliknya sebelum menoleh menatap sang bawahan.

"Pergi kumpulkan jasad mereka, perintahkan kepada prajurit yang lain untuk membawa mereka kembali ke desa dan bakar sisa mayat serigala serigala ini." Perintahnya.

Bawahan itu dengan cepat segera kembali tersadar dan menanggapi dengan patuh. Ia berbalik dan berjalan menjauh, memberi isyarat pada rekannya yang lain atas perintah yang baru saja dikatakan sang kapten.

Simon menghela nafas pelan, merasakan sensasi lengket di pipinya. Ia mengusap sisa percikan darah serigala diwajahnya dengan asal, lalu menoleh menatap sosok lain yang berdiri tak jauh didepannya.

Sosok berjubah itu berdiri diam ditempatnya.

Namun yang membuat Simon seketika mengerutkan dahinya erat adalah ketika ia menunduk, menatap kearah sebuah tangan yang dalam kegelapan tampak menusuk tubuh sesosok serigala yang telah mati didepannya.

Tangan sosok itu terlihat bergerak seolah mencari cari sesuatu didalam tubuh serigala itu.

Hingga tak lama, tangan yang berlumuran darah itu kemudian ditarik keluar dari dalam tubuh serigala. Bersamaan dengan sebuah benda merah cerah digenggaman tangannya.

Simon sedikit terkesiap.

Jantung.

Seolah merasakan tatapan mata seseorang kearahnya, sosok berjubah itu menolehkan kepala. Menatap Simon disertai senyum tipis.

"Kau ingin satu?" Tawarnya.

Simon menatapnya aneh. "Tidak."

Phill mengedikkan bahunya acuh, meraih sesuatu di dalam jubahnya. Dan memasukkan jantung penuh darah serigala ditangannya kedalam kantung berwarna gelap, dan kembali menyimpannya dibalik jubah.

Simon menyaksikan setiap proses dengan aneh, meski bukan pertama kali ia melihat keanehan pria itu. Namun, setiap hal baru yang dilakukannya akan selalu membuat Simon terkejut dan heran.

FIELD OF DAISIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang