Suasana yang begitu hidup menyambut pandangan Liliana begitu dirinya menginjakkan kaki di desa yang tampak hiruk-pikuk dengan berbagai kegiatan.
Banyak orang, sangat banyak.
Melihat gerobak kayu berisi sayur dan buah buahan yang ditarik oleh se ekor kuda, jajaran pedagang yang berteriak menjajakan berbagai macam barang dagangannya, serta anak anak kecil yang berlarian seraya tertawa dengan riang disekitar.
Suasana disekitarnya tampak sangat hidup, berbanding terbalik dengan keheningan yang terasa damai di hutan tempat dirinya tinggal sebelumnya.
Mulut gadis itu membulat dibalik tudung yang menutupi wajahnya, menyorot sekitarnya penuh kekaguman sekaligus rasa ingin tahu.
Empat sosok berjubah itu berjalan menyusuri jalanan utama desa itu, membaur diantara banyaknya penduduk.
Meski terbilang desa yang cukup kecil dan sederhana, namun pemandangan itu sudah cukup membuat mata Liliana berkeliaran. Menatap sekitar dengan panik.
Kyle yang berdiri tepat disebelah sosok itu tampak geli, melihat tatapan bersemangat gadis disebelahnya.
Ke empat sosok itu berbelok, menuju kearah gang yang cukup sepi dari jalan utama.
Asher yang sedari awal memimpin jalan secara tiba tiba berhenti, membuat ketiga sosok lainnya yang berdiri dibelakang pria itu turut berhenti.
Ia berbalik, mata tajamnya menyorot kesatu titik.
"Sesuai perjanjian, cukup sampai disini." Ucapnya.
Jelas tertuju kearah Simon.
Pria itu terdiam dibarisan paling akhir, membalas tatapan Asher dengan tenang.
"Benar, perjanjian sebelumnya mengatakan hanya berjalan bersama sampai mencapai desa. Itu sudah berakhir, pergilah." Sahut Kyle dengan nada arogan nya.
Simon sama sekali tidak menanggapi provokasi pemuda itu, tatapannya bergeser. Menatap sosok mungil diantar dua pria tegap lainnya, tatapannya tampak rumit.
Liliana melihat pria itu tampak melihatnya, terdiam seraya membalas tatapan pria itu. Sebelum kemudian tersadar.
Ia merogoh kedalam tas miliknya, seolah mencari sesuatu.
Tanpa persetujuan kedua pria disekitarnya, gadis itu berjalan mendekat kearah Simon. Mengulurkan sesuatu kearah pria itu.
Simon menunduk, sebotol ramuan dalam botol berukuran sedang.
Ia kembali mendongak, menatap wajah yang hampir keseluruhan tertutupi dengan tudung.
"Ini untukmu, meski lukanya tampak telah memudar. Kau tetap membutuhkan ramuan tambahan untuk pemulihan agar luka ditubuhmu pulih sepenuhnya." Ucap gadis itu.
"Lily." Panggil Kyle jelas tak senang.
Namun Liliana hanya menoleh kearahnya sejenak lalu mengangguk meyakinkan.
Simon melihat ramuan ditangan putih gadis itu, lalu kearah wajah yang tersembunyi dibalik penutup wajah.
Namun entah kenapa, melihat separuh wajah gadis didepannya tertutupi. Simon malah lebih berani untuk menatap langsung sepasang mata biru terang indah itu.
Seolah bisa melihat pantulan dirinya yang tercermin dikedua bola mata jernih gadis didepannya.
Ke engganan nya untuk pergi kian bertambah kuat, jika sebelumnya ia bisa bertahan karena memiliki alasan yang cukup untuk bisa bergabung dalam kelompok yang sama.
Namun kali ini tidak ada lagi alasan yang bisa ia gunakan untuk tetap tinggal.
Terlebih pemimpin kelompok ini, Asher. Juga telah memerintahkannya untuk pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIELD OF DAISIES
Fantasy"Kehadirannya membawa antara dua kemungkinan, jika bukan sebagai pertanda diberkatinya kerajaan maka itu merupakan sebuah tanda kehancuran." "Sembunyikan dia dari keramaian dunia, jangan biarkan dunia tahu keberadaannya!" ___________________________...