Beberapa saat sebelum Liliana menghilang.
"Oh astaga, seharusnya aku melakukan ini sejak lama. Kenapa aku baru pertama kali melakukan ini? Makanan makanan ini ternyata lebih lezat dari apa yang kubayangkan." Bianca berseru antusias, menatap dengan kedua bola mata gemerlap kearah makanan yang kini tampak memenuhi kedua tangannya.
Menyuap makanan itu dengan suapan besar membuat kedua pipinya menggembung.
Baik Liliana maupun Lamina, melihat tingkah gadis itu hanya bisa terdiam duduk dikursi kayu dengan sebuah makanan berbentuk sate di tangan mereka. Yang mana juga sempat diberikan oleh Bianca kepada mereka sebelumnya.
Melihat raut wajah penuh kebahagiaan Bianca, membuat Lamina seketika tersadar jika tampaknya kebahagiaan gadis itu bukan tanpa alasan.
Mengingat kehidupan mewah serta gelar bangsawan tinggi yang dimiliki oleh keluarga Bianca, membuat gadis itu tentunya tumbuh dalam perawatan hati-hati dan menikmati semua hidangan terbaik.
Mendapati makanan sederhana yang dijual secara bebas diluar kediamannya dan memiliki rasa yang enak, tentu saja membuat Bianca seolah mendapatkan kejutan lain.
Lamina mendengus seraya tersenyum ringan, akhirnya turut menyuap makanan yang diberikan Bianca disaat berikutnya.
Sementara itu Liliana yang melihat keduanya memakan makanan dengan wajah ekspresi wajah yang tampak menjelaskan jika makanan tersebut memiliki rasa yang enak.
Tak memiliki pilihan selain menunduk, menatap makanan ditangannya cukup lama.
Sebuah daging dan sayuran yang ditusuk menjadi satu pada sebuah tusuk kayu, mengeluarkan bau panggangan yang cukup menggiurkan.
Untuk Liliana yang baru pertama kali melihat jenis makanan itu, tentu saja ia merasa cukup ragu. Namun melihat kedua gadis lainnya, yang menyuap makanan ditangan mereka dengan lahap, pada akhirnya Liliana juga memutuskan untuk melakukan hal yang sama.
Ia menyuap makanan itu ke mulutnya dan langsung mengerti, kenapa Bianca menampilkan ekspresi seperti ia tampak menemukan sebuah harta yang berharga.
Makanan ini.. Cukup lezat.
Dan dengan gagasan itu, Liliana melanjutkan menggigit makanan ditangannya dengan gembira, duduk bersama dua gadis lainnya disalah satu kursi seraya memperhatikan orang orang berjalan lalu lalang tepat dihadapan mereka.
Menyaksikan besarnya skala ibukota yang ada didepan matanya, Liliana mulai memiliki keinginan untuk menjelajahi tempat lainnya. Melihat ukuran ibukota yang tampaknya sangat besar ini.
Senyum halus timbul pada wajah Liliana, seiring dengan tatapannya yang menatap penuh nostalgia kearah kejauhan.
Bibi, aku berhasil.
Akhirnya.. Aku disini.
Membayangkan akan seperti apa wajah Greta ketika mengetahui jika dirinya berhasil tiba di ibukota dengan bantuan orang orang baik yang ia temui, senyum Liliana membawa sedikit jejak kesedihan.
Membuat Lamina yang duduk disebelah gadis itu tersadar.
"Lily, ada apa?" Tanya Lamina kearahnya.
Liliana tersadar. "Ah, tidak. Aku baik baik saja."
Lamina masih tidak meninggalkan wajah gadis itu meski telah mendapat jawaban Liliana, karena melihat jika raut wajah yang ditampilkan gadis itu sangat berbeda dengan bagaimana ia menjawab pertanyaannya.
"Teman-teman, sepertinya aku menemukan harta karun lain dalam penjelajahan kali ini."
Disisi lain Bianca, berseru dengan penuh semangat. Menunjuk kearah satu bangunan sederhana, yang tampak menjajakan berbagai macam makanan manis dan makanan penutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIELD OF DAISIES
Fantasy"Kehadirannya membawa antara dua kemungkinan, jika bukan sebagai pertanda diberkatinya kerajaan maka itu merupakan sebuah tanda kehancuran." "Sembunyikan dia dari keramaian dunia, jangan biarkan dunia tahu keberadaannya!" ___________________________...