Dua hari setelah insiden pertumpahan darah yang berakhir mengorbankan Greta berlalu. Perubahan suasana rumah yang sebelumnya terasa hangat dan hidup, sangat jelas terasa semenjak saat itu.
Tidak ada lagi suasana bahagia yang bisa dirasakan dirumah batu, terlebih. Sisa sisa pertempuran yang masih bisa dengan jelas terlihat di halaman yang sebelumnya terasa hangat dan asri, menambah kesan suram dan dingin.
Entah karena pengaruh sihir ataupun keberadaan Greta sebelumnya, suasana disekitar hutan pun dua hari terakhir terasa sangat berbeda.
Itu berubah begitu drastis.
Hutan yang sebelumnya terasa ramai dan hangat oleh suara kicauan burung dan suara hewan lainnya, kini sangat sunyi. Seolah semua kehidupan makhluk makhluk yang sebelumnya terasa hidup lenyap begitu saja.
Tidak ada sedikitpun keceriaan yang bisa dirasakan.
Terlebih untuk Liliana.
Seusai membawa Greta untuk disemayamkan di peristirahatan terakhir, gadis itu sama sekali tidak pernah keluar dari kamarnya sejak dua hari lalu.
Tidak ada pergerakan sama sekali yang bisa didengar Asher maupun Kyle dari dalam kamar Liliana, selain daripada suara isakan pelan yang berusaha gadis itu tutupi.
Setelah dua malam, Asher maupun Kyle terus berjaga bergantian untuk memastikan jika Liliana tidak akan melakukan hal macam macam yang bisa saja membahayakan dirinya sendiri. Dan disela para pria itu menjaga nya bergiliran diluar pintunya, keduanya akan sering kali mendengar Liliana menangis ditengah malam seraya terus memanggil nama Greta.
Hal itu membuat kedua pria itu terdiam, dan hanya bisa mendengarkan setiap isakan gadis itu dalam diam.
Liliana telah menolak untuk bertemu dengan Asher dan Kyle sejak dua hari lalu, bahkan menolak untuk makan apapun yang Kyle bawa ke pintu kamarnya.
Itu membuat Kyle bingung sekaligus cemas.
Ia mencemaskan kesehatan gadis itu, yang dimana selama dua hari terakhir menolak untuk makan dan mengisi perutnya.
Namun meski begitu, Kyle tidak bisa memaksa gadis itu untuk menuruti keinginannya. Meski ia cemas, pada akhirnya ia hanya akan menghela nafas dan kembali membawa makanan yang dirinya bawa kembali ke dapur.
Seperti saat ini.
Kyle mantap rumit pintu kayu dihadapannya, ia sedikit menunduk dan menatap makanan dinampan kayu yang ia bawa.
Semangkuk bubur tawar dan juga segelas air, ditambah beberapa potong buah apel yang sebelumnya telah ia sempat petik.
Tangan pria itu terangkat, mengetuk sebanyak tiga kali pintu kamar Liliana dengan kekuatan sedang.
"Lily." Panggilnya.
Tidak ada sautan sama sekali.
"Apa kau tertidur?"
Lagi, tidak ada suara apapun yang menimpali panggilan Kyle.
Kyle menghela nafas pelan. "Aku membuat semangkuk bubur untukmu hari ini, makanlah sedikit saja."
Keheningan menjawab setiap ucapan Kyle, pria itu menatap sendu pintu kayu yang sama sekali tak bergeming didepannya.
Ia menunduk menatap makanan yang ia bawa.
"Kau menolak untuk memakan apapun sejak dua hari terakhir." Gumamnya lirih.
Kyle terdiam untuk waktu yang cukup lama didepan pintu kamar Liliana, menolak pergi dan terus berdiri tegak memegang nampan ditangannya.
Hingga bubur dimangkuk yang sebelumnya terlihat mengepul dan panas berubah menjadi dingin seiring dengan lamanya Kyle berdiri, Liliana pada akhirnya tetap menolak untuk mengalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIELD OF DAISIES
Fantasy"Kehadirannya membawa antara dua kemungkinan, jika bukan sebagai pertanda diberkatinya kerajaan maka itu merupakan sebuah tanda kehancuran." "Sembunyikan dia dari keramaian dunia, jangan biarkan dunia tahu keberadaannya!" ___________________________...