Se ember air dingin mengguyur sesosok tubuh yang terduduk di sudut dimalam yang begitu menusuk dengan tanpa belas kasih sedikitpun, membuat sosok yang sebelumnya duduk bersandar terkesiap dan bangun seketika.
Matanya yang linglung berusaha terbuka, memaksa penglihatannya untuk fokus dibawah kesadarannya yang terbangun secara paksa.
Didalam ruangan sempit dengan berbagai benda serta kayu dibeberapa bagian, matanya menangkap sesosok tubuh yang berdiri menjulang dikegelapan.
Secepat kilat, tatapannya yang sebelumnya kurang fokus seketika menajam.
Merasakan sakit disekujur tubuh serta energi yang terkuras habis, sosok itu yang sebelumnya berniat memberontak seketika mengurungkan niat. Terlebih ketika menyadari jika kedua tangannya kini telah terikat dengan kuat dibelakang tubuhnya.
Ia hanya mampu menatap tajam sosok yang berdiri didepannya, mencoba melihat lebih jelas didalam kegelapan yang lumayan pekat.
"Ini menakjubkan untuk melihatmu masih hidup hingga saat ini, daya tahan tubuhmu lumayan." Sosok didepan nya berucap penuh cibiran sebelum berbalik dan berjalan menjauh.
Simon, yang masih dengan jelas bisa merasakan energi ditubuhnya terkuras habis. Menatap penuh permusuhan pada sosok itu.
"Kau.. Kau salah besar dengan melakukan ini." Ucapnya.
Sosok itu menghela nafas panjang. "Berhentilah menggertak, kau tidak diposisi untuk bisa terus bersikap keren seperti sebelumnya."
Sosok itu mengambil sesuatu diatas tanah, mengangkatnya. Dan melihat cahaya yang perlahan mulai menyala didalam ruangan gelap gulita dan kecil itu.
Sebuah lentera digantung dibagian lain ruangan kecil itu, memberi pencahayaan yang cukup untuk menerangi seluruh ruangan.
Simon sedikit menyipitkan matanya ketika cahaya terang menyerang indera penglihatannya secara tiba tiba, ia bisa melihat sosok itu berbalik menghadap kearahnya.
Membuat tatapannya yang sebelumnya berusaha membiasakan diri dengan cahaya, segera menajam.
"Kau.." geramnya.
Kyle mengangkat kedua tangannya keudara, menatap Simon dengan polos.
"Apa?"
Kedua matanya bisa menangkap dengan jelas permusuhan diseluruh wajah Simon ketika menatapnya, namun Kyle sama sekali tidak menganggap serius tatapan intimidatif Simon padanya.
Ia dengan santai melenggang kearah dimana sebuah kursi kayu tua yang ditempatkan di sudut lain ruangan itu, duduk patuh dengan tatapan yang tertuju kearah Simon.
"Hahh, tatapanmu sama sekali tidak berisi sedikitpun rasa terima kasih. Apakah seperti itu caramu memperlakukan seorang penyelamat?" Cibir Kyle, ia berdecih lalu menunduk. Memfokuskan diri mengasah pisau ditangannya.
Simon sedikit tersadar dari situasi yang terjadi.
Ia merenung, mencoba mengingat hal terakhir yang ia ingat sebelum ia kehilangan kesadaran.
Secara bertahap, ekspresinya berubah menyeramkan. Seiring dengan setiap pecahan ingatan yang memasuki kepalanya.
Simon ingat dengan jelas bagaimana Phill menghabisi sisa prajurit miliknya, dan menyerangnya diakhir sebelum ia kehilangan kesadaran.
Mengingat hal itu, luapan emosi perlahan mulai menjalar keseluruh tubuhnya. Menciptakan aura membunuh yang pekat.
"Melihat reaksimu, apakah kau akhirnya tersadar?"
Simon menoleh, menatap Kyle yang menginterupsi pikirannya.
Ia melihat pemuda itu menatapnya lurus.
"Bagaimana rasanya? Di khianati oleh rekanmu sendiri hanya karena berusaha untuk membunuh kapten dan juga diriku?" Kyle berucap pelan. ".. Pada akhirnya kau kehilangan seluruh pasukanmu dan gagal untuk membunuhku serta kapten." lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIELD OF DAISIES
Fantasy"Kehadirannya membawa antara dua kemungkinan, jika bukan sebagai pertanda diberkatinya kerajaan maka itu merupakan sebuah tanda kehancuran." "Sembunyikan dia dari keramaian dunia, jangan biarkan dunia tahu keberadaannya!" ___________________________...