Bab 43. Hutang Budi

1K 106 7
                                    

Halo kembalii, semoga suka dengan update chapter yang cukup terlambat ini.

Part berikutnya akan update besok, harap tunggu yaa♡

Selain dari informasi diatas, untuk para pembaca yang cukup berkenan.

Bisa berbagi pengalaman tentang kesan pertama dan bagaimana cara para readers menemukan cerita ini.

Bisa tulis di kolom komentar yaa

Author terbuka dengan segala pendapat dan kesan menarik lainnya tentang cerita ini.

Peluk hangat dari jauh maupun dekat♡♡

Selamat membaca.



*****



Gelap, sangat gelap.

Nafas Liliana terasa berat, mendapati dirinya membuka mata ditempat yang begitu gelap gulita.

Dengan penuh kejutan serta rasa takut yang mulai menyelimutinya, Liliana menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Mencoba mencari setitik cahaya yang mampu memberinya sedikit penerangan.

"Tempat apa ini?" Lirihnya, dengan suara yang mulai bergetar.

Itu sampai dimana dirinya secara tiba-tiba, tertegun ketika merasakan sesuatu yang tidak beres pada tubuhnya.

Nafas Liliana bertambah cepat, dengan degup jantung yang semakin menderu. Menyadari jika saat ini dirinya tengah terduduk disebuah kursi, dengan kedua tangan terikat erat pada pegangan kursi.

Menyadari hal itu, Liliana dengan segera memberontak. Berusaha melepaskan sesuatu yang melilit kedua pergelangan tangannya kuat.

Ketakutannya semakin bertambah besar begitu menyadari jika ia tengah terikat pada sebuah kursi disebuah ruangan gelap gulita tanpa satupun sumber cahaya.

Liliana meronta, berusaha keras melepaskan ikatan pada kedua tangannya. Ia mulai panik seiring berjalannya waktu.

"S-siapapun! Kumohon, bantu aku!" Pada akhirnya Liliana mulai berteriak, berusaha meminta bantuan sekuat yang ia bisa.

Ia bisa mendengar gema suaranya sendiri yang menandakan jika ruangan tempat dimana dirinya berada merupakan ruangan luas penuh ruang kosong.

Ketakutan Liliana semakin bertambah kuat setiap detiknya, menyadari tidak ada seorangpun yang menjawab teriakan ataupun usahanya.

Hingga berpuncak pada titik dimana Liliana hampir merasa putus asa, secara tak terduga.

Sebuah mata besar dengan bola mata merah terang, secara tiba-tiba muncul begitu saja tepat didepan Liliana. Ditengah tengah ruangan gelap gulita itu.

Menatap Liliana dengan tatapan yang tampak sangat menakutkan, penuh keinginan namun diwaktu bersamaan dipenuhi dengan pemujaan.

"S-siapa.. Kau.."

"Oh sayangku, Liliana-ku yang berharga." Terdengar suara bariton rendah bergema diruangan gelap gulita itu, menimpali ucapan bergetar Liliana.

Liliana menggigit bibirnya, mencoba melawan rasa takutnya dan membalas tatapan mata merah itu.

"Siapa.. Kau sebenarnya?"

"Aku? Belahan jiwamu."

"Berhentilah berbicara omong kosong, lepaskan aku sekarang juga!"

Suara tawa bergema menimpali teriakan frustasi Liliana, seolah mengolok olok rasa takut wanita itu.

"Itu tidak mungkin."

FIELD OF DAISIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang