Part 9

162 32 13
                                    

"Oh tidak, waktumu tinggal sepuluh jam lagi." Seraya tersenyum lebar.

...
..
.
K

embali ke masa sekarang, 07 Juli 2035, pukul 10:24 AM, tepat empat belas jam setelah hilangnya Jieun.

Entah apa yang merasuki Kim Taehyung, sesaat setelah dia mengatakan itu, dirinya malah pergi begitu saja dari ruangan persegi tersebut.

Nampaknya, dia sedang mengangkat telepon dari seseorang. Mukanya terlihat datar sekali, ketika tadi dia melihat layar ponselnya.

Jieun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, ia mulai mencari jalan keluar, mulai dengan mengikuti langkah Taehyung, melewati pintu coklat itu.

Baru saja Jieun melangkahkan kakinya keluar dari pintu, wanita itu dikejutkan dengan keberadaan Taehyung secara tiba-tiba, berdiri tepat dihadapannya, menutup akses jalan bagi Jieun.

"Kau lapar tidak, Ji?" Mendengar pertanyaan spontan Taehyung ketika laki-laki tersebut baru menyadari jika Jieun 'puasa' sejak kemarin malam, dihadiahi tendangan keras pada lutut sang pemuda.

Jieun sungguh kesal, Taehyung sungguh membuatnya muak, setelah sebelumnya seakan mengancam aktris papan atas yang pandai berakting, dengan memperingatkan betapa singkatnya waktu yang Jieun punya, sekarang laki-laki kurang ajar itu justru bertanya hal lain, seakan posisi mereka bukanlah seorang penculik dan korbannya.

Namun, persetan dengan sifat Taehyung yang sulit ditebak, Jieun mengabaikan eluhan kesakitan dari Taehyung akibat tendangan kerasnya. "Aku ingin makan steak daging," katanya.

Ternyata, penculik ataupun korban, sama-sama tidak tau malu, dan sama kurang ajarnya.

Taehyung terkekeh, "jangan sampai daging tubuhmu yang ku buat menjadi steak, Ji." Taehyung membalikkan badannya, bermaksud ingin pergi ke dapur, namun langkahnya terhenti, dan berbalik menghadap Jieun.

"Terserah kau mau ke mana, asalkan masih di rumah ini. Jangan coba-coba untuk melarikan diri, atau jika tidak, akan ada berita mayatmu yang ku gantung di villa milikmu itu!" ancaman yang sungguh menggelitik Jieun, bagaimana bisa Taehyung berucap begitu, sedangkan dirinya kini akan membuat makanan untuk korbannya. Bukankah itu sangat lucu?

"Dasar bodoh," gumam Jieun. Menatap presensi Taehyung yang kian menjauh, dan menghilang dari pandangannya, karena berbelok ke arah dapur.

Jieun mulai berubah seperti 'detektif' yang mengamati sekitar, rumah ini ternyata memang bagus, sangat indah dan hampir mendekati sempurna jika mengikuti selera Jieun. Sayangnya, rumah Taehyung tidaklah sebersih itu, banyak debu diberbagai sudut, juga berbagai macam hiasan dinding dan ruangan yang terlihat antik. Guci-guci kecoklatan yang berada di tiap sudut ruangan, dengan berbagai tongkat yang Jieun tidak tau apa saja, terisi di guci tersebut.

Rumah Taehyung ini didominasi oleh warna coklat, nyaman di pandang. Jika saja Jieun tidak sedang dalam bahaya, sudah dipastikan ia akan berlama-lama di sini, dan akan membersihkan setiap sudut rumah agar lebih enak di pandang. Sayangnya, Jieun tidak punya waktu untuk itu.

Rumah satu lantai ini tidak terlalu besar, oleh karena itu Jieun bisa mendengar dentingan alat masak yang sedang Taehyung kerjakan, juga aroma masakan yang menggunggah selera, perutnya yang lapar, kini malah semakin menjadi.

The Target ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang