Part 46

74 13 5
                                    

Happy reading


Jepang sukses menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi penyesalan Lee Jieun.

Meskipun kenangan menyakitkan itu tak akan pernah hilang dari ingatannya, namun sekarang kondisi Jieun sudah sangat membaik. Hal ini juga berkat orangtuanya yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian kepada sang anak. Tetap memperlakukan Jieun sebagai anak yang masih berusia sepuluh tahun, tak pernah memaksakan kehendak mereka, membebaskan wanita bermarga Lee itu untuk melakukan apapun yang ia mau.

Menetap di Jepang ternyata tidak buruk, salah satu ide brilian Dante yang memang berhasil mengembalikan kehangatan keluarga mereka.

Di sana, keluarga Lee memiliki bisnis baru, yaitu membuka toko ice cream, awal-awal merintis memang sangat susah, namun berkat pengalaman berbisnis dalam mengurus restoran selama ini, Dante berhasil menjadikan toko ice creamnya lebih besar, dan dikenal banyak orang yang berada di lingkungan mereka.

Jieun bahkan ikut mengurus, memberikan ide dan pendapat yang unik untuk bisnis mereka, seperti menambahkan menu baru dengan penyajian dan tampilan yang menarik, juga memberikan hadiah kecil untuk pembeli setianya, sukses membuat tokonya diminati banyak kalangan. Dari yang masih kecil, hingga tua-- terlepas dari ice cream memang makanan favorit semua orang.

4 tahun menetap di Jepang, keluarga Lee sudah memiliki dua toko ice cream, sepertinya akan terus menambah seiring berjalan waktu.

Selama empat tahun pula, Jieun tak pernah berniat untuk pulang ke Korea Selatan. Bahkan mengabaikan semua pesan Jungkook yang ditujukan untuknya. Wanita itu hanya berinteraksi dengan paman dan bibinya saja, pun tak berniat mengubungi teman sesama aktrisnya dulu yang penasaran akan kepindahan Jieun ke Jepang secara mendadak. Intinya, Jieun menghindari semua yang berbau Korea Selatan.

Namun, bagaimanapun juga wanita itu menghindar, tak bisa menampik fakta bahwa Negara berjulukan Negeri Ginseng adalah tanah kelahirannya, tanah leluhurnya, masih ada keluarga dekat yang tinggal di sana.

Setelah empat tahun itu, Jieun mendengar kabar, bahwa pamannya, Min Yoongi akan menikah. Mengundang keluarga kecil Lee, memohon agar semuanya datang di acara pentingnya. Rela mengirimkan undangan pernikahan jauh-jauh hari ke rumah keluarga Lee di Jepang.

Sebagai seorang ibu bagi Jieun, sekaligus kakak bagi Yoongi, tentunya Jihyun begitu bingung. Satu sisi ia tau jika anaknya masih membenci Korea Selatan, namun di sisi lain, adik bungsunya ingin menikah, dan itu merupakan hal yang begitu penting, hal sakral yang sepatutnya ia datang dan menyaksikan acara khidmat itu.

"Jika kau tak mau datang, tidak apa, Nak. Ibu dan ayah saja, kami tak bisa untuk tidak hadir, ibu harap kau mengerti, Nak." Jihyun, wanita berusia lima puluh enam tahun itu duduk di tepian kasur, sedangkan anaknya tengah berbaring dengan headset yang terpasang di telinganya.

Jieun bangkit dari posisinya, melepaskan headset dan menggantungkannya di leher.

Ia menatap pada ibunya, tentu ia mendengar apa yang wanita itu sampaikan tadi. Jihyun menatap dengan bingung, Jieun tak kunjung membuka mulutnya, hingga lima menit lamanya.

"Tidak." Itu merupakan jawaban pertamanya.

Jihyun mengernyitkan dahinya, kaget mendengar jawaban Jieun yang ambigu. Namun, sebelum wanita itu buka mulut, Jieun langsung melanjutkan kalimatnya. "Aku akan datang, Bu. Itu acara penting paman, bagaimana bisa aku malah tak hadir."

Detik itu juga, mata Jihyun melotot. "Kau serius? Kita akan ke Korea Selatan, tempat yang paling ...." Jieun menutup mulut ibunya dengan menempelkan jari telunjuk pada bibirnya. Wanita itu tak mau mendengarkan apapun.

The Target ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang