Part 42

59 12 1
                                    



~Happy reading~

Seorang wanita yang tengah diikat kuat dengan kursi sembari mulutnya dilakban itu menatap kosong lantai berdebu yang selama beberapa hari belakangan, menjadi tempatnya.

Hera tertawa kecil, saat menyadari jika kondisinya begitu mengenaskan. Badannya terasa remuk, rambutnya berantakan, pun baju pasien rumah sakit yang melekat ditubuhnya sudah seperti kain pel yang kotor; celananya sudah berubah menjadi hitam sebab debu.

Berbanding dengan mulutnya yang tertawa, model itu justru mengeluarkan air mata. Merasa miris terhadap diri sendiri, sehingga membuatnya meneteskan bulir bening itu tanpa bisa ditahan. Bahkan, wanita itu tak lagi merasakan kedua tangannya yang diikat ke belakang kursi; terlalu sakit dan pegal sehingga mati rasa.

Di sampingnya, pemuda bermarga Park itu justru masih memiliki tenaga untuk berontak melepaskan diri. Ia berteriak kencang meskipun mulutnya masih dilakban, yang hanya bisa mengeluarkan erangan kecil.

Rahang pemuda itu mengeras, mengerahkan seluruh tenaga untuk melepas ikatannya, namun nihil, entah bagaimana caranya Jungkook bisa mengikat mereka begitu kuat, atau memang karena tenaga Jimin yang lemah dari biasanya, sebab sudah tak diberi makan dan minum selama dua hari ini. Sehingga hanya untuk mengendurkan ikatan itu saja tidak bisa.

Namjoon yang sedang tertidur itu, tersentak kaget saat mendapati suara gedebuk sekaligus erangan kesakitan dari sang aktor, yang lagi-lagi terjatuh dari kursinya, kali ini terjatuh ke belakang, sehingga pemuda itu ikut terbaring. Tangannya terhimpit tubuhnya sendiri, membuat Jimin tanpa sadar menitikkan air mata--sembari melotot.

Hera menatap ke sampingnya, lantas menertawakan Jimin yang bodoh sehingga menyulitkan kondisi dirinya sendiri. Pun Namjoon, hanya bisa menyorot dengan tatapan lemah seraya menggeleng kepala.

Jimin adalah pemuda yang ceroboh di mata Namjoon.

Wanita cantik itu masih menertawakan sang aktor, kepalanya bersandar di bahu kursi, menatap ke atas plafon yang terbuat dari semen.

Tawanya terhenti kala bunyi pintu dibuka dari luar. Wanita itu menengguk ludahnya sukar saat mendapati Lee Jieun melenggang masuk dengan angkuh, seraya diikuti oleh Jungkook.

Senyuman manis menyapa ke tiga orang itu. Jieun berdiri di tengah-tengah mereka, dengan sebuah apel hijau yang ia genggam.

"Good morning, all," sapanya ramah. Ia menggigit apelnya seraya berdekap dada.

"Astaga," kagetnya saat menyadari Jimin yang sedang terbaring tanpa berdaya itu. Ia tertawa kecil, sembari menutup mulutnya. Lantas dagunya bergerak ke arah Jungkook, menyuruh sang pemuda bergigi kelinci tersebut untuk membantu Jimin memperbaiki posisinya.

Jungkook mendekat pada sang aktor, Jimin menatap tajam sang empu yang hanya membalas dengan senyuman lebar; mengejek.

Buah apel itu Jieun buang sembarang setelah menggigitnya beberapa kali, Hera yang kelaparan sekaligus haus itu menatap penuh putus asa saat apel itu dibuang di hadapannya.

Hera menengguk ludah, rasanya ingin mengambil apel itu dan memakannya, meskipun tak mengurangi rasa lapar, akan tetapi setidaknya kerongkongan yang kering ini bisa dibasahi oleh kandungan air yang terdapat di apel.

The Target ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang