~Happy reading~
Beberapa hari kembali berlalu sejak kesepakatan Jieun dan Taehyung hari itu. Jieun mendapatkan nilai sempurna dalam pelajaran biologi karena ke-detailan gambar yang ia buat, ralat, yang Taehyung buat, juga penjelasan-penjelasan yang akurat namun mudah dipahami. Jieun sungguh sangat senang, karena untuk pertama kalinya ia mendapatkan nilai menggambar dengan sempurna, biasanya tak lebih dari 90.
Namun, kali ini sedikit berbeda. Teman sekelasnya diherankan dengan Taehyung yang juga ikut mendapatkan nilai sempurna, padahal Taehyung itu anak yang biasa saja, tidak terlalu menonjol dalam hal kepintaran, tetapi kalau soal ketampanan, boleh diadu. Tapi, apakah hanya bermodal wajah tampan bisa mendapatkan nilai sempurna? Tentunya tidak berlaku di sekolah mereka.
Fenomena ini, membingungkan bagi teman sekelasnya. Mereka makin terkejut di saat tiap harinya, jika diperhatikan, Jieun dan Taehyung seperti semakin dekat, Jieun juga nampak ramah bicara kepada Taehyung, hal itu membuat teman lainnya, sedikit demi sedikit mulai berani menyapa Jieun, dan entah mengapa, seperti mendapatkan suntikan vitamin, dengan berinteraksi dengan temannya, Jieun tampak jauh lebih bersemangat.
"Ternyata begini rasanya, tidak lagi kesepian meskipun di tengah keramaian," gumam Jieun.
"Kau bicara apa tadi?" sahut Taehyung yang kini sudah berpindah tempat duduk di samping Jieun hari ini.
"Nothing," balasnya.
.
.
.
.Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, tak terasa ujian kelulusan semakin dekat, tugas jadi semakin menggunung, pembelajaran dikejar habis-habisan untuk menyelesaikan semua bab sebelum waktu ujian datang. Tidak ada waktu untuk sekedar bermain-main, Jieun sih sudah biasa, ia bahkan sangat menikmati fenomena ini, ia sangat suka belajar, namun tekanan akan nilai akhir sempurna tetap ada, belum lagi tekanan dari kedua orangtuanya. Kalian pikir menjadi anak tunggal kaya raya, Jieun bisa berleha-leha, dimanjakan, melakukan semuanya?
Kalian salah besar, Jieun mendapatkan tekanan yang sangat sangat luar biasa, terutama dari ayahnya, Jieun ditempa untuk mandiri, harus mendapatkan nilai sempurna, dikekang, dan jangan berlaku kurang ajar di sekolah agar tidak mencoreng nama baik keluarga.
Jieun memang suka belajar, akan tetapi jika dipaksa, apa menuntut ilmu bisa bahagia? Justru seperti ditimpa beban berat, ini membuat Jieun jadi gadis yang pendiam, waktunya ia habiskan untuk membaca dan mempelajari banyak buku. Jikapun diberi kebebasan satu hari untuk melakukan me time, tetap harus didampingi sang supir yang setia.
Bertemu dengan Taehyung di luar pun, tidak bisa semaunya, jika Jieun ketahuan ayahnya, sudah dipastikan akan dimarahi habis-habisan, ayahnya tidak memperbolehkan Jieun memiliki hubungan dengan pria manapun sebelum tamat di bangku SMA.
Jieun harus menggunakan me timenya sebagai alasan untuk pergi bersama Taehyung, beruntung sang supir pribadi, sangat baik dan perhatian, ia tidak melaporkan hal ini kepada Tuannya, karena ia mengerti betul, bagaimana tersiksanya menjadi Jieun. Apalagi sang supir tidak memiliki anak perempuan, semakin besar pula rasa sayangnya kepada Lee Jieun.
Ternyata, uang bukan segalanya, meskipun semuanya butuh uang. Buat apa banyak uang, jika tidak bisa membeli kebahagiaan?
Sungguh, Jieun menginginkan hidup yang bebas, menjalani hidup yang penuh suka cita, mencapai cita-citanya menjadi seorang aktris terkenal, mutlak karena skill dan kemampuan Jieun sendiri, bukan karena pengaruh ayahnya yang terpandang. Menikah dengan orang yang tepat, lalu pensiun di usia tertentu, dan berbahagia dengan sang suami kelak. Bahkan Jieun memiliki rencana ingin pindah keluar negeri, lebih tepatnya ke Switzerland, tempat indah yang ingin Jieun tempati dengan pasangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Target ✅
RomanceSiapa yang mengira jika masa lalu benar-benar memiliki andil yang besar terhadap masa depan? Lee Jieun si aktris terkemuka tak bisa menebak jika dirinya diculik saat pesta perayaan ulangtahunnya yang ke-30 di villa miliknya sendiri. Sebuah pengkhi...