32. MENDAPAT KEPERCAYAAN

1.7K 188 3
                                    

"Ayo sarapan dulu. Nanti siang kamu sudah boleh pulang." Ujar Emiko menyuapi si bungsu.

Ammar menerima satu sendok berisi bubur hambar. Ingin menolak karena ia muak dengan makanan satu itu, tapi Ammar tak tega. Emiko yang telah membuat bubur itu karena tak mau memberikan makanan sembarangan untuk putranya.

"Ma, aku gak suka seledri." Kata Ammar lirih.

"Oh, maaf sayang. Ini Mama sisihkan." Emiko tersenyum senang saat Ammar sudah mau menolak jika tidak suka akan sesuatu.

Eros memperhatikan interaksi keduanya. Karl sudah menceritakan semuanya. Tentang adiknya yang dibuang dan remaja kecil yang mereka adopsi adalah bagian dari mereka.

Anak itu tertawa kecil saat Emiko menceritakan sesuatu. Walau beberapa kali raut tak suka ditujukan Ammar saat bubur masuk ke mulutnya. Eros ikut tersenyum tipis melihatnya.

"Eros, bisa panggilkan Nial. Adikmu ingin ke taman katanya." Ujar Emiko.

"Sama aku aja. Nial sibuk." Sela Eros berdiri untuk mengambil kursi roda.

Emiko menatap heran putra keduanya itu. Begitu juga Ammar yang langsung menunjukkan raut tak setuju. Kenapa tiba-tiba pemuda itu menawarkan diri.

"Ammar mau gak sama Kak Eros perginya?" Emiko meminta pendapat. Takut jika anak itu merasa tak nyaman.

Sebenarnya Ammar tak mau. Diantara para saudaranya yang lain, hanya dengan Eros lah ia merasa canggung. Karena kejadian saat pertama kali bertemu tak berkesan baik, Ammar jadi bingung bagaimana berinteraksi dengan Eros.

"Mama gak maksa kok. Kalau mau sama Kak Nial bisa tunggu sebentar atau pergi sama Papa juga bisa." Ujar Emiko. Ia tak bisa menemani Ammar karena Karl belum mengijinkannya keluar berdua dengan si bungsu.

Ammar menundukkan kepala. Nial ataupun Karl pamit bertemu klien di restoran dekat rumah sakit satu jam yang lalu. Carel juga dipaksa pergi ke sekolah karena pemuda itu bagian dari Osis. Dan Eros dipercayakan oleh Karl untuk menjaga Ammar untuk saat ini.

"Sama Kak Eros aja." Gumam Ammar memanyunkan bibir.

Karena gemas, Emiko mencubit pipi Ammar dan berhenti saat putranya merengek minta dilepaskan.

"Loh, kenapa pake kursi roda. Aku bisa jalan sendiri kok." Sewot Ammar saat melihat Eros masuk.

"Mau Kakak gendong?" Ujar Eros tanpa dosa.

"Hah?!"

Ammar menatap tak percaya pada Eros. Baru saja tadi ia berpikir jika mereka tak sedekat itu walau kini berstatus saudara. Tapi, Eros dengan mudahnya memanggil dirinya kakak.

"Ayo cepat keburu siang, nanti tambah panas." Kata Emiko berjalan menjauh menuju westafel.

Eros membantu Ammar untuk pindah ke kursi roda. Setelah pamit pada Emiko, dua bersaudara itu keluar menuju taman.

Canggung. Tanpa yang lain dua manusia itu tak tau harus membicarakan apa. Hingga Ammar yang tak tahan melontarkan tanya pada Eros.

"K-kak Eros punya pacar ya?" Ujar Ammar terbata.

"Lo– maksudnya kamu kok tau?" Eros menghentikan langkahnya heran. Ia tak pernah membicarakan tentang sang kekasih pada para saudaranya sekalipun.

"Bisa gak cara ngomongnya kayak biasa aja? Kak Eros gak cocok ngomong bahasa sopan gitu." Komentar Ammar julid.

"Ck, terserah gue sih. Lagian lo tau dari siapa gue punya pacar?" Ulang Eros kesal. Ia kembali mendorong kursi roda menuju taman.

"Nebak aja."

TUAN MUDA [Sequel] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang