38. ADIK

2.6K 201 3
                                        

Hari ini Ammar makan dikelas sendiri. Ia tak berani berkeliaran sendirian tanpa Saga, Carel, ataupun Mada saat berada di lingkungan sekolah. Namun, Carel yang sedang ada rapat organisasi tak dapat menemaninya makan siang. Begitu juga Saga yang tidak terlihat batang hidungnya.

"Lo sendirian?"

Seorang pemuda menarik kursi dan duduk disebelah Ammar. Ia tersenyum tipis melihat adik temannya itu tengah mengamati wajahnya.

"Gue temen Mada." Ujarnya memberitau ketika melihat raut kebingungan di wajah Ammar.

"Ah, teman Abang." Kata Ammar canggung. Ia ingat pernah melihatnya saat terjadi tawuran dulu. Tapi, mereka tak sedekat itu untuk bertemu tanpa Mada.

"Mau ikut gue ke markas gak? Mada nyuruh gue buat jagain lo selagi dia ada diluar negeri."

Apa benar begitu? Ammar pikir Mada terlalu berlebihan padanya hingga meminta temannya sendiri untuk menjaga dirinya.

Melihat jam dinding, masih ada banyak waktu istirahat sampai jam pelajaran selanjutnya. Ia juga sudah selesai makan dan Saga yang tak kunjung datang.

"Emang boleh aku ikut?" Tanya Ammar. Ia takut merepotkan mereka.

"Gak ada yang larang lo buat masuk kesana. Ayo, gue kenalin sama yang lain. Mada pelit banget gak mau liatin lo sama kita." Ujarnya mengulurkan tangan yang langsung disambut oleh Ammar.

Koridor begitu ramai. Sebanyak itu siswa disana, namun Ammar hanya punya satu teman. Saga bilang, semua orang menghindarinya karena ia adik dari Eros dan disayang Mada. Mereka takut tak sengaja melukainya dan berakhir buruk ditangan dua ketua geng itu.

"Nama gue Vincent Avalon, lo bisa panggil gue Vin." Kata Vincent memecah keheningan diantara keduanya.

"Halo, Kak Vin. Nama aku Ein." Ujarnya mendongak menatap pemuda itu dan tersenyum cerah.

Ammar kembali menatap jalan yang mereka lalui. Nama itu terdengar sama dengan milik Vince. Melihat bagaimana pemuda itu memperlakukannya hangat juga mengingatkannya akan sosok kakaknya itu.

"Kak Vin udah berapa lama temenan sama Bang Mada?" Tanya Ammar random berusaha mengurangi rasa canggung.

"Gue kenal dia sejak SMP. Dia anak pindahan dari luar negeri waktu itu."

Benar juga. Wajah Mada tidak seperti orang lokal. Walau rambutnya terbilang umum dengan warna kecoklatan, wajah memang tak bisa membohongi.

"Emm, emang tempatnya jauh ya Kak?" Ammar menatap bingung Vincent yang menyuruhnya masuk ke sebuah mobil.

"Lo bakal capek kalau jalan kaki." Hanya itu jawaban yang Ammar dapat.

Mengangguk pelan, Ammar bersiap untuk masuk ke jok samping kemudi sebelum sebuah tangan mencekalnya erat dan menyeretnya menjauh.

"Ck, dasar pengganggu." Decak Vincent menatap tajam lelaki didepannya.

"Maaf, sepertinya aku menggagalkan rencanamu." Ujar lelaki itu tersenyum miring.

"Siapa?" Tanya Ammar mengintrupsi obrolan keduanya. Ia merasa tak asing dengan wajah itu.

"Kamu mau bertemu dengan Vince, kan. Dia sedang menunggumu dimobilku." Katanya manunjuk ke luar gerbang.

Sret

"Tapi, Kak Eros bilang gak boleh ikut sama orang yang gak aku kenal." Ammar menarik tangannya hingga terlepas dari cekalan pria itu lalu beringsut ke arah Vincent.

"Benar. Apa lo tau, dia itu kakak Atlas." Vincent tersenyum kemenangan melihat raut ketakutan Ammar.

"Anak kecil memang naif dan polos. Mereka tidak tau mana yang benar dan salah." Ia menatap Vincent tajam. Lalu terkekeh merasa lucu.

TUAN MUDA [Sequel] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang