Bab 2: Argantara

48.3K 1.3K 1
                                    

Setiap malam Asya dan kedua orangtuanya selalu makan bersama di satu meja. Sebelum makan, mereka pasti akan bercanda dan tertawa dahulu. Aryo dan Renjani selalu menggoda anak semata wayangnya karena sampai saat ini belum ada pria satupun yang anaknya kenalkan kepada mereka.

"Ibu udah dapet kerjaan baru, jadi pembantu. Hitung-hitung ibu bisa bantu untuk perekonomian kita. Apalagi kita kan udah gak tinggal di desa lagi. Hidup dikota itu mahal semua." Ucap Renjani.

Aryo dan Asya menghelakan nafas mereka. Asya langsung lemah mendengar ucapan ibunya.

"Andai Asya punya banyak uang. Ayah sama ibu, Asya suruh hanya berdiam diri dirumah aja." Ucap Asya tersenyum getir.

"Sekolah yang pinter makanya." Sahut Aryo mengelus pucuk kepala anaknya.

Asya lagi-lagi tersenyum getir. Sejak dulu, jika orangtuanya selalu bertanya bagaimana disekolah gadis itu selalu berbohong jika ia baik-baik saja. Ia tidak pernah mengadu kepada ayah dan ibunya jika ia sering dikucilkan, dimaki dan dibully. Bahkan disekolah barunya, ia masih saja mendapatkan kucilan itu.

Setelah selesai makan malam. Asya izin untuk masuk ke kamar. Kebetulan jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Ia selalu diperintah ibunya untuk tidur lebih awal, jadi ia tidak akan mengantuk jika berada di sekolah.

Ketika sudah berada di kamar, gadis itu tidak langsung tidur. Ia menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Ia sedang berpikir gimana caranya dirinya bisa membantu perekonomian orangtuanya. Sedangkan ia masih sekolah, apa ada orang yang mau menerimanya bekerja.

Kalaupun ia di terima bekerja. Asya berniat tidak akan memberitahu orangtuanya. Jika orangtuanya tau pasti mereka akan sangat marah besar kepadanya. Ia tidak ingin itu terjadi.

"Kerja apa ya yang mau nerima aku yang masih sekolah." Gumamnya.

Setelah lama berpikir, akhirnya gadis itu memilih untuk menyelami alam bawah sadarnya. Sebelum ibunya menegur jika ia belum segera tidur.

🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩

Suara musik yang begitu kencang membisingkan telinga ketiga pria yang sedang asik bersenang-senang. Dengan begitu, suara bising itu sangat mengasikkan untuk mereka. Mereka sangat menikmatinya dengan beberapa macam minuman alkohol di atas meja.

"Buset, lo udah berapa botol minum Ga?" Ucap seorang pria bernama Paul Fransisco.

Paul, merupakan salah satu sohib dekat Arga. Paul juga merupakan wakil ketua API-BOYS. Arga dan Paul sudah berteman sejak kecil. Mereka berdua juga sudah saling mengenal sifat masing-masing.

"Lo berdua jangan nyusahin gue. Gak sadar apa lo berdua udah teler parah gitu." Sahut pria yang bernama Ikbal Raditya.

Ikbal juga merupakan sohib dekat Arga dan Paul. Nama API-BOYS berasal dari nama singkatan mereka bertiga (ARGA,PAUL, IKBAL). Jika Arga dan Paul adalah sahabat kecil, maka Ikbal adalah teman yang baru mereka kenal sejak bangku SMP. DIbanding Arga dan Paul, Ikbal adalah orang yang paling waras di antara mereka bertiga. Jika Arga dan Paul mampu menghabiskan alkohol berbotol-botol, maka Ikbal hanya mampu meminum 1 botol saja.

1 botol aja udah teler, apa lagi berbotol-botol.

Arga dan Paul hanya berancau tidak jelas. Ikbal orang paling waras di antara mereka hanya bisa menggelengkan kepala saja.

Ikbal sudah kewalahan sendiri oleh 2 temannya itu. Akhirnya ia memutuskan untuk menelpon salah satu anggota API-BOYS untuk menjemput mereka disini.

Ketenangan Ikbal sirna ketika seorang wanita datang dengan pakaian seksinya lalu duduk ditengah-tengah Arga dan Paul.

ARSYA: My Naughty Boyfriend (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang