3 hari sudah berlalu. Setelah pertengkaran Asya dan Mala tempo hari, Asya sudah sekolah normal seperti biasa. Selama 3 hari itu juga Asya tidak melihat batang hidung Mala. Entah ia kemana.
Hari ini adalah hari jum'at. Itu artinya sekolah hari ini hanya setengah hari. Hari yang sangat disukai bagi semua murid Pancasila. Apalagi besoknya dan lusa hari libur.Selama 3 hari yang lalu hubungan Asya dan Arga baik-baik saja. Tidak ada pertengkaran di antara mereka. Pulang dan pergi sekolah mereka selalu bersama.
Khusus hari jum'at, Asya tidak pulang bersama Arga. Pria itu harus menjalankan ibadah sholat jum'at terlebih dahulu. Dan Asya tidak untuk diperintahkan Arga untuk menunggunya. Ia langsung menyuruh Asya untuk pulang saja.
Hari ini Aisyah ingin bermain kerumah Asya sepulang sekolah. Aisyah juga sudah meminta izin kepada ibunya.
Srett
Asya tergelonjak kaget. Tiba-tiba tangannya ditarik seseorang yang wajahnya tidak asing dipikirannya.
Tangan sebelah kirinya ditarik orang tersebut, dan tangan kanannya ditahan oleh Aisyah.
"Jauhi anak saya!" Ucap wanita tersebut langsung to the point.
Ya, wanita itu adalah ibunya Arga. Wanita yang pernah ia jumpai di kedai es krim tempo hari.
Asya dan Aisyah mengernyitkan dahi mereka. Asya menatap wanita tersebut dengan kebingungan.
"Mohon maaf bu sebelumnya, dengan alasan apa saya harus menjauhi Arga?" Tanya Asya dengan takut-takut.
"Kamu mendekati anak saya pasti kamu hanya ingin memoroti anak saya kan?!" Sentaknya.
"Anak? Bukankah ibu tidak pernah menganggap Arga anak ibu? Dan bukankah ibu sendiri yang ingin membunuh anak ibu sendiri." Sarkas Asya dengan penuh keberanian.
Mendengar jawaban Asya, Aisyah menatap cengo ke arah temannya itu. Apa maksudnya itu? Pikir Aisyah.
"Kurang ajar kamu ya!"
"Saya gak bermaksud untuk kurang ajar kepada ibu. Saya hanya ingin berkata jujur. Dan untuk tuduhan ibu kepada saya itu tidak benar. Saya gak ada sama sekali niatan untuk memoroti Arga." Bela Asya dengan tenang.
"Jauhi Arga atau saya akan berbuat nekat kepada kamu ataupun orangtua kamu!" Ancam wanita itu.
Mata Asya membelalak. Degupan di jantungnya terus memompa hebat. Ia tidak ingin orangtuanya kenapa-kenapa. Apa ia juga harus menuruti perintah ibunya Arga.
"Camkan ucapan saya!" Ucap wanita itu lalu berlalu pergi.
Asya mematung. Tangannya terkepal kuat. Matanya kian memerah menahan tangis dan emosinya.
"Asya, kamu gakpapa?" Tanya Aisyah mengelus pundak Asya.
"Aisyah, aku harus gimana?" Ucap Asya dengan pelan dan lirih.
"Kita bicarain dirumah aja nanti." Jawab Aisyah lalu langsung mengajak Asya untuk mendekat ke arah halte bus.
🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩
Sesampainya dirumah, Aisyah langsung mengambilkan Asya segelas air minum. Ia mencoba untuk menenangkan Asya.
Asya begitu gelisah. Sekarang dipikirannya, bagaimana caranya agar orangtuanya tidak terlibat apapun dengan ibunya Arga. Ia tidak mau terjadi apa-apa dengan orangtuanya. Apa ia harus benar-benar menjauhi Arga dan mengikuti perintah ibunya Arga? Tapi entah kenapa ia tidak rela untuk menjauh dari Arga disaat ia sudah memiliki perasaan kepada laki-laki itu.
"Kamu ada hubungan sama Arga?" Tanya Aisyah pelan-pelan.
Asya menatap Aisyah. Ia memilinkan jari-jarinya mengalihkan kegelisahannya.
"Jadi waktu itu Arga pernah nolongin aku sewaktu ada yang ngebully aku. Dan pada saat itu juga Arga sama aku terikat ke dalam sebuah perjanjian dan kontrak---"
"Kontrak? Kontrak apa?" Sela Aisyah.
"Kontrak kalo aku harus selalu menuruti perintah Arga, kalo gak ayah aku pasti akan dipecat di perusahaan papanya Arga. Karena itu aku terpaksa mengiyakan kontrak itu. Aku sama sekali gak bisa keluar dari kontrak itu. Aku bisa keluar kalo aku mampu buat bayar semua denda yang Arga minta. Tapi, beberapa hari yang lalu Arga meminta aku untuk jadi pacar. Dan sekarang, aku gak bisa untuk menjauh dari Arga. Tapi, aku juga gak mau kenapa-kenapa sama orangtua aku."
"Kamu gak bisa jauh dari Arga karena kamu sekarang udah ada perasaan sama dia?" Sarkas Aisyah.
Asya menghembuskan nafasnya. Perlahan gadis itu menganggukan kepalanya.
"Hhuffft, aku juga bingung harus bantu dan ngomong apa Sya."
"Aku juga bingung harus gimana. Kalo aku minta putus sama Arga pasti dia gak akan mau. Tapi kalo gak dengan cara itu, gimana aku harus ngelindungin orangtua aku, Ais." Jawab Asya menundukkan kepalanya.
Suasana di dalam ruangan itu menjadi hening. Asya yang terus berpikir keras bagaimana caranya untuk melindungi orangtuanya dan Aisyah yang terdiam tidak tau harus bicara apa.
"Sya, aku boleh nanya sesuatu?"
"Apa?"
"Apa maksud kamu tentang ibunya Arga yang gak nganggep Arga anaknya sama ibunya yang selalu ingin membunuh Arga?" Tanya Aisyah takut-takut.
"Hah? I-ini. Ck, apa ya. Tapi kamu jangan kasih tau siapa-siapa ya. Cukup kita aja yang tau." Jawab Asya gelagapan sendiri.
"Iya aku janji." Sahut Aisyah menjulurkan jari kelingkingnya untuk berpaut sama jari kelingking Asya.
"Jadi, ibunya Arga itu gak pernah nganggep Arga itu anaknya. Beliau selalu membenci bahkan selalu ingin buat Arga itu meninggal. Kalo Arga meninggal, ibunya jadi bisa mendapatkan harta warisan yang Arga punya. Bukan hanya itu, Arga juga pernah bilang sama aku kalo ibunya juga ingin membuat papa dan kakeknya meninggal. Jadi beliau bisa dengan mudahnya mendapatkan semua harta keluarga Arga. Ibu sama papanya Arga itu sudah lama pisah. Dan setelah itu Arga memilih untuk hidup mandiri."
Mulut Aisyah menganga terkejut. "Sya, kamu pernah baca rumor gak? Kalo Arga itu anak tunggalnya keluarga Praxiaro." Heboh Aisyah.
"Em, kalo itu aku gak tau. Dan aku juga gak pernah tau siapa papanya Arga. Tapikan nama Arga gak ada nama Praxiaro-nya. Masa kamu gak tau nama Arga, nama Arga-kan Samuel Argantara." Dusta Asya mengelak.
Untuk masalah itu, Asya tidak ingin Aisyah tau. Dan ia juga tidak ingin membocorkan identitas sebenarnya Arga.
"Iya juga ya." Percaya Aisyah.
"Kamu sih lagian pakek percaya-percayaan sama rumor kayak gitu."
"Udah ah, yuk kita masak aja. Perut aku udah keroncongan ini. Nanti kita berpikir lagi setelah makan. Ehh, enggak kita sih, maksudnya aku aja hehe." Ujar Asya beranjak dari duduknya mengalihkan pembicaraan.
"Kita mau masak apa?" Tanya Aisyah.
Asya mengetuk-etuk dagunya. Ia berpikir ingin memasak apa untuk mereka.
"Gimana kalo kita masak ayam goreng sama sayur tumis kangkung aja. Itu kan simpel."
"Okey, let's go!" Seru Aisyah bergegas masuk ke dapur duluan.
Sedari tadi, tanpa disadari kedua gadis itu ada seseorang yang sudah sejak dari tadi menguping pembicaraan mereka dari luar. Mendengar suara langkah kaki kedua gadis itu pergi ke dapur, orang tersebut juga langsung pergi meninggalkan tempat itu.
🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩
Next episode coming soon!
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYA: My Naughty Boyfriend (END)
Fiksi RemajaSamuel Argantara, pria yang dikenal sebagai pentolan sekolah. Seorang brandalan Arga ternyata ia juga salah satu murid pintar di sekolahnya. Bukan hanya menjadi ketua geng motor, Arga juga aktif di bidang basket dan osis. Pria yang dikenal dengan si...