Hari sabtu ini Asya libur sekolah. Sekolah yang saat ini itu full day. Jadi setiap hari sabtu dan minggu Asya mendapatkan hari libur.
Setelah sholat shubuh, tidak kembali tidur. Gadis itu membersihkan kamarnya, membantu ibunya memasak, menyapu, mengepel dan membersihkan rumah.
Sudah sejak dari dulu Asya selalu membantu ibunya. Pada saat pagi-pagi buta ibunya pergi berjualan sayur, Asya selalu yang membantu ibunya bersih-bersih rumah.
Jika kebiasaan sejak kecil sudah di biasakan, maka pada saat Asya tumbuh dewasa kebiasaan-kebiasaan itu tidak pernah luntur.
Hari sudah menunjukkan pukul setengah 7 pagi. Asya keluar dari rumahnya untuk menyiram tanaman-tanaman sang ibu tercinta.
"Udaranya masih enakan di desa." Gumam Asya dengan rakus menghirup udara pagi.
"Pagi, bu." Sapa Asya dengan tersenyum ramah kepada tetangganya itu.
"Pagi."
"Wah dek Asya pagi-pagi udah bebenah rumah, rajin banget. Anak ibu mah boro-boro, kalo libur gini bangunnya selalu siang, jam 10 baru bangun." Sambungnya.
Biasalah mulut tetangga.
Asya tersenyum. Tangannya masih fokus memegangi selang untuk menyirami semua tanaman ibunya.
"Asya."
"Ayah." Sahut Asya membalikkan badannya menatap sang ayah yang sudah rapi dengan seragam kerjanya.
"Ayah, mau kerja?"
"Iya. Ayah kerja dulu ya. Kamu dirumah mantep-mantep, kalo ibu lagi kerja kamu diem aja dirumah, kunci seluruh pintu sama jendela." Jawab Aryo mengecup kening anak semata wayangnya.
"Siap, ayah. Ayah hati-hati ya, semangat kerjanya."
Aryo menaikki motornya, pria paruh baya itu juga tidak lupa memakai helm di kepalanya.
"Ayah, pergi ya."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Sahut Asya.
"Dadah ayah, Asya sayang Ayah." Seru Asya melambaikan tangannya.
Asya menatap motor Aryo yang sudah pergi menjauh. Senyuman di wajahnya luntur menjadi tatapan kosong.
"Kalo nanti Asya udah banyak uang. Asya gak mau ayah sama ibu kerja, Asya aja yang cari uang." Batinnya dengan tersenyum getir.
"Asya, udah selesai nyiram tanemannya sayang." Ucap Renjani menatap Asya yang sedang melamun berdiri di depan pintu.
Asya tersadar dari lamunannya. Ia menatap dan tersenyum manis kepada ibunya itu.
"Udah, bu." Sahut Asya.
Asya berjalan mematikan keran air. Lalu ia langsung kembali masuk ke dalam rumah.
"Ibu mau kerja?"
"Iya, nak. Kamu gakpapakan dirumah sendirian." Jawab Renjani mengelus surai rambut hitam pekat anaknya itu.
Asya menganggukan kepalanya. Walaupun ada rasa sedih, tapi ia tidak boleh menunjukkannya kepada kedua orangtuanya.
"Asya gakpapa kok bu. Asya kan berani, Asya gak takut sama hantu. Asya cuma takut sama Allah." Seru Asya.
Renjani terkekeh kecil. Ia menjawil hidung kecil anaknya itu.
"Yaudah, ibu berangkat dulu ya. Kunci semua pintu sama jendela ya."
"Siap bos. Asya akan menuruti perintah ibunda." Ucap Asya dengan tangan membentuk hormat.
"Assalamualaikum."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYA: My Naughty Boyfriend (END)
Ficção AdolescenteSamuel Argantara, pria yang dikenal sebagai pentolan sekolah. Seorang brandalan Arga ternyata ia juga salah satu murid pintar di sekolahnya. Bukan hanya menjadi ketua geng motor, Arga juga aktif di bidang basket dan osis. Pria yang dikenal dengan si...