Asya sudah kembali sekolah. Suasana di sekolahnya hari ini di hebohkan dengan berita Asya yang menjadi seorang model. Banyak kritikan dan pujian yang ia dapatkan.
"Demi apa itu Asya?!"
"Iya gue gak percaya sumpah. Apalagi mau masuk jadi model di perusahan Bursh Crop itu susah weiii."
"Gak mungkin kan Asya bisa masuk gitu aja."
"Iya. Kayaknya di bantu Arga deh. Bukan murni dari kemampuan diri dia."
"Lah napa kalian yang sewot! Kalo iri tu bilang aja!"
"Iya, lagian kan Asya memang pinter. Body dia aja memang cocok di bidang model."
"Kalaupun memang Arga yang bantu, lagian kenapa. Arga aja gak sewot bantu pacarnya napa jadi lo pada yang sewot."
"Iri tanda tak mampu."
Asya berjalan dengan lesu. Ia berpura-pura menulikan telinga saja. Biarkan orang-orang perpikiran seperti itu. Ia juga tidak memaksa untuk orang suka kepadanya.
Ia hanya bekerja. Dan tujuannya bekerja hanya untuk menghidupi dirinya sendiri bukan ingin mencari ketenaran.
Asya mendudukkan tubuhnya ke bangku dirinya. Ia menatap lurus ke depan entah apa yang ia pikirkan.
"Sya, kamu kenapa? Pagi-pagi udah murung gini." Ujar Aisyah menatap wajah Asya dari samping.
Asya menoleh ke samping. Ia tersenyum seraya menggelengkan kepala. "Aku gakpapa kok."
"Kamu lagi berantem sama Arga? Oh iya tumben hari ini kamu gak bareng Arga sekolahnya."
"Aku baik-baik aja kok sama Arga. Aku gak bareng Arga hari ini karena katanya dia hari ini gak sekolah dulu. Ada urusan yang harus dia selesaikan katanya."
Aisyah ber-oh ria. Ia mengeluarkan sebuah kotak bekal yang ia bawakan untuk Asya.
"Nih buat kamu. Ini hadiah karena temen aku sekarang udah jadi model."
"Makasih Ais. Wahh jadi ngerepotin deh." Ujar Asya tersenyum seraya mengambil kotak bekal berwarna biru pastel.
"Kamu keren banget tau gak, Sya. Aku sempet pangling loh liat foto kamu di medsosnya perusahaan tempat kamu kerja."
"Masa sih. Perasaan aku biasa aja deh liat fotonya." Ucap Asya tersipu malu.
Asya membuka kotaknya, lalu ia mengeluarkan mata binarnya menatap isi di dalam kotak bekal yang di berikan Aisyah.
"Wahhh sandwich. Makasih Ais."
🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩
Bel istirahat berbunyi. Semua siswa langsung melipir keluar dari dalam kelas.
Asya dan Aisyah juga langsung pergi ke kantin. Kedua gadis itu memesan makanan yang sama.
"Biar aku aja bayar. Anggap aja aku traktir kamu." Ucap Asya menahan Aisyah yang ingin membayar pesanannya.
"Widihhh enak banget punya temen kaya raya."
Asya menggelengkan kepala. Bayaran sewaktu pemotretan kemarin sudah dibayar untuk 1 hari kemarin. Pekerjaan Asya cukup dibilang tidak begitu sulit. Tapi, bayaran yang didapatkannya tidak main-main.
Kedua gadis itu berjalan mencari meja kosong. Sejak dari pagi tadi, Arga sama sekali tidak menghubungi Asya.
Urusan apa yang sedang Arga selesaikan, batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYA: My Naughty Boyfriend (END)
Teen FictionSamuel Argantara, pria yang dikenal sebagai pentolan sekolah. Seorang brandalan Arga ternyata ia juga salah satu murid pintar di sekolahnya. Bukan hanya menjadi ketua geng motor, Arga juga aktif di bidang basket dan osis. Pria yang dikenal dengan si...