Bab 38: Obsesi?

28.7K 789 7
                                    

Sudah 1 minggu Arga berada dirumah sakit. Mirzan meminta kepada pihak rumah sakit untuk memberikan perawatan yang terbaik untuk anaknya. Apalagi luka terbuka yang ada di pundak Arga cukup begitu parah.

Selama 1 minggu itu juga Asya selalu bolak balik rumah sakit. Setelah pulang sekolah ia selalu datang kerumah sakit. Gadis itu juga terkadang membawakan dan membuatkan kekasihnya makanan yang sehat.

Tepat hari ke tujuh, Arga sudah di perbolehkan pulang. Walaupun Arga masih belum diperbolehkan melakukan hal-hal yang berat.

Asya dan beberapa anggota API-BOYS menjemput Arga pulang. Selama beberapa hari kedepan, Arga tidak tinggal di apartemennya. Ia harus tinggal di mansion papanya demi kesembuhannya.

"Eh adek Arga mau makan apa? Biar kakak Asya yang masakin." Gurau Asya membuat semua orang terkekeh geli.

Selama Arga sakit, Asya seperti seorang kakak yang merawat adiknya yang sedang sakit. Ia selalu menyebut dirinya kakak Asya dan Arga adalah adek Arga.

"Adek! Itu kakaknya nanya loh masa di kacangin." Gurau Paul membuat suasana diruangan itu menjadi rame.

"Iya nih adek Arga gak sopan banget. Kayaknya adek Arga perlu kakak Asya ajarin sopan santun deh." Timpal Ikbal langsung membuat Arga memanas.

"Ih kalian ini! Gak boleh bully adek Arga taukk! Kasian adek Arga jadi malu gitu mukanya!" Sahut Asya sefrekuensi dengan Ikbal dan Paul.

"Bisa diem gak?!" Sentak Arga sudah naik tikam.

"Tuhkan adek Arga nya marah." Ujar Asya langsung mendapatkan tatapan tajam dari Arga.

"Kamu kenapa sih. Biasanya aku panggil adek Arga kamu gak pernah marah." Protes Asya menatap sengit Arga.

"Ya gak di depan mereka juga, Hasya Auristela Praxiaro." Ucap Arga dengan geram.

"Wedededewwww, udah Praxiaro aja tuh nama." Heboh Burhan yang sedari tadi hanya tertawa saja.

Mendengar itu, wajah Asya bersemu merah. Ia menatap Arga sekilas dengan tatapan permusuhan.

"Traktir sabi kali ya." Celetuk Gani.

"Sebelum janur kuning melengkung, Pasha masih bisa menikung." Cengengesan Pasha menggoda ketuanya.

"Mau minta di pecahkan kepala kao sama Arga hah?!" Sentak Paul keluar sudah logat medannya.

"Emang bisa? Tangannya aja belum bisa ngapa-ngapain." Jawab Pasha langsung membuat pasang mata tertuju padanya.

"Wahhh gilak sih, Ga! Nih bocah nantangin. Akhhh lo beraninya kalo paketu lagi sakit doang." Kompor meleduk Imam.

"Canda bos, heheh." Ujar Pasha mengangkat jari telunjuk dan jari tengannya, peace.

"Kalo gue jadi lo, Ga. Udah bacok lehernya sampe putus." Ujar Imam.

"Anak anjeng! Kompor banget lo!"

"Astaghfirullah Pasha, istighfar. Tega banget lo ngatain orangtua gue. Gue anaknya pak Dirman sama bu Ayu." Akting Imam seolah-olah menangis.

"Gue kristen!" Sarkas Pasha menatap sengit Imam.

Hhuft......whahahah

Mereka semua tertawa lepas. Asya hanya bisa menggelengkan kepala seraya memijat pelipisnya yang tidak pusing.

🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩

Dihari yang sama, tapi di tempat dan suasana yang berbeda.

Mirzan mengajak Sekar untuk bertemu 4 mata. Pria itu akan membicarakan perihal kejahatan yang sudah mantan istrinya lakukan kepada Arga.

"Mas." Sapa Sekar dengan tersenyum manis.

Mirzan sama sekali tidak membalas sapaan ataupun senyuman Sekar. Pria itu hanya berekspresi datar.

"Saya mengajak kamu ketemuan hanya ingin memberitahukan 1 hal."

"Arga masuk rumah sakit." Sambung Mirzan.

Sekar langsung mengeluarkan ekspresi terkejut. Wanita itu sangat manipulatif. Ia memang pemain yang handal.

"Astaga! Trus gimana keadaan Arga mas?"

Mirzan tersenyum tipis. Sangking tipisnya, Sekar sama sekali tidak melihatnya.

"Wowww." Seru Mirzan bertepuk tangan.

"Kenapa mas?"

Mirzan tersenyum miring, pria itu langsung beranjak dari duduknya lalu berdiri di samping Sekar.

"Kamu memang berbakat sekali di bidang akting." Bisik Mirzan di telinga Sekar.

"M-maksud kamu mas?"

"Bukankah kamu yang sudah membuat anak saya masuk rumah sakit?" Ujar Mirzan tersenyum seraya bersedekap dada.

"Ini sudah yang ke berapa kalinya kamu mencoba untuk membunuh ANAK SAYA! DARAH DAGING KAMU SENDIRI SEKAR!"

Sekar menatap Mirzan dengan menyalang. Ia menggertakkan giginya mendengar nama Arga.

"DIA BUKAN ANAK SAYA!"

"Sebenarnya kamu tu dukung aku mas! Arga adalah penghalang kita untuk bersama lagi! Bukankan kamu masih mencintaiku, mas? Dan Arga gak pernah menyetujui jika kita kembali bersama. Aku melakukan itu demi kita mas! DEMI SUPAYA KITA BISA KEMBALI BERSAMA!"

Mirzan menggelengkan kepala tidak percaya. Pria itu tersenyum remeh menatap Sekar dengan penuh kebencian.

"Kamu sudah gila Sekar! Saya bisa saja membawa kasus ini ke pengadilan. Tapi apa. Arga melarang saya. Anak yang tidak kamu anggap melarang saya untuk tidak menjebloskan kamu ke penjara."

"Dan untuk pertanyaan kamu yang aku masih mencintaimu. Kamu salah! Semenjak kamu pergi meninggalkan aku dengan Arga, sejak hari itu aku sangat benci dengan kamu! Rasa cinta yang besar kalah dengan rasa benci dan jijik. Sejak dulu kamu gak pernah mencintai aku. Kamu gak pernah tulus denganku. Semua yang ada di otak kamu hanya HARTA, HARTA DAN HARTA! Kamu sudah punya kelurga. Jangan bikin anak kamu yang sekarang merasakan apa yang dirasakan Arga."

"Aku bisa menceraikan suami aku hari ini juga asalkan kita bisa kembali seperti dulu lagi, mas!" Ujar Sekar meninggikan nada bicaranya.

"Saya peringatkan kamu! Sekali lagi kamu berbuat kejahatan kepada anak saya, saya tidak akan segan-segan untuk menjebloskan kamu ke penjara tanpa persetujuan dari Arga." Ancam Mirzan.

Mirzan mengambil jas-nya yang ia letakkan di kursi. Pria itu langsung berlalu meninggalkan Sekar seorang diri dengan diikuti beberapa bodyguard-nya.

"Mas Mirzan!" Pekik Sekar.

Didalam mobil, Mirzan menyandarkan tubuhnya di kursi. Ia memejamkan matanya. Kepalanya terasa pusing sekali memikirkan semua ini.

"Kita pulang, pak?" Tanya supir pribadi Mirzan.

"Iya. Anakku pasti sudah menungguku dirumah."

🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩

Next episode coming soon!

ARSYA: My Naughty Boyfriend (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang