Senin pagi ini wajah Asya selalu tersenyum bahagia. Bagaimana tidak, hari ini orangtua pulang. Nanti sore ia akan menjemput kedua orangtuanya. Ia tidak sabar menanti itu.
"Happy banget mukanya." Celetuk Aisyah menatap Asya dengan terheran-heran.
"Ais, kamu mau tau gak? Hari ini ibu sama ayah aku pulang. Aku gak sabar banget mau peluk mereka. Aku kangen banget tau." Heboh Asya dengan penuh antusiasnya.
"Oh ya. Aku jadi ikut seneng deh." Jawab Aisyah ikut tersenyum.
"Pulang sekolah nanti, aku mau masak yang banyak buat ayah sama ibu."
"Mau aku bantuin gak, ngasih kejutan buat ayah sama ibu kamu?" Tawar Aisyah dengan tulus.
"Emm, emangnya gak ngerepotin kamu? Aku sih memang butuh bantuan deh kayaknya."
"Ya enggaklah. Aku beneran mau bantuin kamu. Nanti pulang sekolah aku ikut kamu pulang deh." Jawab Aisyah dengan senyum yang tidak merekah.
"Makasih, Aisyah." Ucap Asya dengan tersenyum manis.
"Sama-sama."
🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩
Di rooftop sekolah.....
"Tumben banget bolos." Celetuk Paul membuat ia dan Ikbal saling menatap bingung ke arah Arga.
"Bukannya udah dari dulu kita sering bolos." Sarkas Arga tanpa menatap ke arah kedua temannya.
"Ya itu kan dulu. Setelah lo kenal Asya perasaan gak pernah tuh lo ngajakin kita bolos lagi. Kita sih seneng-seneng aja lo ajakin bolos." Jawab Paul ikut duduk di sebelah kiri Arga.
"Ada masalah?" Tanya Ikbal takut-takut.
Arga menatap sekilas ke arah Ikbal. Ia hanya membalas pertanyaan Ikbal dengan senyuman kecil saja.
"Kita temen lo, Ga. Kalo lagi ada masalah tu cerita. Jangan lo pendem sendiri. Bukannya lo sendiri dulu yang bilang kalo kita ini bukan lagi yang namanya temen tapi udah kayak keluarga sendiri. Tapi kenapa lo masih gak pernah yang namanya cerita ke kita kalo lagi ada masalah. Sampe kapan lo mendem sendiri, Ga. Sampe lo gila gitu? Apa sampe lo mati?" Ucap Ikbal mengeluarkan semua unek-uneknya.
Arga menatap datar ke arah depan. Pikirannya terus bertempur. Terkadang ia juga merasa lelah dengan hidupnya. Tapi ia juga tidak boleh menyerah begitu saja. Apalagi menyerah bisa membikin ibunya menang. Itu semua akan membuatnya sia-sia setelah sampai saat ini ia bertahan.
"Sorry."
Hanya sepatah kata itu yang mampu Arga keluarkan. Ia hanya tidak ingin menyeret orang-orang terdekatnya masuk ke dalam kehidupannya yang kelam itu. Cukup perempuan yang ia cintai saja, yang ia paksa untuk masuk ke dalam kehidupannya ini.
"Gue cuma gak mau ngelibatin kalian. Kalian masih punya keluarga yang selalu menunggu kepulangan kalian dirumah. Sedangkan gue. Gue gak punya itu. Hidup gue gak seberuntung kayak kalian." Ucap Arga dengan tersenyum di akhirnya.
"Tapi lo punya kita, Ga. Kita keluarga lo. Kita yang akan selalu berada disamping lo." Ucap Ikbal dengan tegas.
"Apa lo lupa, Ga. Meskipun lo gak beruntung di dalam keluarga, tapi lo beruntung di dalam percintaan, Ga. Asya tulus sama lo. Asya sayang sama lo. Asya selalu ada untuk lo. Apa lo masih kurang juga?" Kali ini Paul yang ikut membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYA: My Naughty Boyfriend (END)
Teen FictionSamuel Argantara, pria yang dikenal sebagai pentolan sekolah. Seorang brandalan Arga ternyata ia juga salah satu murid pintar di sekolahnya. Bukan hanya menjadi ketua geng motor, Arga juga aktif di bidang basket dan osis. Pria yang dikenal dengan si...