Pagi ini disekolah Arga dan Asya selalu menjadi pusat perhatian seantero Pancasila. Cuma karena perihal selebrasi mereka kemarin, mereka menjadi perbincangan semua murid disana.
"Mereka pacaran?"
"Kayaknya sih iya."
"Masa sih mereka pacaran, turun banget levelnya Arga."
"Emangnya kenapa kalo mereka pacaran? Mereka cocok kok."
"Apaan cocok! Lebih cocok Arga sama Liora."
"Woii! Lo lupa apa yang di bilang Arga. Mereka gak pernah pacaran. Liora nya aja yang ngaku-ngaku."
"Ngaca gilak!"
Kira-kira seperti itu lah ucapan-ucapan para murid pagi tadi. Untung saja ada Arga di sampingnya. Arga benar-benar menepati janjinya di dalam kontrak.
Ketika Arga bertindak. Tidak ada lagi murid yang membicarakan mereka ataupun Asya. Asya begitu bersyukur karena ada Arga disisinya. Ia sangat berterimakasih kepada Arga. Walaupun mungkin kata terimakasih saja tidak cukup.
Pada saat jam istirahat berbunyi, Asya dan Aisyah langsung bergegas ke kantin untuk mengisi tenaga. Sebelum itu, Asya melipir dulu ke toilet. Ia menyuruh Aisyah untuk langsung ke kantin saja dan ia akan menyusul segera.
Setelah selesai buang air kecil, Asya segera menyusul Aisyah. Ia tidak mau temannya itu menunggu dirinya terlalu lama.
Ketika Asya memasuki area kantin, disana tampak begitu ramai dan ricuh. Gadis itu tidak memperdulikannya. Matanya terus mencari dimana keberadaan Aisyah. Setiap penjuru kantin sudah ia lihat. Tetapi keberadaan batang hidung Aisyah sama sekali tidak ia lihat disana.
Gerumbungan murid menjadi pusat perhatian Asya. Gadis itu perlahan mendekatinya. Jiwa keponya mengguncang. Apa yang sedang terjadi disana.
"Eh dek, dek, dek." Panggil Asya kepada salah satu siswi adik kelasnya.
"Iya kak?"
"Itu disana ada apa ya? Kenapa rame gitu." Tanya Asya menunjuk ke arah kericuhan disana.
"Itu kak ada salah satu siswi kakak kelas yang lagi dibully."
"Dibully? Dibully karena apa?" Tanya Asya mengernyitkan dahi.
"Jadi, kakel yang jadi bullyan itu tadi gak sengaja nabrak kakel yang ngebully. Kakel yang ngebully itu marah karena kakak yang nabrak itu gak sengaja numpahin jus jeruk yang di pegangnya sampe jatuh ke sepatu dan roknya. Makanya kakak yang ngebully marah banget."
"Emangnya yang dibully siapa?"
"Kalo gak salah namanya Aisyah Qaisara waktu aku liat di nametag nya." Jawab siswi itu seraya jari telunjuknya mengetuk-etuk dagunya untuk mengingat nama korban.
"Aisyah!" Panik Asya.
Asya langsung berlalu begitu saja. Ia bergegas berlari menghampiri Aisyah. Apa ia harus membantu Aisyah. Terus bagaimana dengan dirinya? Apa ia bisa melawan sang pembully.
"Aisyah!"
"Asya."
Asya begitu iba menatap Aisyah yang terduduk di lantai. Bahkan kepala hingga seragamnya sudah basah. Sepertinya Aisyah disiram sang pembully ini.
"Aisyah kamu gakpapa?" Ucap Asya berjongkok dihadapan temannya itu.
"Heh lo!"
"Jangan karna lo selalu dibelain Arga dan lo sok-sokan mau jadi pahlawan buat dia!" Sentak seorang gadis yang berdiri seraya bersedekap dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYA: My Naughty Boyfriend (END)
Novela JuvenilSamuel Argantara, pria yang dikenal sebagai pentolan sekolah. Seorang brandalan Arga ternyata ia juga salah satu murid pintar di sekolahnya. Bukan hanya menjadi ketua geng motor, Arga juga aktif di bidang basket dan osis. Pria yang dikenal dengan si...