Bab 15: Belajar motor sport

31.2K 938 33
                                    

Ting!

Asya membuka handphone nya. Gadis itu menatap nama yang tertera di layar handphone nya itu.

✉️ Argantara

Gue tunggu di parkiran.
Jangan coba-coba untuk kabur.

Asya menarik nafas berat. Gadis itu kembali menutup handphone tanpa membalas pesan chat Arga. Ia langsung bergegas menghampiri pria itu.

"Hampir telat 5 detik." Ucap Arga menatap jam di tangannya lalu naik ke atas motor.

"Kenapa?"

Arga yang hendak memasang helmnya menjadu berganti. Ia menyipitkan matanya menatap Asya.

"Lo lupa sama yang gue omongin kemarin?"

Asya membulatkan matanya. Jadi ini alasan Arga tidak membawa mobil hari ini. Akhhh, pria ini selalu menepati omongannya.

"Naik cepet! Kita ke lapangan kemarin, habis itu belajar bareng dirumah lo." Ucap Arga dengan santainya.

Asya menghembuskan nafas dengan pasrah. Jika nanti Arga dan ayahnya bertemu, ia sudah tidak tau harus bilang gimana lagi. Tapi, semoga saja nanti ayahnya belum pulang.

"Bentar aku kabarin ibu dulu. Nanti ibu khawatirin aku kayak kemarin." Ucap Asya.

Setelah mengirimkan pesan kepada ibunya, Asya memasukkan handphonenya ke dalam tas. Arga juga langsung melepaskan dan melemparkan jaketnya ke wajah Asya. Lagi, lagi dan lagi, sasaran pria itu selalu wajah Asya.

Asya mengikatkan jaket kulit milik Arga ke pinggang rampingnya. Gadis itu dibantu Arga naik ke atas motor lalu memakai helmnya yang berwarna lilac, entah Arga dapat dari mana helm itu.

Arga melajukan motornya meninggalkan perkarangan sekolah. Pria itu mengendarai motornya dengan kecepatan normal. Apa lagi saat ini ia sedang membawa anak orang. Jika Asya terjengkang karena ia kebut-kebutan terus Asya mati di tabrak mobil kan gak lucu kalo dia harus mendekam di penjara.

"Besok lo harus ikut gue latihan mental sama fisik." Ucap Arga karena saat ini sedang berhenti di lampu merah.

"Latihan? Latihan kayak gimana?" Sahut Asya mengernyitkan dahinya.

Seakan kuping Arga tuli. Ia tidak menghiraukan Asya. Pria itu kembali melajukan motornya menatap lampu merah sudah berganti menjadi hijau.

Setelah perjalanan memakan waktu 25 menit, akhirnya kedua manusia itu sudah tiba di tempat tujuan. Tempat dimana kemarin Asya di paksa Arga untuk belajar menyetir mobil.

Asya turun dari atas motor. Gadis itu menatap Arga yang hanya santai saja. Seperti tidak punya dosa sama sekali.

Asya memang bisa menyetir motor, tapi jika motor sport seperti Arga ia tidak bisa woi!

Itu sulit banget.

"Ayo cepet naik." Titah Arga.

Membentak atau tidak, suara Arga sama saja jika di dengar lawan bicaranya. Asya juga sudah paham betul dengan sikap pria itu.

Dengan terpaksa Asya naik ke motor Arga. Telapak tangan gadis itu sudah keringat dingin.

"Ga, aku gak bisa."

Lagi-lagi Arga menuli. Pria itu hanya menatap datar Asya yang sudah kepanikan.

Setelan Arga memberikan arahan, pelan-pelan Asya menarik gasnya. Motor milik Arga lebih berat di banding motor ayahnya. Wajar sih, motor Arga kan mahal sedangkan motor ayahnya motor butut.

Asya nih sebenarnya anaknya jenius. Ia langsung paham jika diajarkan. Bahkan Arga mengajarkan nyetir mobil kemarin saja, ia langsung mengerti tanpa membuat mobilnya lecet.

ARSYA: My Naughty Boyfriend (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang