Sepulang sekolah, Asya dikejutkan oleh seorang siswa kelas 10 yang datang menghampirinya seraya memberikan sebuah kertas. Siswa itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia hanya memberikan kertas itu lalu pergi begitu saja.
Perlahan Asya membuka kertas selembar itu. Mata Asya membulat, melihat tulisan yang ada di sana.
'Temui gue di warung belakang sekolah, kalo gak dateng lo akan tau akibatnya. Telat 5 menit lo akan dapet hukuman.'
Asya sudah tau siapa orangnya. Bergegas gadis itu berlari sekencang mungkin. Ia tidak mendapatkan hukuman.
Ahhh.....hari ini begitu sial dirinya.
Nafas Asya terengah-engah. Setelah sampai di tempat tujuan, ia mencari orang yang ia cari. Setelah mendapat sosok orang itu, Asya langsung bergegas menghampirinya.
"Telat 1 menit."
Asya menarik nafasnya dengan berat. Ia ingin sekali protes. Tapi dirinya tidak punya keberanian untuk itu.
"Hukumannya, lo kerjaain tugas matematika gue."
Arga berdiri dari duduknya. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya sambil menatap intens gadis di hadapannya itu.
"Mau protes?"
Asya menggelengkan kepalanya. Arga langsung menarik paksa gadis itu untuk pergi dari tempat itu.
Arga melajukan mobilnya. Kebetulan hari ini ia tidak membawa motor, karena motornya sedang ia modifikasi.
Mata Asya terus menatap ke arah gedung-gedung tinggi yang mereka lewati. Jujur saja, sudah beberapa hari ia pindah ke Jakarta gadis itu belum sama sekali jalan-jalan mengitari kota Jakarta.
"Kita mau kemana?" Tanya Asya menatap Arga dari samping.
"Apartemen gue." Sahutnya dengan nada cueknya.
Ketika Asya ingin membuka suara, Arga langsung menyambar begitu saja.
"Ngerjain hukuman lo, gak usah mikir aneh-aneh otak lo." Sentak Arga.
Asya menyatukan kedua alisnya. Apa yang Arga bilang? Ia mikir aneh-aneh? Heiii! Dia ingin menanyakan berapa lama lagi mereka akan sampai.
Emangnya Arga berpikiran apa tentang pikirannya? Aneh sekali.
"A-aku b-bukan mau ngomong gitu. A-aku mau nanya kita berapa lama lagi sampe nya." Akhirnya pertanyaan itu lolos juga dari mulut mungilnya.
Degh
Arga merasa sudah tidak punya muka lagi sekarang. Mukanya sudah masam sekarang.
"15 menit lagi." Sahutnya dengan ketus.
Asya ber-oh ria. Tatapan gadis itu kembali menatap ke arah luar. Ia menatap kagum kearah gedung-gedung tinggi yang tidak pernah ia liat di desa.
Asya jadi katrok kan.
Tidak lama kemudian, mobil Audi hitam Arga berhenti di sebuah bangunan tinggi yang mungkin berlantai hingga 18 lantai.
Asya mandiri. Ia membuka pintu mobilnya sendiri. Ia bisa melakukan sendiri tanpa harus merepotkan Arga.
Selagi ia bisa melakukannya sendiri, kenapa harus merepotkan tangan orang bukan?
Asya mengikuti langkah kaki Arga. Ia berjalan di belakang pria itu. Asya meremas kuat tali tasnya. Entah kenapa hawanya menjadi seram sekarang.
"Lama banget lo jalan!" Sentak Arga yang tiba-tiba berhenti membuat Asya tergelonjak kaget. Ia malas untuk berdebat dengan spesies perempuan ini, Arga kembali melanjutkan jalannya menuju unit apartemennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYA: My Naughty Boyfriend (END)
Teen FictionSamuel Argantara, pria yang dikenal sebagai pentolan sekolah. Seorang brandalan Arga ternyata ia juga salah satu murid pintar di sekolahnya. Bukan hanya menjadi ketua geng motor, Arga juga aktif di bidang basket dan osis. Pria yang dikenal dengan si...