"Ibu jangan main kasar. Arga ini anak ibu sendiri loh. Ibu Asya gak pernah yang namanya mukul Asya. Asya tau kalo Arga udah kelewat batas, sudah melawan ibunya sendiri. Tapi ibu seharusnya jangan main tangan." Ucap Asya dengan tangannya masih
memegangi pipi kanannya yang terasa sangat sakit."Pergi dari sini atau saya akan berbuat kasar kepada anda!" Ketus Arga menatap wanita itu dengan penuh emosi.
Arga langsung menarik Asya pergi dari tempat itu. Pria itu melewati begitu saja ibunya itu.
"Masuk sekarang!" Perintah Arga.
Asya langsung masuk ke dalam mobil. Jujur saja, ia sangat takut menatap Arga yang sudah berkalut kabut emosi.
Asya meneguk ludahnya dengan kasar. Ia terkikuk menatap Arga yang sudah menatapnya dengan intens.
"Lo gak punya otak?!" Sarkas Arga menatap tajam Arga.
"M-maaf." Cicit Asya menundukkan kepalanya.
Arga mengacak rambutnya dengan frustasi. Pria itu langsung melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu.
"A-aku cuma mau nolongin kamu. Aku juga tadi spontan aja langsung maju." Ucap Asya dengan pelan.
Arga kembali menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Yang penting sudah menjauh dari tempat itu.
Tangan Arga sudah menjulurkan es krim yang mereka beli tadi ke pipi kanan Asya. Pipi yang masih bercap lima jari dan memerah.
"Sebelum bertindak otak di gunain dulu." Sentak Arga.
"Terus nanti kalo misalkan orangtua lo nanya pipi lo kena apa, lo bakal jawab apa?"
Asya terdiam. Ucapan Arga ada benarnya. Ia harus menjawab apa jika nanti ibu sama ayahnya nanya.
"J-jawab habis jatoh. Iya nanti aku jawab habis jatoh."
Arga menggelengkan kepalanya dengan kecil. Pria itu langsung mengambil kotak p3k di dalam mobilnya.
Ia mengoleskan salep pereda nyeri di pipi Asya.
"Mau lo bohong gimanapun orangtua tu pasti punya feeling tersendiri apalagi itu menyangkut anaknya." Ucap Arga dengan tangannya yang masih sibuk mengoleskan salep.
"Lupain masalah tadi." Cetus Arga meletakkan kembali kotak P3k nya ketempat awalnya.
Asya berdehem. Tatapan gadis itu sudah terfokus di sebuah kantung berisi es krim.
"Mana es krim aku?" Ucap Asya dengan mata berbinar-binar seraya tangannya terjulur meminta.
Arga memberikan es krim pesenan Asya. Gadis itu seketika langsung tersenyum bahagia.
"Makasih, es krimnya." Ucap Asya dengan puppy eye nya.
Asya tidak pernah ketinggalan kata yang sangat penting di dalam hidupnya. Terimakasih, tolong dan maaf. 3 kata itu sudah melekat dalam dirinya. Ibu dan ayahnya selalu mengajarkan untuk selalu menggunakan kata itu.
Setelah Arga selesai menghabiskan es krimnya, pria itu kembali melajukan mobilnya.
Diluar Arga terlihat biasa-biasa saja, tapi lainnya didalam. Perasaan Arga saat ini berkecamuk. Bahkan kepalanya terasa sedikit pusing memikirkan semua kejadian tadi.
"Lo bisa nyetir mobil gak?" Tanya Arga tiba-tiba.
Asya menggelengkan kepalanya, gadis itu menatap Arga dari samping.
Jawaban Asya membuat Arga berdecak kesal. Pria itu memijat pelipisnya yang terasa sakit.
"Kamu pusing, Ga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYA: My Naughty Boyfriend (END)
أدب المراهقينSamuel Argantara, pria yang dikenal sebagai pentolan sekolah. Seorang brandalan Arga ternyata ia juga salah satu murid pintar di sekolahnya. Bukan hanya menjadi ketua geng motor, Arga juga aktif di bidang basket dan osis. Pria yang dikenal dengan si...