2 hari sudah berlalu. Hari ini Asya dan Arga akan menghadapi olimpiade bersama. Sebagai partner, mereka harus kompak. Mereka harus saling kuat berkomunikasi.
Asya dan Arga pergi ke tempat tujuan lebih dulu. Salah satu guru yang ikut mendampingi mereka sudah mengirimkan tempat lokasinya.
Waktu pelaksanaan olimpiade akan dilaksanakan pukul 9 pagi. Asya dan Arga pergi dari rumah Asya menuju lokasi pukul jam 7 lewat 15. Sedangkan guru yang mendampingi mereka akan menyusul.
Sesampainya di lokasi, kedua sejoli itu langsung masuk ke tempat yang sudah di sediakan untuk mereka. Asya tidak hentinya berdoa. Ia sangat berharap akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
"Tegang banget muka lo." Celetuk Arga memperhatikan Asya dengan intens.
"Emangnya kamu gak ngerasa gugup apa? Apa lagi olimpiade ini bukan jurusan kamu."
Satu alis Arga menaik. Ia berdengus menatap Asya dengan tersenyum remeh.
"Hai." Sapa seorang gadis salah satu siswi yang juga sedang mewakili sekolahannya.
Gadis tersebut berjalan mendekati Arga. Senyuman di bibirnya tidak pernah luntur menatap kagum ketampanan Arga.
"Kenalin nama gue Putri." Ucapnya dengan ramah seraya tangannya terjulur kedepan Arga untuk berkenalan.
"Paul." Jawab Arga dengan dingin dan tidak membalas uluran tangan gadis bernama Putri itu.
Mendengar jawaban Arga, Asya tercengo. Ia menatap Arga yang sedang menatapnya balik.
Putri tidak tersinggung. Sudut bibirnya masih setia membentuk senyuman manis. Bahkan tatapan matanya tidak putus menatap Arga.
"Salken ya Paul."
"Eh iya, lo udah punya pacar belom?" Lanjutnya dengan penuh percaya diri.
"Buta?" Ketus Arga menjawab pertanyaan Putri seraya menunjuk Asya yang terduduk diam menatap mereka.
"Eh ini pacar lo ternyata. Kirain hanya partner aja." Jawabnya patah semangat, bahkan raut wajahnya berubah drastis.
"Masih ada kepentingan?"
"Emm, gue boleh gabung sama kalian kan?" Ujar Putri dengan tidak tau malunya.
"Gak!" Tegas Arga menatap tajam ke arah Putri yang terus menatapnya.
Melihat tatapan Putri kepada Arga, rasanya ubun-ubun Asya terasa terbakar. Ada apa dengan dirinya? Kenapa ia sebereaksi seperti ini. Apa ia benar-benar sudah jatuh cinta kepada Arga?
Putri menulikan telinganya. Ia beranjak langsung duduk di samping kanan Arga. Bahkan ia masih tidak hentinya menatap Arga. Seolah-olah ia tidak melihat keberadaan pacarnya Arga disana.
Asya spontan mengembungkan pipinya. Ia tidak tahan, rasanya panas sekali berada disini. Ingin rasanya ia beranjak pergi meninggalkan kedua manusia itu.
Reaksi Asya tentu saja di sadari Arga. Pria itu mengangkat sudut bibirnya menatap Asya yang terus menatap Putri dengan tatapan permusuhan.
Arga akan terus diam. Ia akan terus memperhatikan raut wajah gadisnya. Ini adalah momen yang sangat ia tunggu-tunggu.
Melihat tangan Putri sudah berancang-ancang ingin memegang tangan Arga. Asya spontan melototkan matanya.
"Ih gak boleh tauk!" Geram Asya menepis tangan Putri yang hendak memegang tangan Arga.
Arga tersenyum samar. Ia sangat bahagia. Bahkan rasanya lebih bahagia dari mendapatkan harta warisan.
"Apaansih! Dikit doang!" Sahut Putri mencibikkan bibirnya.
"Emangnya kamu gak gabung sama temen kamu apa? Nanti kamu dicariin guru kamu loh." Ujar Asya mengusir dengan cara halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYA: My Naughty Boyfriend (END)
Teen FictionSamuel Argantara, pria yang dikenal sebagai pentolan sekolah. Seorang brandalan Arga ternyata ia juga salah satu murid pintar di sekolahnya. Bukan hanya menjadi ketua geng motor, Arga juga aktif di bidang basket dan osis. Pria yang dikenal dengan si...