Jam menunjukkan pukul setengah 8 malam. Gadis cantik yang sedang sendiri dirumahnya duduk di atas kasurnya seraya menunggu orang yang ia rindukan mengangkat panggilan telponnya.
"Assalamualaikum, nak." Ucap Aryo dari panggilan telponnya.
"Waalaikumsalam, ayah."
"Ayah sama ibu baik-baik aja kan di sana."
"Alhamdulillah, ayah sama ibu baik-baik aja." Sahut Aryo.
"Selama ibu sama ayah tinggal, kamu gak bandel kan Asya." Pekik Renjani dari balik telponnya.
"Gak dong buk."
"Kamu sehat, Sya?"
"Alhamdulillah, Asya sehat yah."
"Ibu, ayah Asya ada kabar gembira loh." Sambungnya cekikikan sendiri.
"Kabar gembira? Apa nak?"
"Apa yaaaa?"
"Asya cepet ngomong, jangan bikin ayah sama ibu penasaran gini." Ucap Aryo.
"Heheh, sabar dong ayah."
"Kabar gembiranya, Asya sama Arga hari ini menang olimpiade bu, yah. Asya sama Arga juara 1, kita dapet medali emas." Ucap Asya dengan antusiasnya.
"Alhamdulillah." Kompak Aryo dan Renjani.
"Usaha tidak akan mengkhianati hasil, nak."
"Iya bu. Asya seneng banget."
"Tapi, kamu harus tau. Langkah kamu bukan hanya berhenti disini, kamu harus lebih jauh lagi melangkah. Supaya kamu mendapatkan hasil yang lebih nikmat lagi."
"Siap ibu."
"Kalian bukan hanya membuat sekolah bangga, tapi kalian juga membuat ayah sama ibu bangga. Kalian hebat anak-anak ibu sama ayah."
Degh
Debaran di jantung Asya bergemuruh. Apa yang ibunya katakan? 'Anak-anak ibu sama ayah'? Apa ibunya sudah menganggap Arga sebagai anaknya sendiri.
"Asya."
"Iya, yah."
"Kamu kenapa diam aja?"
"E-enggak kok yah. Tadi ada kecoa yang ngedeketin Asya, makanya Asya diem aja takut nanti tambah di samperin kecoa kalo Asya berisik."
"Hahah, kamu ini ada-ada saja."
"Anak gadis ibu udah makan malem belum?"
"Udah kok buk, tenang aja. Asya kan bisa masak sendiri, jadi aman." Dusta Asya. Sebenarnya Asya belum makan malam saat ini. Niatnya setelah selesai telponan nanti, Asya ingin memasak mie instan saja.
"Inget, setelah selesai masak jangan lupa matiin kompor dengan bener."
"Iya ibu."
"Yasudah sekarang kamu istirahat. Besok sekolahkan? Jangan tidur terlalu larut. Jaga kesehatan kamu ya nak."
"Oke ibu. Asya sayang ibu sama ayah. Bye ibu, ayah. Cepet pulang ke Jakarta ya."
"Iya. Selamat malam anak gadis ayah yang cantik."
"Tidur yang cukup ya, nak."
"Iya ibu."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Asya mengakhiri panggilan telponnya. Ia merebahkan tubuhnya, sambil menatap kosong ke arah langit-langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYA: My Naughty Boyfriend (END)
Teen FictionSamuel Argantara, pria yang dikenal sebagai pentolan sekolah. Seorang brandalan Arga ternyata ia juga salah satu murid pintar di sekolahnya. Bukan hanya menjadi ketua geng motor, Arga juga aktif di bidang basket dan osis. Pria yang dikenal dengan si...