Bab 16: Capek

29.9K 941 2
                                    

Setelah makan malam, Asya dan orangtuanya duduk diruang tamu bersama sambil menonton televisi.

Jika ditanya, apakah Asya pernah merasa kesepian ketika berada dirumah. Jawabannya iya, sejak kecil Asya ingin mempunyai adik. Tapi orangtuanya tidak pernah mau nambah anak lagi. Lama kelamaan, Asya menjadi terbiasa menjadi anak semata wayang.

"Jadi orang kaya ternyata ada yang gak enak ya bu." Ucap Asya tiba-tiba.

"Maksudnya?" Sahut Renjani mengernyitkan dahinya.

"Iya, jadi orang kaya ada yang gak enaknya juga, buktinya Arga."

"Arga? Arga kenapa?"

"Arga pernah cerita sama Asya, kalo orangtua Arga udah cerai. Ibunya Arga gak pernah nganggep Arga anak. Pokoknya ibunya Arga gak sayang sama Arga. Bahkan ibunya Arga juga sering nyuruh orang buat bikin Arga meninggal. Supaya ibunya Arga bisa dapetin harta warisan yang dipunya Arga."

"Kemarin juga Asya sama Arga gak sengaja ketemu ibunya Arga di kedai es krim. Disana Arga sama ibunya berdebat hebat. Pokoknya inti dari perdebatan itu harta warisan yang dipunya Arga." Jelas Asya membuat Renjani menjadi iba kepada Arga.

"Kasihan sekali nak Arga."

"Emangnya ada orangtua setega itu sama anak darah dagingnya sendiri." Timpal Aryo menggeleng tidak percaya.

Asya tertegun. Sepertinya ayahnya tidak mengetahui jika ia kini bekerja di perusahaan milik papanya Arga. Dan karena masalah itu jugalah, Asya harus berurusan dengan Arga dan akhirnya pria itu menerbitkan kontrak legal itu.

"Orang seperti nak Arga itu perlu yang namanya teman buat ia bercerita. Kalo tidak, pasti mental nak Arga akan terguncang." Ucap Renjani.

"Nahh, makanya ayah sama ibu gak perlu nitipin Asya ke Arga. Takutnya nanti beban pikiran Arga jadi bertambah karena Asya."

Renjani dan Aryo terdiam. Ada rasa sedikit menyesal dalam diri Aryo setelah ia meminta bantuan Arga untuk menitipkan Asya kepadanya. Yang di bilang anaknya benar. Takutnya nanti beban pikiran Arga menjadi bertambah, bukannya berkurang.

"Udah ah Asya mau istirahat. Selamat malam ayah, ibu." Ucap Asya lalu berlalu masuk ke kamarnya.

Didalam kamar, Asya menutup pintu dengan rapat. Gadis itu membantingkan tubuhnya ke atas kasurnya.

"Kalo ayah sama ibu pulang kampung, terus Asya gimana dong." Lirihnya menutup wajahnya dengan bantal.

"Asya gak bisa sendirian."

"Asya mau sama ibu sama ayah."

Asya menenggelamkan tubuhnya di bawah selimut. Gadis itu menangis dalam diam disana.

🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩

Malam ini Arga, Paul dan Ikbal kembali mengunjungi club setelah beberapa hari tidak pernah berkunjung kesana.

Tidak hanya mereka bertiga, ada beberapa anggota API-BOYS juga ikut bersama mereka.

Arga memesan beberapa botol alkohol berkadar rendah. Ia juga tidak ingin meminum banyak alkohol malam ini, karena besok mereka harus sekolah.

Hampir 1 botol Arga habiskan. Pria itu masih belum merasa mabuk juga. Biasanya Arga selalu menegak berbotol-botol dulu hingga benar-benar mabuk. Tapi kali ini ia harus toleransi, karena besok ia harus sekolah.

"Bos jangan banyak-banyak minum, ntar ada khawatirin lo." Gurau Ikbal menggoda ketuanya.

Paul dan anggota API-BOYS lainnya langsung mendapatkan telepati dari Ikbal. Mereka langsung tersenyum menatap Arga.

ARSYA: My Naughty Boyfriend (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang