"Ikbal, Paul!"
Asya berlari menghampiri Paul dan Ikbal yang hendak pergi ke kantin. Gadis itu berlari seraya memegang 1 kotak bekal berwarna biru pastel.
"Kenapa, Sya?" Tanya Ikbal.
Asya mengatur nafasnya, "Aku mau nanya, kalian tau Arga dimana gak ya?"
Ikbal dan Paul saling menatap satu sama dengan sekilas. "Itu di rooftop, Sya. Udah dari pagi tadi dia di situ. Waktu kita samperin katanya mau sendirian dulu, lagi gak mau di ganggu." Jelas Paul.
"A-arga l-lagi ada masalah?" Tanya Asya takut-takut.
Paul dan Ikbal menghelakan nafas dengan kompak. "Kita juga gak tau, Sya. Arga dari dulu kalo lagi ada masalah gak pernah mau berbagi. Dia selalu bilang kalo dia pasti bisa nyelesainnya sendiri. Dia gak mau ngerepotin kita." Jelas Paul mendapatkan anggukkan kecil dari Ikbal.
"K-kalian t-tau gak masalah ibunya Arga?"
"Lo udah tau, Sya?" Kompak Ikbal dan Paul dengan mata membelalak.
Asya mengangguk kaku. Suasana tiba-tiba menjadi tegang. Asya sangat canggung sekarang, entah kenapa.
"Selain kita berdua sekarang lo juga tau, Sya."
"Kalo kita boleh jujur, masalah ini cuma gue sama Paul yang tau. Bahkan anggota API-BOYS aja gak ada yang tau." Sambung Ikbal.
"Sulit mau ceritainnya. Kalo mau di ceritain juga panjang banget. Dari awal sampe kenapa aku bisa tau."
"Eh, aku mau nyamperin Arga dulu ya. Mau ngasihin ini." Sambung Asya.
Paul dan Ikbal mengangguk. Gadis itu langsung bergegas pergi menghampiri tempat di keberadaan Arga.
🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩
Arga duduk di pinggiran penyangga rooftop seraya menghisap rokok yang mengapit di sela jarinya. Tatapannya lurus ke depan dengan pikiran yang berkecamuk.
Rasanya kepalanya begitu bising hingga membuat kepalanya pusing. Tanpa ada rasa ketakutan Arga berdiri tegap di peyangga rooftop.
"Arga!"
Bughh
Arga meringis kesakitan. Ia terjatuh ke bawah menindih sebagian tubuh seseorang.
Arga beranjak. Ia menatap sengit gadis yang masih meringis kesakitan memegangi sikunya yang terluka.
"Gak punya otak?!" Ketus Arga menatap sengit gadis itu.
"Kamu yang gak punya otak. Kalo lagi ada masalah itu, bunuh diri bukan jalan keluar yang tepat." Sengitnya.
Arga menaikkan satu alisnya mendengar jawaban Asya. Yah, gadis yang menarik Arga ke belakang hingga terjatuh adalah Asya.
Arga berdengus. Ia memanglingkan wajahnya. "Ngapain lo kesini?" Tanyanya dengan dingin.
Asya menyadari sesuatu. Gadis itu mengambil kotak bekal yang ingin ia berikan kepada Arga.
"Nih, titipan dari ibu buat kamu." Ucap Asya menyodorkan kotak bekal berwarna biru pastel itu.
Arga mengambilnya dari tangan Asya. Pria itu menatap kotak persegi yang ada ditangannya itu.
"Thanks, bilangin nyokap lo."
Arga membuka bekal pemberian Asya. Roti sandwich yang sangat sederhana tetapi sudah membuat Arga tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYA: My Naughty Boyfriend (END)
Teen FictionSamuel Argantara, pria yang dikenal sebagai pentolan sekolah. Seorang brandalan Arga ternyata ia juga salah satu murid pintar di sekolahnya. Bukan hanya menjadi ketua geng motor, Arga juga aktif di bidang basket dan osis. Pria yang dikenal dengan si...