Bab 27: Tawaran emas!

26.3K 787 3
                                    

Minggu siang hari ini Asya pergi ke sebuah minimarket untuk membeli bahan makanan. Ia berencana ingin memasak untuk orangtuanya besok untuk menyambut kepulangan mereka.

Asya sungguh tidak sabar. Ia ingin memeluk erat ibunya, lalu beralih memeluk erat ayahnya.

Setelah selesai belanja, Asya langsung berniat ingin pulang kerumah. Ia tidak ingin mampir kemana-mana. Ia hanya ingin tidur di kasurnya.

"Selamat siang, dek." Sapa seorang perempuan menghampiri Asya bersama dengan kedua pria di belakangnya.

"Eh iya siang kak." Sahut Asya dengan tersenyum manis.

"Mohon maaf dek, boleh pinjam waktunya sebentar. Saya dan kedua rekan kerja saya ada yang ingin kami bicarakan kepada adek." Ucap perempuan itu dengan sopan.

"Em, boleh. Tapi mau bicarain apa ya kak?"

"Boleh kita bicara disana?" Ujarnya seraya menunjuk ke arah kursi dekat minimarket itu.

"Boleh."

Asya mengikuti arah langkah kaki ketiga orang dewasa itu. Ada rasa sedikit ketakutan dan penasaran dibenaknya. Kalaupun mereka ingin jahat kepadanya, Asya bisa berteriak toh. Disana juga banyak orang, jadi tidak mungkin mereka ingin berbuat jahat kepadanya.

"M-mau bicarain apa ya kak?" Tanya Asya dengan gugup setelah mereka sudah duduk bersama.

"Kenalin nama kakak Rara Wulandari mereka ini rekan kerja kakak. Namanya Ardi Ansyah sama Luis Manuel." Ucap seorang perempuan yang sedari tadi berbicara dengannya.

"Hai kak aku Hasya Auristela panggil aja Asya." Jawab Asya menundukkan kepalanya tanda hormat.

"Jadi gini, mohon maaf sebelumnya kalo sejak dari tadi kita ngawasin kamu terus. Kami ini dari perusahaan Bursh Crop. Perusahaan kami ini merekrut model-model baik itu perempuan ataupun laki-laki. Kebetulan pihak perusahaan sedang mencari satu perempuan yang ingin di jadikan model. Ciri-ciri model yang ingin kita cari itu cocok dengan kamu. Cantik, tingginya pas, tubuh kamu juga pas buat jadi model, dan wajah kamu juga imut. Sesuai dengan model yang ingin kami cari."

"Kami bertiga tadi tidak sengaja melihat kamu. Makanya kami menunggu kamu sampai keluar dari minimarket. Niat kami baik kok, ingin menawarkan kamu sebagai model kami. Jika kamu gak percaya, kamu bisa cek perusahan kami di media sosial ataupun searching di internet." Ucap Rara seraya menjulurkan kartu nama perusahaan mereka.

"Ini kesempatan emas lo dek." Ucap Ardi rekan kerjanya.

Asya menatap kartu nama itu. Yang di bilang Ardi ada benarnya. Ada keraguan dan ada rasa ingin menerima dihatinya.

"Tapi aku masih sekolah kak." Ucap Asya menatap tiga orang itu.

"Model-model ditempat kita ada juga kok yang masih seumuran dengan kamu. Dan mereka juga masih sekolah. Untuk jadwal pemotretan kita itu diambil sewaktu masa senggang untuk semua model yang berstatus masih pelajar. Contohnya di hari libur." Jelas Rara.

"Gini aja deh, kamu pikirin dulu nanti kalo kamu sudah benar-benar yakin kamu bisa hubungin nomor kakak aja deh." Ucap Rara memberikan nomor handphone pribadinya.

"Yaudah aku coba bicara sama orangtua dulu ya kak. Kalo misalkan dibolehin nanti aku hubungin nomor kakak." Jawab Asya tersenyum ramah.

"Baiklah kalo begitu, tapi sebaiknya hubunginnya secepatnya ya dek."

"Iya, kak nanti aku hubungin secepatnya." Ucap Asya.

"Yasudah kalo begitu kita permisi ya. Semoga kamu terima tawaran dari kita."  Ujar Rara lalu beranjak dari duduknya.

"Kesempatan emas lo dek. Jangan disia-siain." Ucap Luis yang sedari tadi hanya diam.

"Iya. Kita harap kamu menerima tawaran kita ini." Timpal Ardi.

Asya hanya tersenyum. Dibenaknya ada rasa ingin menerima tawaran emas itu. Tapi, apa nanti orangtuanya akan memperbolehkan dirinya.

"Kita pamit ya dek. See you." Ucap Rara dengan ramah lalu berlalu pergi.

"Hati-hati kakak." Jawab Asya tersenyum.

Asya menatap punggung ketiga orang itu yang sudah pergi menjauh. Ia kembali mendudukkan tubuhnya dikursi.

"Ini kesempatan aku buat bantu ayah sama ibu. Tapi, gimana kalo ayah sama ibu gak izinin aku." Gumam Asya menatap sayu ke arah kartu nama perusahaan itu.

"Coba aku cek dulu nanti dirumah nama perusahaan ini."

🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩

"Wahhh, beneran. Bukan penipu." Heboh Asya menatap layar ponselnya dengan serius.

"Hmm, gimana caranya ya supaya ibu sama ayah izinin aku terima tawaran itu." Gumam Asya dengan tatapan sendunya.

"Tapi, kalo misalkan ayah sama ibu bolehin. Emangnya aku cocok jadi model. Aku kan hanya orang miskin." Ucap Asya tersenyum getir.

"Heh Asya gak boleh gitu! Orang miskin juga sama-sama manusia dan diciptakan tuhan. Gak boleh patah semangat dong. Kita harus pikirin gimana caranya supaya ayah sama ibu izinin aku. Trus kita berjuang sama-sama deh biar bisa bikin ayah sama ibu bahagia." Ucap Asya dengan penuh semangat.

Asya kembali mengotak-atikkan ponselnya. Hingga jari-jemarinya berhenti room chat dirinya bersama Arga. Asya menaik turunkan pesan chat Arga yang sudah lalu. Ia menatap sendu seraya tersenyum getir.

"Kok jadi kangen ya. Biasanya Arga sering chat aku, tapi kenapa dari kemarin dia gak ada chat-chat aku ya."

"Heh! Asya inget tujuan awal. Jauhin Arga untuk melindungi ayah sama ibu." Ucap Asya menggelengkan kepalanya.

"Kenapa aku naif gini. Kenapa aku gak mau jauhin kamu. Tapi aku juga harus ngelindungin ayah sama ibu dari kejahatan ibu kamu." Lirih Asya menatap sendu room chat Arga yang orangnya tidak online sejak tadi malam.

"Asya ayo kamu pasti bisa! Mungkin nanti setelah kamu putus sama Arga, mungkin nanti Arga akan bertemu sama perempuan yang lebih sebanding sama dia. Kamu sama Arga itu beda jauh, Asya. Kamu bukan levelnya Arga. Jadi jangan terlalu jauh." Ujarnya berusaha menyemangati dirinya.

"Udah-udah fokus! Sekarang aku harus fokus gimana caranya supaya ibu sama ayah bisa izinin aku."

Asya merebahkan tubuhnya. Sekarang ia begitu galau. Galau memikirkan gimana caranya bisa menjauh dari Arga dan bagaimana caranya bisa mendapatkan izin dari orangtuanya.

Remaja naif memang selalu begitu. Disatu sisi ia tidak ingin pergi menjauh dari Arga. Disisi lain ia juga harus melindungi orangtuanya.

Asya pasti bisa melaluinya.

🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩

Next episode coming soon!

Jadi gimana nih, mau diterima gak tawaran itu.

Coba kasih saran dong.

ARSYA: My Naughty Boyfriend (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang