Bab 37: Sakit di hati

27.2K 820 15
                                    

Sudah 15 menit Asya menunggu Arga siuman. Sedari tadi belum ada tanda-tanda jika Arga akan siuman.

Matanya begitu sembab. Asya menatap lekat wajah Arga yang sedang terpejam dengan menggunakan alat bantu pernapasan.

"Ibu, Arga sakit nih. Tapi sakitnya dibuat sama ibunya Arga. Gimana dong. Ibu pasti sedih ya liat Arga dibuat sakit lagi sama ibunya. Ibu jangan sedih ya disana. Nanti Asya jagain Arga supaya gak dibikin sakit lagi sama ibunya. Asya janji deh." Gumamnya seraya mencet-mencet punggung tangan Arga.

"Kamu bohong lagi ya. Bilangnya ada urusan. Ehhh enggak bohong kan memang bener kamu ada urusan. Tapi kenapa pulangnya malah jadi sakit gini."

Tidak lama kemudian, jari jemari Arga bergerak. Pertanda pria itu akan terbangun dari pingsannya.

"Arga. Kamu udah bangun." Seru Asya berdiri dari duduknya.

Arga memijat pelipisnya yang terasa sedikit pusing. Pria itu perlahan memfokuskan penglihatannya.

"Eh cil, ngapain lo disini. Bukannya sekolah malah keluyuran." Ujar Arga setelah bangun dari sadarnya.

Asya berdengus kesal, "Kalo kamu lagi enggak sakit aja. Udah aku pukul kamu." Sungut Asya.

"Pukul aja. Lagian sakit ini belum seberapa sama sakit yang ada disini." Ujar Arga seraya meletakkan tangannya di dada.

Asya terdiam kikuk. Raut wajah gadis itu menjadi sendu. Dengan begitu, Arga masih bisa tersenyum setelah apa yang telah ia dapatkan dari ibunya.

"Mata lo sembeb banget. Nangisin gue lo? Gue gak perlu lo tangisin. Gue gak selemah itu. Dan gue gak akan nyerah gitu aja. Kalo gue nyerah, itu artinya gue harus ninggalin lo. Dan bikin lo jadi sedih. Gue gak mau itu terjadi."

"Janji." Ucap Asya mengangkat jari kelingkingnya.

"Janji." Jawab Arga lalu menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Asya.

"Sakit gak?" Tanya Asya dengan pelan.

"Udah gue bilang, sakit ini gak sebanding dengan sakit yang ada disini. Gue ikhlas sumpah. Sampai gue mati pun gue gak akan bales perbuatan dia."

Suasana menjadi akward. Asya tidak tau harus berucap apa. Yang pasti dia begitu kagum dengan Arga. Yang selalu ingin terlihat baik-baik saja.

"Kamu kenapa selalu berpura-pura gakpapa. Kalo capek bilang. Kalo pengen nangis, nangis aja. Gak ada yang ngelarang buat kamu gak nangis. Aku tau di dalam hati kamu, kamu juga pasti capek kan. Kamu rapuh kan. Tapi kamu selalu berpura-pura baik-baik aja. Gakusah sok-sokan kuat, Ga. Padahal kamu memang beneran capek secara fisik dan mental. Kamu sama aja nyiksa diri kamu sendiri kalo kayak gitu." Ujar Asya menahan air matanya untuk tidak jatuh.

Arga mencoba untuk mendudukkan tubuhnya. Pria itu menarik Asya untuk masuk ke dalam dekapannya.

"Semenjak ada lo. Gue sama sekali gak pernah ngerasa yang namanya capek secara fisik ataupun mental. Sekarang lo adalah alesan gue untuk selalu bertahan dan gak akan nyerah. Karena apa. Gue gak mau ninggalin lo. Sejak awal memang gue egois udah maksa lo buat masuk ke dalam kehidupan gue yang gelap ini. Tapi, semenjak itu juga lah kehidupan gue berubah jadi terang. Lo sumber cahaya gue agar gue bisa keluar dari ruangan yang gelap gulita."

Arga mengecup pucuk kepala Asya dengan lama. Asya menyadari basah di kepalanya. Apa Arga menangis, pikirnya.

"Thankyou lo udah mau ada di sisi gue. Thankyou buat semua kebahagian yang sudah lo berikan ke gue."

"Sekarang kamu harus jujur sama aku. Pundak kamu sakit gak? Harus bilang iya." Gumam Asya di dalam pelukan Arga.

"Dihh emang bisa gitu." Sungut Arga melepaskan pelukannya.

"Bisalah! Ayo cepet jawab sakit gak!" Desak Asya.

"Emmm sakit gak ya."

"Sedikit sih gak banyak." Sambungnya.

"Harus banyak dong." Protes Asya menyatukan kedua alisnya.

Arga memilih untuk mengalah demi bocil kematiannya ehh bukan bocil kesayangannya.

"Iya, sakit banget aduhhh." Akting Arga seolah-olah kesakitan.

"Utututu, mana yang cakit cini kakak Asya obatin."

"Ini kakak, pundak adek Arga cakit banget."

Kedua sejoli itu terkekeh geli. Mereka yang ngelawak mereka juga yang tertawa sendiri.

Dunia memang serasa milik berdua, yang lain ngekost aja.

Interaksi mereka berdua didengar semua anggota API-BOYS sedari tadi. Mereka ikut tersenyum mendengar mereka didalam sana.

🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩

Sudah jam 7 malam, Asya belum juga pulang. Gadis itu ingin menemani Arga dirumah sakit. Tapi tentu saja Arga tidak menyetujuinya. Ia menyuruh Asya untuk pulang saja. Apalagi besok gadis itu harus sekolah.

Ketika Asya ingin pulang. Mirzan datang kerumah sakit. Pria paruh baya itu baru saja mendapatkan kabar jika anaknya masuk rumah sakit. Arga sengaja meminta temannya untuk tidak menghubungi Mirzan. Ia tidak ingin membuat papanya khawatir. Apalagi ia tau jika hari ini Mirzan sedang ada meeting dengan klien yang berasal dari Singapura.

"Pah." Sapa Asya bersalaman.

"Kenapa kalian baru ngabarin papa sekarang." Marah Mirzan kepada Arga, Asya dan anggota API-BOYS.

"Arga gakpapa, pah. Gak usah lebay lah." Sungut Arga langsung mendapatkan tatapan tajam dari Mirzan.

"Papa gaplok ya lama-lama mulut kamu itu."

Semua anggota API-BOYS tertawa melihat interaksi ayah dan anak itu. Jika Arga tidak dekat dengan ibunya, tapi Arga begitu akrab dengan papanya.

"Arga."

"Hm."

"Ini sudah kelewatan. Jangan tahan papa lagi untuk membawa kasus ini ke pengadilan."

"Pah, udah lah gak perlu. Lagian Arga juga gak kenapa-kenapa. Udah biarin aja." Jawab Arga dengan entengnya.

"Mau sampe kapan kita diemin. Sampe kamu beneran mati gitu ditangan dia!" Sentak Mirzan meninggikan nada bicaranya.

"Pah, biar gimanapun dia itu ibu Arga! Arga gak tega kalo liat ibu Arga sendiri masuk penjara! Gakpapa Arga ikhlas atas semua kejahatan yang dia kasih ke Arga! Selagi Arga masih hidup Arga ikhlas! Dan Arga juga gak akan mati di tangan dia."

"Arga memang benci ke dia. Tapi Arga juga ada rasa gak tega kalo dia sampe mendekam di jeruji besi. Udah pah, biarin aja. Gak usah kita bales perbuatan dia. Arga ikhlas. Arga gak akan membales semua kejahatan dia." Sambungnya dengan tenang.

"Papa cuma gak mau kehilangan kamu, Ga. Papa hanya punya kamu satu-satunya." Ucap Mirzan meneteskan air mata.

"Papa tenang aja. Papa gak akan kehilangan Arga."

🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩

Next episode coming soon!

ARSYA: My Naughty Boyfriend (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang