54. rencana gila

5.8K 629 118
                                    

"Apa yang Jeno katakan?" Tanya Rose ketika melihat Jihyo yang keluar dari ruangan Jeno, wanita itu tampak lesu dan helaan nafas panjang terus terdengar.

Jihyo mendudukkan tubuhnya, wanita itu menggeleng samar dan tersenyum sendu, menepuk pelan kursi yang ada disampingnya.

Rose sungguh berharap jika Jihyo mendapatkan kabar baik, tapi wajah wanita itu seperti menunjukkan keburukan.

"Apa kau sudah benar-benar merestui anakmu dengan Junkyu?"

Rose terdiam sejenak, wanita itu melihat kearah ruang inap putranya, sampai sekarang ia belum berani untuk melihat Jihoon secara dekat, rasa bersalah terus menghantuinya namun disatu sisi Rose masih belum mau merestui keduanya, ia belum rela menjadikan Junkyu sebagai suami Jihoon.

"Bu, apa Jihoon sudah bangun?"

Junkyu tiba-tiba saja muncul dengan wajah sembab, sepertinya pemuda itu sudah berganti pakaian dan membawa dua paper bag besar diserahkan kearah Jihyo.

"Aku membawa sedikit makanan dan pakaian untuk ibu dan Bunda" Ucap Junkyu tersenyum canggung kearah Rose, namun tampaknya hal itu sama sekali tak membuat Rose luluh, wanita itu malah berdiri dan meninggalkan keduanya.

"Mungkin Rose sedang banyak pikiran, dia memang sedang pusing akhir-akhir ini, sekarang duduk sini kita makan bareng-bareng"

Junkyu memang tak memaksa untuk Rose merestui mereka berdua, tapi Junkyu tak akan terus berusaha untuk membuat Rose bisa memaafkannya.

"Aku boleh menjenguk Jihoon?" Tanya Junkyu setelah menyerahkan paper bag yang ada ditangannya pada Jihyo.

"Boleh, tentu saja boleh"

Tak apa meskipun Rose belum mau memaafkannya yang terpenting ia masih mempunyai Jihyo yang terus berusaha meyakinkan Junkyu jika dirinya pantas bersama Jihoon, namun Junkyu juga tak akan menyerah untuk membuat Rose luluh dan mau menerimanya.

Kaki si Kim melangkah menuju ruang inap milik si manis, Junkyu menatap Jihoon yang tengah berbaring diatas bangsal rumah sakit dengan beberapa alat penopang hidup.

"Selamat malam Ji.."

Junkyu duduk disisi bangsal milik si Park, menyentuh tangan Jihoon dengan lembut dan terus membelainya.

"Kapan kamu mau bangun?" Tanya Junkyu menatap sendu pada wajah Jihoon yang masih terlelap damai.

"Bundamu sepertinya belum mau merestui kita" ucap Junkyu disela-sela keheningan yang melanda mereka berdua.

"Tapi itu bukan masalah besar, aku akan terus berusaha untuk membuat Bunda mu mau merestui kita"

"Lagian juga, ada bibit ku didalam rahimmu"

"Bangke!" Jika saja Jihoon tak sedang melakukan sandiwara maka sudah ia semprot Junkyu dengan seribu umpatan.

Tadinya Jihoon akan terharu mendengar perkataan si Kim tapi tampaknya otak penuh selangkangan pemuda tua itu membuat Jihoon kembali menelan kata-katanya, Junkyu menyebalkan.











***********











"Bagaimana kondisinya?"

"Tidak baik namun tidak juga buruk, setidaknya dia ada perkembangan kesehatan fisiknya tak menurun seperti kemarin setiap harinya masih terus ada perkembangan, kenapa kau berubah pikiran untuk menyelamatkan Chanyeol daripada harus membunuhnya padahal hanya tinggal satu langkah lagi kau bisa menghabisi pria gila itu"

Junkyu menatap Chanyeol yang tak berdaya diatas bangsal dengan kedua tangan dan kaki terikat pada bangsal rumah sakit, pria itu terus memberontak, kesehatan fisiknya kemarin sangat buruk begitupun dengan kesehatan mentalnya yang semakin menggila.

Only Mine [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang