53. Lautan dan kepergian

7.3K 665 223
                                    

Rose kalut, begitu ketakutan ketika melihat mulut putranya sudah berbusa tubuh Jihoon perlahan melemas mata pemuda itu juga tertutup sempurna.

Bayang-bayang dimana Jihoon yang terus mengalami kejang saat didalam mobil benar-benar membuat Rose ketakutan.

"Hubungi Junkyu!" Itu perintah Rose pada Haechan yang langsung diangguki dengan segera Haechan menghubungi Junkyu.

Tak perlu berselang lama Junkyu datang dengan wajah tak kalah khawatir, rambut dan pakaian si Kim terlihat begitu berantakan.

Pandangannya gusar terus melihat kearah pintu yang belum juga dibuka.

"Bu, apa Jihoon akan baik-baik saja?" Tanya Junkyu yang terus berada didekat Jihyo, si Kim tak cukup berani untuk berdekatan dengan Rose, bukan karena apa melainkan hanya segan beranggapan jika Rose belum mau menerimanya.

"Jihoon kuat, kau harus percaya padanya"

Lagi, Jihyo melihat betapa tulusnya Junkyu pada Jihoon, Junkyu kembali menangis dan Jihyo dapat mendengar Junkyu memohon pada Tuhan, menggenggam rosario dengan memejamkan mata.

Kini bibir Junkyu tak lagi bisa terbuka, nafasnya kian tercekat, tangannya terus menggenggam rosario dengan sangat erat.

"Tuhan aku tahu aku bukanlah manusia baik, tapi aku mohon dengarkan permohonan manusia berlumuran dosa ini, jika hukum karma itu benar adanya maka hukumlah aku jangan pernah melibatkan orang tak bersalah didalamnya, selamatkan Jihoon dan calon anakku"

"Jeno bagaimana keadaannya- Jihoon!"

Rose melihat putranya yang terbaring lemah dengan bibir pucat pasi serta alat bantu pernafasan dan banyak alat penunjang hidup ditubuh putranya, hati Rose tersayat melihatnya putarnya lagi-lagi berada diambang kematian.

"Jihoon bangun nak, ibu sudah mengijinkan mu bertemu Junkyu, kamu bisa bersamanya mulai sekarang!"

"Jihoon akan dipindahkan ke ruang inap, aku akan terus memantau perkembangannya, semoga kondisinya tidak kembali drop, tapi untuk saat ini jika ada yang ingin menjenguknya tidak boleh lebih dari satu orang, terimakasih"

Haechan memapah tubuh Rose untuk mengikuti Jeno yang akan memindahkan Jihoon ke ruang inap VVIP, begitupun dengan Junkyu dan Jihyo.

"Aku perlu berbicara denganmu nona Jihyo-"

"Kenapa tidak denganku?" Sela Rose dengan cepat.

"Kondisimu tidak memungkinkan, lagian juga ada hal lain yang tak bersangkutan dengan Jihoon yang ingin aku beritahu, ini tentang kondisi kesehatan Chenle"

"Oh astaga aku melupakannya!"

Jihyo buru-buru menyusul Jeno yang sudah lebih dulu berjalan menuju ruangan pemuda Lee itu.

Sedangkan ketiganya terdiam dalam keheningan, Rose melihat Junkyu yang sedari tadi terus menunduk.

"Kau boleh melihatnya lebih dulu" ucap Rose yang membuat Junkyu seketika mendongkak, dapat Rose lihat wajah Junkyu yang sudah berderai air mata.

"Benarkah?" Junkyu buru-buru menghapus air mata yang membasahi kedua pipinya, pemuda Kim itu tersenyum simpul meskipun Rose masih menatapnya sinis.

Dengan helaan nafas berat Junkyu memberanikan diri membuka pintu, hal pertama yang Junkyu lihat adalah wajah pucat Jihoon dengan alat penunjang kehidupan.

Junkyu melengkah mendekat, melihat lebih jelas bagaimana wajah yang selama ini selalu ia anggap sebagai bocah sialan.

Pertahanan Junkyu runtuh, dengan sangat hati-hati Junkyu menggenggam tangan Jihoon yang tak tertempel jarum infus, pemuda Kim itu menciumnya cukup lama tak henti menggumamkan kata maaf.

Only Mine [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang