Siapa?

918 68 3
                                    

Happy Reading...

Pagi-pagi sekali Viola sudah berada di apartemen Manggala karena ingin membahas masalah undangan kemarin.

"Manggala! Manggala!" Teriak viola sambil mengetuk pintu apartemen tidak sabaran, walau gadis itu tau sandi apartemen Manggala ia tetap ingin sang pemilik yang membuka.

"Maaf neng, pemilik apartemen ini belum balik dari kemaren." Bukan Manggala yang muncul, melainkan wanita paruh baya, yang Viola tau itu adalah pembantu apartemen Manggala yang bekerja setengah hari saja.

"Manggala kemana ya, bi. Bibi tau Manggala kemana?" Tanya Viola pelan, wanita itu menggeleng.

"Kalau gitu makasih ya, bi. Tapi kalau Manggala udah balik, bilang kalau ada Viola nanyain." Lanjut Viola sebelum pergi dari sana, wanita itu mengangguk.

"Arghh.. Manggala Lo kemana si!" Geramnya, tangannya ia gunakan untuk menghubungi Manggala namun selalu ditolak oleh Manggala.

"Gue harus gimana sekarang?! Manggala sialan!" Ucapnya frustasi, lagi-lagi Manggala menolak membuat Viola geram dan terus menghubunginya.

Awalnya Viola ingin mematikan karena tak kunjung mendapat jawaban, hingga akhirnya saat panggilan terakhir dan ia hampir menyerah panggilan itu akhirnya tersambung dan Viola langsung memaki tanpa takut.

"Lo dimana? Apa maksud Lo nyebar undangan kemarin?! Kita harus ketemu secepatnya! Kirim alamat dimana Lo sekarang!"

"Siapa?" Itu bukan suara Manggala melainkan suara perempuan mengalun di seberang sana, dan ada suara serak juga yang tengah memanggil seseorang.

"Lo yang siapa?! Gue nanya Manggala kenapa Lo yang jawab? Cepet kasih ponselnya ke Manggala!"

"Manggala? Kamu siapa ya?"

"Banyak bacot! Kasih ponselnya sama ke manggala, sialan!"

"Manggala lagi tidur. Ada perlu apa? 'Siapa El?" Suara serak yang terakhir ia dengar adalah suara Manggala yang sepertinya baru bangun, Viola terkejut. Atau jangan-jangan Manggala..

"TIDAK!" Pekik Viola mengusir pikiran kotornya, melempar ponselnya ke kursi penumpang belakang.

"Halo?"

"Halo? Ada orang disana?"

Bip.

Sambungan itu terputus sepihak oleh Manggala, entah apa yang mereka lakukan diseberang sana. Viola tidak bisa berpikir jernih karena mendengar suara serak Manggala yang terdengar sensual di telinganya.

"Kok gue jadi Mikirin Manggala? Gak guna juga." Ujarnya menenangkan diri sendiri.

"Tapi gimana nasib gue? Bisa gila gue kalau beneran nikah sama Manggala."

"Yaudahlah daripada gue bosan dan stress, mending gue ke rumah Nattaya sekalian kerumah om Keano."

Gadis itu mulai menjalankan mobilnya keluar dari kawasan apartemen Manggala dan menuju rumah keluarga Wijaya, kebetulan Nattaya sedang pulang kerumah tidak di apartemen seperti biasanya.

***

Sudah bisa Viola tebak jika Nattaya masih tidur, lihatlah sekarang gadis itu masih nyaman dengan selimut tebal menutupi tubuhnya.

"Nattaya! Lo mau bangun atau gue aduin lo sama Jiro kalau Lo Masih sering mabuk." Ancam Viola sudah lelah karena sedari tadi Nattaya tidak bangun-bangun, tidur seperti orang mati.

"Satu.." masih belum ada pergerakan dari nattaya sepertinya gadis itu masih betah di alam mimpi.

"Dua.."

Skripsi?|| Markhyuck gsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang