ruang operasi

414 28 3
                                    

Happy Reading...

Manggala menangis didepan pintu operasi, ia dua jam namun operasi tidak kunjung usai. Dokter melakukan operasi untuk memberhentikan pendarahan pada Viola.

Semua orang berkumpul didepan ruang operasi, nattaya bersandar pada kursi rumah sakit dan realine yang melamun. Kendrick dan Alex sedang mengurus administrasi.

Alvaro menepuk pundak manggala memberi kekuatan, Johnny dan Laura tidak kembali lagi setelah perdebatan tadi.

"Lo harus kuat, Viola pasti kuat dan bisa ngelewatin semua ini." Ucap Alvaro memberi keterangan untuk sahabatnya.

Nattaya Bingung bagaimana saat ini karena penyebab Viola keguguran sebab menggendong minji terlalu lama karena ini kehamilan muda jadi sangat rentan.

"Kita harus gimana, rea?" Tanya Nattaya membuat realine menatapnya.

"Kita harus tenang ya, ini semua cobaan buat Pio."

"Tapi gue gak bisa sabar kalo gini."

"Kita tunggu Situasi membaik ya.." Realine mengelus punggung nattaya.

Kendrick dan Alex Kembali setelah mengurus administrasi, mereka mendekati nattaya dan realine yang sepertinya frustasi.

"Coba jelasin gimana kronologi bisa gini." Ucap Alex dingin, nattaya sudah ketakutan terbukti dari genggaman tangan pada tangan Realine sangat kuat.

"Gak ada yang kita tutup-tutupi kak. Ini memang salah kita karena gak bantu Pio dari awal." Realine menjelaskan, Kendrick mendengar seksama sedangkan Alex hanya bisa berdoa jika tidak terjadi sesuatu kepada Viola.

***

Viola Sudah di pindahkan ke ruang rawat, namun semua orang sedih karena Viola dinyatakan koma. Manggala tetap optimis jika Viola akan sadar dan ia akan jadi orang pertama yang Viola lihat.

Hari ini setelah mengurus barang-barangnya di ruang rawatnya, manggala sudah boleh pulang. Pria itu langsung ke kamar rawat Viola dan berjaga disana.

Realine dan Nattaya pulang untuk membersihkan diri, Kendrick dan Alex pergi ke cafe dekat rumah sakit.

Manggala menggengam tangan Viola yang terbebas dari infus, melihat istrinya yang terbaring lemah di atas ranjang membuat dirinya merasa bersalah.

"Andai saat itu kita gak berantem dan aku sabar, pasti gak kaya gini." Gumamnya sambil mengelus tangan mungil Viola.

"Andai aku gak maksa kamu waktu itu, kamu hari ini udah jemput aku." Lanjutnya, rasanya ia sangat ingin menangis namun tidak ada air mata yang keluar.

"Aku bukan suami yang baik karena gak bisa jagain kalian." Ia menggenggam tangan Viola erat, ia kecup-kecup tangan dingin itu.

Manggala terkejut saat seseorang menepuk pundaknya, ia berbalik dan menemukan Jevan.

"Sejak kapan kamu disini? Kenapa gak ketuk pintu?" Kesal manggala, Jevan terkekeh membuat manggala bingung.

"Gue mau jenguk sahabat gue lah, gue juga tadi udah ngetuk cuman mungkin Lo gak denger soalnya lagi curhat sama istri."

"Sialan!" Umpat Manggala.

"Udah sadar Lo apa kesalahan Lo?" Tanya jevan sarkas, manggala menatap bocah songong itu geram.

"Lepasin Viola dan kamu cari gadis di luar sana."

"Lo kasihan banget deh, tapi kayaknya gue lebih cocok buat di kasihani, cinta gak terbalaskan. Apalagi gue berharap sama istri orang, Viola sama sekali gak cinta sama gue. Dia cuman nganggep gue sahabatnya, beda sama Lo yang suaminya." Ucap Jevan sembari tersenyum kecut.

Skripsi?|| Markhyuck gsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang