Makan malam

357 27 3
                                    

Happy Reading..

Pagi-pagi Viola sudah dibuat kaget karena Johnny mengatakan bahwa ia akan menikah dua Minggu sesuai kehendak Manggala, ia jujur kaget karena ia sama sekali belum menyetujui perjodohan ini.

"Gak bisa dong dad, aku belum setuju sama perjodohan ini." Proses Viola penuh penekanan, sebagai gadis yang pernah gagal menikah ia sedikit trauma dengan kata menikah.

"Tapi calon suami kamu udah setuju, Pio. Malam ini akan ada acara makan malam keluarga, malam ini kamu harus tampil sempurna." Balas Johnny santai, ia harus bisa menekan Viola kali ini karena tidak ada cara lain selain memaksa Viola untuk menerima perjodohan ini. Ini adalah amanah dari Yunho yang harus Johnny turuti.

"Aku gak setuju, dad! Kalo gini cuma keputusan sepihak." Viola masih protes karena mereka sama sekali tidak menunggu jawabannya dan malah mengambil keputusan sendiri.

"Pokoknya bagaimanapun caranya kamu harus menerima takdir, ini udah takdir. Kalo kamu nolak sama aja kamu ngecewain kakek sama oma kamu." Tidak ada cara lain, Johnny terpaksa membawa nama Yunho karena hanya itu yang menjadi kelemahan viola dari dulu hingga sekarang.

"Terserah!" Pasrah Viola pada akhirnya lalu naik keatas menuju kamarnya, kakinya ia hentakan.

Brak!

Gadis itu membanting pintu seakan memberi tahu kepada semua orang di mansion ini jika ia menentang keras perjodohan konyol ini, apalagi calon nya adalah Manggala.

"Emang sialan! Apa-apa bawa nama kakek, mereka ada masalah apasih?!" Kesalnya mundar-mandir didepan meja riasnya, kenapa semua orang selalu menganggapnya lemah dengan cara membawa-bawa nama Yunho padahal nyatanya memang seperti itu.

"Masa aku harus Nerima perjodohan konyol kek gini? Bisa-bisa mati muda." Lanjutnya lagi masih mundar-mandir berpikir bagaimana cara ia menggagalkan rencana ini.

Tiba-tiba ide gila terbesit di otaknya, gadis itu menampilkan senyum devil saat mendapatkan ide tersebut. Biarlah, dan dengan begitu manggala membatalkan perjodohan ini dan ia bisa bebas.

Ponselnya berdering membuatnya berjalan kearah meja rias, dan nama Jevan lah yang terpampang jelas di layar ponsel miliknya.

"Maksud Lo apa Nerima Manggala?" Suara dingin dan datar Jevan lah yang pertama kali menyambut Viola, tidak ada sapaan seperti biasanya.

Viola membisu karena Jevan tidak pernah seperti ini, jika pria itu seperti ini maka itu tandanya sudah marah besar.

"Jawab gue, viola." Nada mengintimidasi Jevan membuat Viola sedikit ciut, ia mendudukkan diri tepi ranjang.

"Gue gak Nerima, sumpah tapi gue juga gak bisa nolak." Jawab Viola pada akhirnya, terdengar suara pecahan dari seberang sana.

"Maksud Lo apasih Pio? Gue kira sikap manis Lo selama ini udah mulai Nerima gue, tapi nyatanya apa? Lo berkhianat."

"Gue gak Nerima perjodohan ini, tapi ini amanah dari kakek."

"Lo pengkhianat Pio, gue kira Lo udah bisa Nerima gue tapi? Lo malah Nerima manggala."

"Gue cuma mau bilang makasih karena udah mau Nerima dan ada disamping gue selama ini, gue bakal datang walaupun hati gue sakit."

Tut.

Sambungan terputus, Viola terdiam tanpa sadar air matanya kembali jatuh. Kenapa hidupnya selalu berbanding terbalik dari yang orang lain pikirkan, hidupnya jauh lebih susah dari yang orang pikirkan. Hidup menjadi orang kaya jauh lebih menyulitkan dari hidup sederhana.

Ting..

Notif membuat Viola langsung menyeka air matanya kemudian memeriksa ponselnya, ternyata Kendrick. Semenjak pria itu menyatakan perasaannya, Viola merasa jika Kendrick menjaga jarak dengannya pria itu lebih suka pulang larut malam dan menyibukkan diri di kantor.

Skripsi?|| Markhyuck gsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang