Darah dilantai dapur

600 27 2
                                    

Happy Reading...

Jevan Keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan diri, pria itu melihat Kendrick yang sedang duduk di balkon Sambil menatap lurus melihat jalanan jakarta yang masih ramai lalu lalang kendaraan.

"Ken? Kau sedang apa?" Tanya jevan ikut duduk disampingnya Kendrick.

"Ah tidak, aku sedang memikirkan sesuatu yang mengganjal beberapa hari ini." Jawab Kendrick jujur, karena sejak viola menikah Yunho semakin gencar menerornya seperti ada sesuatu yang ingin disampaikan.

"Kau bisa bercerita padaku, walaupun kita tidak terlalu dekat dan Hanya sebatas rekan kerja."

"Aku tidak terbiasa bercerita pada orang yang baru kenal, aku selalu bercerita pada viola maupun alex."

"Cerita saja, tidak enak memendam sendirian."

Kendrick menarik nafas sejenak kemudian menatap Jevan yang juga menatapnya, ia hendak menceritakan tentang ini namun apakah mungkin?

"Ini pasti tentang ayahmu kan?" Tanya jevan tiba-tiba, Kendrick terkejut, bagaimana bisa bocah didepannya ini tau?

"Aku sudah tau, hanya saja aku tidak seberani itu mengatakannya padamu. Aku indigo, aku bisa melihat apa yang Viola lihat." Lanjut Jevan, Kendrick yang awalnya tidak percaya menjadi percaya saat mendengar kalimat Jevan selanjutnya.

"Aku tau semuanya, kakek Yunho memang ada sesuatu yang ingin disampaikan. Tentang kematiannya."

"Kematiannya, bukankah pelakunya sudah di temukan?" Tanya Kendrick bingung, masalah pelaku memang sudah di temukan tetapi ia masih di teror?

"Memang, tetapi dalang dibalik semua ini belum ditemukan." Jawab Jevan, lalu pria itu menatap lurus jalanan Jakarta.

"Apa maksudmu belum ditemukan?"

"Tapi yang jelas kakek Yunho menyuruhmu untuk mencari dalang dibalik semua ini, dan mungkin kamu tidak percaya dengan apa yang aku katakan tapi pelakunya ada disekitar kalian dan itu sangatlah dekat."

Setelahnya Jevan masuk kedalam kamar, mengabaikan Kendrick yang meminta penjelasan. Ia merebahkan tubuhnya, lalu terlelap didalam mimpi.

Sedangkan Kendrick belum bisa tertidur walau sudah pukul satu dini hari, ia masih memikirkan ucapan Jevan. Tidak mungkin keluarga nya kan? Atau jangan-jangan..

Itu sangat tidak mungkin, karena Yunho bersahabat. Kendrick langsung membuang jauh-jauh pikirannya, ia juga ikut masuk kedalam kamar lalu merebahkan tubuh disamping Jevan yang tidur membelakanginya.

***

Pagi-pagi buta, semua orang sudah terbangun karena teriakan jenny yang melengking. Termasuk Viola dan manggala. Alvaro sampai panik dan berlari kedapur menyusul jenny yang tadi keluar kamar untuk mengambil minum.

Mereka melihat tubuh mungil jenny luruh di lantai, dengan banyaknya darah di lantai namun itu bukan darah jenny.

"Jen, Jen, Lo gapapa. Kok bisa darah gini?" Viola langsung mendekati jenny yang menangis dengan menatap darah-darah dilantai.

"Darah siapa Pio? Tadi gue mau ambil Minum tapi pas gue balik badan mau ke kamar lantainya udah darah semua." Jelas jenny sesegukan, Alvaro mendekati sang kekasih lalu membekapnya memberi ketenangan.

"Ini gak termasuk yang kamu ceritain semalam kan, Van?" Tanya Kendrick berbisik pada Jevan yang berdiri disampingnya dengan muka bantal.

"Ini masih clue, tapi aku juga gak tau ini ulah kakek atau orang iseng." Balas Jevan ikut berbisik.

"Bawa jenny ke kamar aja, varo." Perintah manggala yang merasa iba dengan jenny yang ketakutan seperti Viola semalam.

"Gue mau pulang, gue gak mau disini." Teriak jenny dengan masih terisak namun tubuh mungil itu sudah digendong Alvaro.

"Kayaknya gue harus Pulang gala, kasihan jenny." Ucap Alvaro tidak enak hati, namun apa boleh buat. Manggala mengangguk, setelah pamit Alvaro langsung pergi tanpa mencuci wajah atau berganti pakaian.

Nattaya mendekati Viola yang masih terduduk diam di tempat semula, setelah kejadian semalam Viola masih saja tidak tenang.

"Lo oke?" Tanya Nattaya menyadarkan Viola, gadis itu mengangguk lalu berdiri.

"Mending Sekarang kita beresin ini, gak enak dilihat. Amis juga." Ajak viola namun saat akan mengepel lantai itu suara Jevan dan Kendrick membuatnya berhenti.

"Jangan! Biarin kaya gini, mending kalian pindah." Ucap keduanya bersamaan, dan mendengar itu membuat manggala tersinggung.

"Maksudnya apa?" Tanya manggala bingung, sedangkan Viola benar-benar berhenti dan tidak membersihkan bekas darah tersebut.

"Maaf banget, bukan gue ngejelekin apartemen Lo atau gue nakutin kalian. Apartemen ini berhantu, gue indigo." Jelas jevan, namun manggala tidak terima.

"Jangan sembarang kalo ngomong, aku Tinggal disini udah hampir tiga tahun gak ada hantu." Ucap manggala sembari mengejek Jevan yang sok tau.

"Gue cuman bilang itu doang, kalo Lo gak mau pindah yaudah, gak ada yang maksa tapi kalo terjadi sesuatu sama Viola gue bakal habisin Lo!" Ucap Jevan sarkas, lalu ia menarik tangan Jiro dan Kendrick untuk pergi dari sana, nattaya ikut berlari karena ia yang takut hantu jadi ciut.

Sekarang hanya tersisa manggala dan Viola yang sama-sama terdiam, Viola yang merasa dirinya sedang diawasi hanya bisa merinding walau tidak tau harus berbuat apa.

"Mas, apa gak sebaiknya kita ikutin kata-kata Jevan buat pindah soalnya setelah kejadian semalam aku merasa ada yang nge-perhatiin aku." Akhirnya setelah sekian lama terdiam Viola berani membuka suara walau ada sedikit ketakutan, tetapi ia menunduk takut menatap manggala.

"Kamu percaya dengan apa yang dikatakan bocah ingusan itu?" Tanya manggala meremehkan, ia meraih dagu Viola menyuruh untuk menatap dirinya. Viola ketakutan karena manggala saat ini sangat menyeramkan.

"Aku sudah tinggal disini tiga tahun tidak ada yang namanya hantu, jika kamu ingin pindah silahkan tapi jangan harap kau keluar dari sini dengan keadaan perawan." Ancam manggala dengan penuh penekanan, antara emosi dan nafsu menjadi satu.

"Aku akan keluar disini! Lagi pula aku tidak pernah takut kehilangan keperawanan ku karena kau adalah suami ku, tapi jangan harap aku akan bertahan disini setelah ini." Balas Viola, ia membuang rasa takutnya jauh-jauh.

"Kamu!" Geram manggala mencekam dagu Viola kuat, hingga gadis itu meringis. Tanpa menunggu lebih lama, ia mengangkat tubuh Viola layaknya karung beras menuju kamar.

Viola memberontak namun manggala yang kelebihan tenaga itu tidak mempedulikannya, hanya mementingkan nafsunya dan emosinya yang sudah di ubun-ubun.

TBC

Skripsi?|| Markhyuck gsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang