Ketegangan malam

1K 70 0
                                    

Happy Reading...

Viola nampak sedang duduk bersandar pada ranjang dengan laptop dipangkuannya, Alex rebahan di sofa sambil bermain game online di ponselnya.

Mereka berdua terlihat sibuk dengan urusan masing-masing sedari tadi hanya ada suara dari game dan Drakor yang memenuhi kamar.

Alex mendesah kasar saat lagi-lagi ia kalah, tapi tak lama pandangnya kearah Viola yang tidak terganggu dan masih fokus pada layar laptopnya. Entah dari mana tiba-tiba pria itu teringat dengan pria bernama Manggala yang tadi menelpon Viola.

"Dek." Panggil Alex sembari beranjak, tapi hanya dibalas deheman tak berarti oleh Viola.

"Tadi ada yang nelpon kamu, namanya manggala. Dia minta jawaban kau, Kamu kenal sama Manggala?" Tanya Alex yang sekarang sudah ikut duduk disamping Viola.

Gadis itu menegang, kenapa alex bisa tau tentang Manggala? Mampus lah kau Pio.

"Manggala?" Beo Viola seperti orang bodoh.

"Iya Manggala, dia minta jawaban kamu. Emang jawaban apasih kaya penting banget."

"Eh, itu jawaban soal yang belum diisi. Manggala itu dosen aku dikampus." Jawab Viola bohong, padahal jawaban yang Manggala mau itu berbeda.

"Emang sepenting itu sampai kamu di telpon? Kamu gak lagi bohong kan, dek?" Alex memicing curiga pada Viola yang nampak gelagapan.

"Gak Abang, aku gak pernah bohong."

"Kamu gak ada mainkan sama itu dosen? Apalagi demi nilai, iuh banget dek kalau demi nilai." Pria itu memasang wajah julid seperti emak-emak sosialita yang sedang menggosip. jangan aneh, Alex memang sering ikut Laura arisan.

"Gak lah! Amit-amit aku main sama dosen, apalagi demi nilai. Gak level banget Abang." Balas Viola sebelum meletakkan laptopnya di atas ranjang.

"Tapi omong-omong sepenting itu ya sampe kamu ditelpon? Abang aja gak pernah loh ditelpon gitu karena belum jawab soal."

"Aku juga gak tau, Abang. Dosen itu juga suka ngehukum aku."

"Atau jangan-jangan kamu emang nakal makanya si manggala-manggala itu sampe ngehukum kamu."

"Sembarangan! Aku gak Se-nakal yang Abang kira, ya. Buktinya aku masih dianggap anak sama Daddy."

"Udahlah, besok aja lanjutnya. Mending Sekarang kita tidur, aku cape seharian ini."

"Capek apaan? Abang seharian ini tidur, gak ngapa-ngapain."

"Hehehe." Alex hanya cengengesan kemudian merebahkan tubuhnya di ranjang king milik Viola, dan tak lama disusul oleh pemilik kamar yang memeluk tubuh Alex dari samping.

Tanpa sadar tubuh pria itu menegang saat merasakan dua gundukan milik Viola bersentuhan dengan lengannya, dan dengan tololnya Viola tidak memakai bra.

"Jauhan Pio, sesek." Usir Alex karena tidak ingin terjadi sesuatu yang patal.

"Sesek apasih, aku cuma meluk bukan ngekep." Cemberut Viola karena tangannya ditepis oleh Alex.

"Gak nyaman, Pio." Bohong Alex kemudian berbalik membelakangi Viola membuat gadis itu sedih, matanya sudah berkaca-kaca sebelum...

"HUAAA mommy!" Tangis Viola pecah, Alex sontak Kembali menghadap Viola yang sudah banjir air mata.

"Lah kok nangis?" Heran Alex saat Viola sudah menangis tersedu-sedu layaknya anak kecil.

"Abang jahat!" Pekik Viola sembari menumpuk wajah tampan Alex dengan bantal membuat sang empu meringis.

Sontak pria itu langsung mendekati Viola yang masih menangis, hidungnya bahkan sudah merah. Alex takut wajah tampannya akan rusak karena kena timpukan Viola, ia langsung mendekap erat tubuh mungil Viola.

"Udah udah, jangan nangis lagi. Jelek tau." Bujuk Alex yang sudah memeluk erat Viola yang masih menangis, dasar cengeng.

"Abang jahat! Aku cuma peluk." Oceh viola dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang Alex.

"Iya iya, kita tidur ya. Pelukan tapi sekarang berhenti nangis." Alex melepaskan pelukannya dan menangkup wajah merah Viola.

Gadis itu mengangguk dan merebahkan tubuhnya disusul oleh Alex, karena tidak ingin ditolak lagi Viola Langsung memeluk tubuh Alex erat seakan takut jika pria itu pergi.

Mereka saling memeluk, mata Viola sudah terpejam sedangkan Alex masih belum bisa tidur karena suasana kamar ini tiba-tiba menjadi panas entahlah pria itu juga tidak tau karena apa.

"Good night, sunshine." Ucapnya lirih, mendekati wajah Viola dan menyematkan satu kecupan di puncak kepala Viola.

Setelahnya Alex ikut masuk kedalam alam mimpi, menyusul Viola yang terlelap.

***

Disisi lain Manggala sedang pusing sedari ia selesai menelpon Viola dan diangkat pria. Ia mengira jika itu adalah pacar Viola, tapi apa mereka tinggal serumah? Jika ia tamatlah sudah riwayat Manggala.

"Jadi itu pacar Viola? Tapi jika diingat-ingat memang viola sering diantar oleh pria yang lumayan tampan dan dewasa." Gumam Manggala, wine yang ada di tangannya sudah habis tak bersisa.

"Bagaimana jika ia benar-benar pacar Viola? Aku harus gimana?"

"Jangan-jangan mereka suka intim lagi?! Kok bisa gue langsung Ngambil keputusan sendiri?"

"Udahlah kalaupun itu pacarnya tetap gas aja, terobos tidak menerima tantangan."

"Kalau gagal sekarang coba lagi sampai semuanya selesai."

Entahlah sepertinya manggala sudah gila karena sekarang terjebak di dalam situasi seperti itu. Ada calon dari orangtua kabur, ada calon sendiri tapi atas paksaan udah punya pacar. Akhh bisa gila beneran Manggala kalau begini terus.

TBC

Sesuai janji kuu, aku bakal duoble up!!

Disarankan untuk tidak berekspektasi tinggi men-temen😀❤️

Kalau ada typo Tandain ya soalnya gak enak dipandang kalau typo, hehehe.

Jangan lupa follow akun Tiktok aku:

Rorakim30
D00_iii

Bye-bye guys, jangan lupa vomen dan follow me ❤️❗

See you next chapter ❤️❤️

Skripsi?|| Markhyuck gsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang