Surprise

555 29 0
                                    

Happy Reading...

Hari ini adalah hari pertama viola bekerja di perusahaan Seo crop, walau masih harus butuh tuntunan Dari Kendrick. Viola itu tau namun masih ada yang belum harus ia pelajari, dan Kendrick adalah guru pembimbingnya sekarang.

"Kamu itu bisa gak sih sebenarnya, Pio? Dari tadi kamu berbelit-belit terus." Seru Kendrick frustasi karena sedari tadi Viola selalu berbicara berbelit-belit membuatnya pusing.

"Ya maaf paman, aku itu grogi soalnya dilihatin banyak pria ganteng." Jawab Viola sembari memasukkan potongan roti kedalam mulutnya, Kendrick yang melihat keponakannya tidak mau kalah itu hanya bisa menghela nafas panjang berusaha sabar.

"Kamu itu, aku disuruh Daddy ngajarin kamu loh. Kok kamu keras kepala banget? Bisa hancur perusahaan kalau kamu kaya gini."

"Biarin." Acuhnya kemudian lanjut sarapan karena tidak sempat dirumah tadi.

"Aku aduin sama bang John." Ancam Kendrick dengan mata setajam elang itu menatap gadis didepannya, Viola tidak peduli dan tetap lanjut makan dengan lahap.

"Dasar bocah!" Ucap Kendrick datar kemudian pergi dari sana, hendak kembali ke ruangannya.

"Bodoamat, wle!" Balas Viola sambil menjulurkan lidahnya mengejek Kendrick yang sudah hilang dari balik pintu itu.

"Kalau kerjaannya cuma gini gue jamin seumur hidup juga gue mau tinggal disini. Surga dunia memang." Serunya bahagia saat ruangan hanya ada dirinya, hidupnya damai disini tidak ada lagi yang mengusik seperti di Indonesia. Kendrick tidak akan berani untuk memarahinya karena ia mempunyai sang kakek di pihaknya.

***

Manggala sedang berlari di koridor rumah sakit karena mendapat kabar jika Kanaya masuk rumah sakit, Padahal dirinya tadi sedang meeting dengan kolega penting tapi saat mendapat kabar ini ia langsung pergi karena ia sangat takut kehilangan sang mami.

"Suster, pasien atas nama Kanaya Tabitha dirgantara. Pasien tabrak lari, suster." Ucap Manggala menggebu-gebu karena khawatir dengan kondisi sang mami saat ini.

"Sebentar saya cari dulu ya, pak." Jawab suster itu, Manggala mengangguk dengan perasaan gusar.

Cukup lama Manggala menunggu akhirnya ketemu juga, Setelah tau dimana ruangan Kanaya pria itu langsung bergegas menuju ruangan Kanaya dimana disana sudah ada fressy yang lebih dulu datang.

Klik..

Saat manggala masuk, ia disambut dengan fressy yang menangis sambil menggenggam tangan keriput Kanaya yang terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit.

Pria itu mendekati fressy yang menangis sesenggukan, mengelus punggung bergetar sang adik karena ia juga sakit melihat keadaan Kanaya saat ini.

"Dek.. Kamu ganti baju dulu ya." Ucap Manggala lembut, pakaian fressy penuh dengan noda darah, bisa Manggala tebak jika itu adalah darah Kanaya karena tadi keduanya sedang dalam perjalanan untuk berbelanja.

"Gak mau, kak. Aku mau nemenin mami! Ini semua karena aku, coba aja kalau tadi aku gak nyebrang sembarangan pasti ini gak terjadi."

"Ini bukan salah kamu, ini takdir."

"Salah aku kak! Mami pasti gak gini kalau aku gak nyebrang sembarangan."

"Shutt, ini bukan salah kamu. Sekarang kamu ganti pakaian, ya."

Cukup lama Manggala membujuk fressy untuk pulang dulu berganti pakaian, akhirnya anak itu mau dengan satu syarat Manggala tidak meninggalkan kanaya sendiri.

Setelah kepergian fressy, Manggala duduk di kursi yang tadi adiknya duduki. Ia mengelus rambut Sang mami yang mulai memutih, rasanya hatinya sesak saat melihat orang tersayangnya kini terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit.

"Mami? Mami yang kuat ya, gala tau kalau ini pasti berat buat mami. Tapi manggala yakin kalau mami bisa melewati masa kritis." Monolognya memandang sendu wajah pucat dan banyaknya alat yang melekat ditubuh itu.

"Mi, kuat ya demi Manggala dan sysy."

"Besok papi baru bisa Dateng, papi belum bisa pulang hari ini karena masih ada urusan penting di Singapur."

Manggala merebahkan kepalanya diatas ranjang rumah sakit, tangannya menggenggam tangan Kanaya yang halus dan keriput.

"Mami harus bisa lewatin masa kritis mami." Ucapnya sebelum terlelap sambil menggenggam erat tangan Kanaya.

***

Masih ingat dengan ucapan ceplos Jevan seminggu yang lalu? Pria itu benar-benar datang ke Canada setelah segala urusannya di Indonesia selesai semua.

Saat ini Viola sedang menjemput Jevan di Bandara, bawa mobil sendiri? Tentu karena Viola tidak ingin di supir.

Mata gadis itu menatap sekitar mencari keberadaan Jevan tapi tidak kunjung menemukan batang hidung pria itu, namun saat ia akan mengambil ponsel didalam saku tiba-tiba matanya ditutup oleh sepasang tangan besar.

"Jevan, pasti Lo kan? Jangan jahil, gue gak suka!" Seru Viola sembari mencoba menyingkirkan tangan itu, namun yang ia dengar suara kekehan ringan orang yang sedari tadi ia cari.

"Surprise!" Seru Jevan dengan membalikkan tubuh mungilnya lalu tanpa aba-aba memeluknya erat, seperti menumpahkan rasa rindu sepuasnya (?).

"Gak lucu tau gak? Gimana kalau tadi itu bukan Lo?!" Protes Viola melepas paksa pelukan itu.

"Jadi ngambek nih? Gue baru sampe loh Pio, masa udah mau ditinggal?" Tanya Jevan memelas, namun tidak digubris oleh Viola dan gadis itu malah berjalan melewatinya.

"Gak peduli." Jawabnya sarkas kemudian berjalan mendahului.

"Ck! Susah memang cewek." Gumam Jevan sebelum mengejar Viola sambil tangan menyeret koper.

Viola langsung masuk kedalam mobil tidak memperdulikan Jevan yang sedang memasukkan koper-koper itu kedalam bagasi.

TBC

Kalian tim siapa?

Jevan x Viola
Manggala x Viola

Disarankan untuk tidak berekspektasi tinggi men-temen😀❤️

Kalau ada typo Tandain ya soalnya gak enak dipandang kalau typo, hehehe.

Jangan lupa follow akun Tiktok aku:

Rorakim30
D00_iii

Bye-bye guys, jangan lupa vomen dan follow me ❤️❗

See you next chapter ❤️❤️

Skripsi?|| Markhyuck gsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang