apartemen jevan

406 24 2
                                    

Happy Reading...

Mobil Viola yang di kendarain oleh Jevan itu berhenti di salah satu apartemen elite, milik Jevan yang sengaja dibeli karena tidak mungkin ia terus menginap di hotel jadilah ia membeli satu unit apartemen.

Viola bukan tanpa alasan meminta untuk Jevan pulang kesini saja namun karena ada mobil Manggala yang mengikuti mereka di belakang, ia belum siap untuk bertemu Manggala disaat seperti ini.

Mereka langsung turun saat mobil berhenti, Viola tetap menggenggam tangan Jevan dengan ketakutan. Pria itu juga memaklumi atas ketakutannya pada Manggala yang pernah ia tolak lamarannya.

"Udah tenang aja, ada gue jadi Lo gak akan kenapa-kenapa." Ucap Jevan lembut, akhirnya mereka sampai di lantai unit apartemen Jevan berada, pria itu memasukkan pin kemudian mereka masuk.

Disisi lain Manggala masih berdiam diri didalam mobil, ia menatap kepergian dua orang itu yang masuk kedalam apartemen. Sungguh Manggala amat menyesal sudah mengikuti Viola, jika tau akan begini lebih baik ia tetap di pantai karena kenyataan ini sangat menyakitkan melihat orang yang kita cari keberadaannya kini tinggal bersama pria lain.

"Saya nyesel udah berharap lebih sama kamu, Pio." Lirih Manggala kemudian melajukan mobilnya meninggalkan apartemen.

Jevan menyuruh Viola duduk untuk menenangkan yang terkena panic attack, tubuhnya bergetar dan pikirannya kalut kepalanya pusing, Jevan tiba-tiba memeluk Viola karena perlahan gadis itu menangis.

"Nangis aja oke? Nangis aja sepuas Lo, kalau itu bisa bikin Lo lega lakuin." Ucap Jevan mengelus punggung bergetar Viola pelan, ia sungguh sakit melihat gadisnya sedih.

"Makasih van, makasih karena Lo selalu ada buat buat gadis cengeng ini." Ucapan Viola terbenam di dada bidang Jevan, pria itu mengangguk sembari Masih mengucapkan kata penenang untuk Viola.

Viola sendiri tidak tau kenapa ia bertingkah berlebihan seperti ini, padahal hanya bertemu dengan Manggala tapi kenapa dirinya seperti memiliki trauma mendalam pada pria itu.

"Gue selalu ada disisi Lo dan gue juga siap kalo Lo butuh sandaran."

Tanpa sadar Viola tertidur didalam pelukan Jevan, tangannya yang memeluk leher pria itu sudah melonggar. Jevan memindahkannya ke kamar lalu pria itu masuk kedalam kamar mandi.

***

Malamnya Viola terbangun karena suara bising seperti orang bermain game, dan ketika ia membuka mata ia bisa melihat Jevan yang sedang bermain game di laptop di sofa. Viola juga sadar jika ia masih di apartemen Jevan yang sangat luas ini.

Viola berdehem cukup keras dan itu membuat Jevan tersadar dan langsung mendongak menatapnya, Viola tersenyum tipis dengan wajah bantal.

"Udah lama Lo bangun?" Tanya Jevan sembari meletakkan laptopnya dan beranjak menuju ranjang mendekati Viola yang sudah bersandar di kepala ranjang.

"Barusan." Jawab Viola jujur, matanya sedikit sembab karena menangis tadi. Ia yang menolak ia juga yang masih berharap.

"Udah enakan?" Tanya Jevan lagi tapi kali ini ia memberi Viola air putih dan diterima baik oleh Viola.

Gadis itu meminum air putih yang diberikan oleh Jevan kemudian setelah dirasa cukup ia meletakkan kembali diatas nakas.

"Iya, badan lebih enteng lebih plong." Jawab Viola meniru nada salah satu iklan di televisi.

Karena gemas dengan Viola, Jevan mencubit hidup mancung viola lalu mereka tertawa bersama.

"Gemes banget sih."

Skripsi?|| Markhyuck gsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang