Rumah sakit

424 25 4
                                    

Semuanya langsung masuk kedalam kamar saat mendengar suara tangis minji, dan betapa terkejutnya mereka disana banyak sekali sampah berserakan dan ada satu kertas dilantai dengan tulisan merah dan batu jangan lupakan kaca jendela pecah.

Kendrick langsung mengambil minji dan membawanya ke gendongannya, anak itu masih menggunakan handuk yang sepertinya Viola baru saja selesai mandi.

"Ini kenapa bisa terjadi, Pio?" Tanya johnny mengambil serpihan kaca yang berserakan dilantai.

"Aku gak dad, pas aku keluar dari kamar mandi tiba-tiba ada yang ngelempar batu dari arah jendela. Tapi aku lebih kaget sata kamar yang udah kotor dengan banyak sampah. Terus tulisan itu." Viola menjelaskan dengan suara bergetar dan terakhir ia menunjuk kertas yang berada di ujung kaki Johnny, ia shock tadi sampai meninggal minji untuk tidak terjadi apapun.

Johnny mengambil kertas tersebut lalu membacanya hingga selesai, tangannya terkepal karena lagi-lagi teror ini berasal dari keluarga Wirdantara.

"Wirdantara lagi.." geram Johnny dengan penuh amarah, pria itu langsung pergi namun tangannya segera di cekal lebih dulu oleh Kendrick.

"Bang, jangan gegabah. Kita gak tau rencana mereka selanjutnya." Ucapnya mencoba menenangkan Johnny yang dalam balutan amarah.

"Tapi mereka terus-menerus ngancem dan meneror keluarga kita, Ken!"

"I know bro, but kita gak boleh gegabah."

"Viola dan minji hampir celaka, apa bisa kita diam saja?!"

"Tapi ini menyangkut nyawa, jika kita bergerak tanpa berpikir bisa saja mereka menghancurkan kita begitu saja. Dan dengan hancurnya kita ia akan memanfaatkan Viola."

"Perusahaan kita memang di ambang kebangkrutan tapi seperti kata Alex, kita gak bisa numbalin Viola."

"Oke stop!" Teriak viola frustasi, ia tidak pernah berpikir jika hidupnya akan lebih buruk dari perkiraannya.

"Aku bakal bicara sama manggala! Kalian cukup diam, aku bakal hubungin kalian nanti." Putus Viola, selama ia hilang manggala memang tidak mencarinya tapi ia dapat info dari Alvaro jika manggala masuk rumah sakit.

"Lo gila Pio?" Sentak nattaya maju, disaat seperti ini Viola masih bisa membawa manggala? Tidak salah?

"Gue gak gila, dan gue sehat. Kalo gak ada cara lain buat bikin Wirdantara bungkam dan perusahaan tidak bangkrut aku siap. Aku akan kembali pada manggala."

"Jangan Pio! Ini semua salah gue." Realine ikut maju menatap Viola penuh penyesalan.

"Gak ada sangkut pautnya sama kalian! Gue yang salah karena udah banyak mempermalukan manggala."

"Terserah kamu Pio, tapi ingat. Selangkah kamu keluar dari mansion ini, Daddy gak anggap kamu anak lagi." Ancam Johnny, Viola bimbang sekarang Karena ia sangat takut kehilangan keluarganya. Ia memang kecewa pada semua orang karena dulu dirinya dianggap bodoh karena terus-menerus bersedih atas kematian Yunho.

"Tapi manggala masih suami aku dad, aku masih punya hak sebagai seorang istri." Balas Viola, semua orang diam termasuk Johnny yang kehabisan kata.

"Silahkan pergi, tapi cukup ini yang terakhir Kalinya sebelum kalian bercerai." Johnny pada akhirnya mengizinkan Viola untuk menemui Manggala.

"Aku tidak janji." Setelah mengatakan itu Viola segera keluar, Jevan ingin mengejarnya namun tertahan oleh Kendrick yang menahan tangannya.

"Biarin, setelah semuanya selesai kalian bisa mengobrol dengan Viola." Ucap Kendrick yang di balas anggukkan kepala dari Johnny.

"Kalian semua harus hati-hati karena dermawan itu akan terus menyakiti sebelum apa yang ia inginkan di berikan."

"Baik." Balas semuanya lalu keluar kamar menuju ruang tengah, mereka akan menunggu kepulangan Viola.

***

Viola datang kerumah sakit dengan minji, ia akan membereskan masalah keluarganya dan keluarga Wirdantara. Dengan berbekal keberanian Viola mulai masuk kedalam kamar inap manggala.

Wanita itu hanya melihat manggala Seorang diri sedang makan, tidak ada siapapun disana ruangan itu sunyi. Viola tau kamar manggala dari Alvaro tentunya.

Manggala mendongak menatap pintu kamar inap yang terbuka, ia melihat Viola datang dengan seorang anak kecil di dalam stroller.

"Ngapain kamu kesini? Kalo mau ngasih surat cerai bisa ke apartemen gak perlu kerumah sakit!" Sarkas manggala membuang muka, Viola tentu saja terkejut.

"Tapi, aku kesini bukan buat itu." Lirih viola menatap sendu kearah manggala namun pria itu sama sekali tidak menatapnya dan fokus pada makanannya.

"Terus buat apa? Mau pamer kalo udah dapet yang lebih baik." Manggala masih saja ketus kepadanya, ini bukan manggala yang ia kenal manggala yang ia kenal tidak pernah seperti ini. Ini seperti masa-masa saat ia bolos dari pelajaran pria itu.

Viola tidak menjawab dan malah mendekat kearah ranjang rawat, manggala menatapnya tajam tapi Viola tidak peduli.

"Aku mau bicara sama kamu." Ujar Viola lembut, ia mendudukkan diri di kursi samping ranjang.

"Bicara apa, bicara kalo kamu mau ninggalin aku karena ulah kakek?"

"Stop! Om kok bicara gitu sama Tante aku?" Celetuk minji, gadis kecil itu melepas dot yang menyumpal mulut nya.

"Minji, gak boleh gitu ya." Viola mengelus rambut kecoklatan minji.

"Tapi om itu–" Viola lebih dulu menyumpal mulut bocah itu dengan susu, manggala hanya menatap sekilas.

"Aku cuman mau bilang stop untuk untuk teror keluarga aku karena kita sama sekali gak ada sangkut pautnya." Viola bicara dengan masih menatap manggala sendu.

"Kamu pikir aku gak capek apa jadi kambing hitam kakek? Aku juga gak ada sangkut pautnya dengan teror itu tapi hasilnya apa, istri aku tetap cerain aku." Balas manggala ketus, pria itu menatap sinis kearahnya.

"Sifat kamu berubah." Lirih viola dengan mata berkaca-kaca, manggala yang melihat itu rasanya tidak tega tapi ia masih mementingkan ego nya.

"Dan kamu yang jadi alasan kenapa aku berubah, dari pada buang-buang waktu mending kamu Keluar dari sini." Usir Manggala sedikit menaikkan suaranya.

"Tapi–"

"Keluar Viola atau aku bakal panggil satpam buat ngusir kamu."

"Aku gak bakal keluar sebelum kamu maafin aku!" Kekeh Viola.

"Waktu sepuluh menit." Putus manggala ketus, pria itu kembali menatap televisi tapi sebelumnya ia kembali meletakkan piring bekas dia makan diatas nakas.

Viola menghirup nafas dalam sebelum menjelaskan semuanya, manggala acuh tapi tetap mendengar.

"Aku udah gak telat dua Minggu."

"Terus?" Manggala bukan tidak tau tapi ia hanya menunggu lanjutan Viola.

"Aku yakin kamu gak bodoh buat tau apa yang terjadi."

"Terus kenapa, kamu tetap minta cerai kan?"

"Masih dua Minggu, dan gak ada yang tau."

"Kita cuman ngelakuin itu cuma sekali dan hampir satu bulan yang lalu."

"Terus kamu mau bilang kalo anak ini bukan anak kamu gitu? Kamu yang ngambil keperawanan aku!"

"Tapi apa boleh buat? Apa itu bisa mencegah kamu buat gak gugat cerai aku?"

"Iya bisa!" Jawab Viola lantang, manggala langsung menatapnya dengan tatapan yang melembut berbeda dari saat ia masuk tadi.

TBC

Disarankan untuk tidak berekspektasi tinggi men-temen😀❤️

Kalau ada typo Tandain ya soalnya gak enak dipandang kalau typo, hehehe.

Jangan lupa follow akun Tiktok aku:

Mommygula🌻

Bye-bye guys, jangan lupa vomen dan follow me ❤️❗

See you next chapter ❤️❤️

Skripsi?|| Markhyuck gsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang