Hamil

538 22 0
                                    

Happy Reading...

Klik..

Nattaya dan realine masuk kamar, dan mereka melihat Viola sedang bermain ponsel sambil rebahan diatas ranjang. Bukannya tadi dia tidur dan Alex yang memindahkannya? Pikir Realine.

"Bukannya Lo tadi tidur? Tapi kenapa sekarang kaya seger banget gini." Oceh nattaya mendekati Viola yang masih memakai pakaian tadi, mereka pastikan jika wanita itu berbohong.

"Emang, tapi sekarang udah bangun." Ceplos Viola tanpa mengalihkan perhatiannya pada ponsel.

"Lo bohongkan?" Tanya Realine duduk di sebelah kanan Viola, wanita itu melepas ponselnya lalu menatap gantian kedua sahabatnya.

"Gue emang bohong, yakali gue jujur bisa-bisa Daddy marah kalo tau gue pulang jam segini dari jenguk manggala."

"Jadi apa keputusan Lo?" Tanya Nattaya serius, Viola menghela nafas panjang dan berat.

"Gak ada jalan lain, gue tetap akan batalin gugatan cerai gue. Gue hamil.." jelas Viola, kalimat akhir sengaja ia pelankan.

"What the hell?! Lo beneran hamil anak mang–" mulut nattaya segera di bungkam oleh viola, Realine ikut was-was jika ada yang mendengar.

"Lo bisa gak pelannin suara Lo?" Ucap Viola penuh penekanan, ia sungguh kesal dengan Nattaya jika tadi sampai ada yang mendengarnya dan memberi tahu Johnny ia yakin janinnya tidak aman.

"Tapi Lo beneran hamil?" Realine ikut penasaran karena beberapa hari yang lalu Viola mengatakan jika hubungan pernikahan manggala dan Viola tidak seperti pada umumnya.

"Beneran dan itu masih dua Minggu, jadi kata dokter ini rentan banget." Jawab Viola, lalu ia menarik tangannya dari mulut nattaya. Wanita itu beranjak menuju meja riasnya untuk mengambil sesuatu.

Ia mengambil sesuatu dari dalam laci meja rias, banyak sekali Testpack dari dalam sana membuat nattaya dan dan realine terkejut.

"Itu beneran, banyak sekali Pio."

"Dan ini, awalnya gue emang gak percaya tapi Setelah memberanikan diri untuk tes gue tau hasilnya gini."

"Hebat juga manggala." Ceplos nattaya entah sadar atau tidak.

"Tapi masa perjaka langsung ngerti buat anak?" Gumam Realine mengetuk jarinya di dagu.

"Semua orang juga ngerti, re. Yakali dikasih kenikmatan malah nolak." Balas Nattaya malas, Viola sudah pamit ke dalam kamar mandi sedangkan kedua sahabatnya itu berganti gaun tidur yang mereka bawa.

Empat puluh menit berlalu, ketiganya sudah rebahan diatas kasur sambil menatap langit-langit kamar.

"Gue udah dilamar sama jiro." Ucap Nattaya membuat mereka menatap kearahnya dengan tatapan penuh tanya.

"Lo gak lagi nge jokes kan?" Viola masih menganggap nattaya bercanda karena wanita itu keseringan bercanda masalah menikah dan tunangan.

"Kali ini gue serius, Pio."

"Kok gue gak percaya ya?" Realine menatap Nattaya sekilas kemudian membuang muka.

"Tapi ini? Kalian percaya?" Gadis itu beranjak duduk dari acara rebahannya, ia menunjukkan cincin di jari manisnya.

Kedua sahabatnya itu melongo tidak percaya namun nattaya malah menampilkan wajah penuh percaya diri.

"Gue juga punya!" Timpal Realine memamerkan cincin di jarinya, viola duduk disusul Realine.

"Siapa?" Tanya Viola dan Nattaya bersamaan.

"Mau tau aja atau mau tau banget?"

"Banget!"

"Kepo banget sih kalian." Layaknya ibu-ibu sosialita Realine meniru.

"Rea!" Pekik keduanya kesal.

"Beli sendiri lah, gue kan kaya jadi beli sendiri. No lamar-lamar club." Jawab Realine.

"Penonton kecewa, tapi gue lihat-lihat Lo sekarang lagi Deket sama pengusaha."

"Gue setuju sama Lo, Nat."

"Kalian berdua apaan sih, gak ada yang Deket ya orang kita udah jadian."

"Wah geser nih otak si rea."

"Emang kalo orang udah tua itu suka geser Nat." Viola membuat gestur berbisik pada Nattaya tapi melirik kearah Realine, membuat wanita itu overthingking.

"Apa Lo bilang gue tua? Emang sih." Cicit Realine namun sedetik kemudian mereka bertiga tertawa melupakan semua masalah untuk saat ini.

"Ayoyo kesayangan kita bentar lagi mau nikah." Viola mengunyel-unyel pipi Realine membuat sang empu meringis.

"Udah-udah gak ada yang mau nikah, masih muda. Yang baru ultah emang beda auranya." Goda Realine mencolek dagu Viola.

"Iya dong, gak kaya maknae kita yang masih beberapa bulan lagi." Timpal Viola sembari melirik nattaya.

"Kita berdua beda dua bulan ya, bangsat."

"Kiw kiw, pajak jadian dong."

"Yaudah kalian mau apa, gue bakal turutin kalo gue mampu."

"Gue sadar diri kok, cuman mau dikasih BMW aja satu." –nattaya.

"Gue gak banyak kok, porse aja gak mahal-mahal amat." –viola.

"Gini nih kalo punya temen gak tau diri, dikasih hati minta jantung. Nat tunggu aja besok gue bakal beliin BMW." Balas Realine dengan smirk yang tidak dua sahabatnya sadari, mata nattaya berbinar saat mendengar balasan Realine.

"Serius bmw?! Wah kebetulan mobil gue yang ini udah siap ganti."

"Iya bmw, bmw beras yang viral." Lanjut Realine, bahu nattaya yang awalnya semangat kini luruh dengan mempoutkan bibirnya.

"Gak cocok Nat, jijai gue." Komen Viola merinding melihat nattaya yang tidak biasanya.

"Bangsat banget Lo pada!" Sepertinya kali ini nattaya yang frustasi karena kedua orang ini.

Keduanya tertawa sampai hilang suara melihat wajah frustasi nattaya, suara tawa mereka saat ini susah sekali menarik nafas.

"Auh!" Viola meringis sembari memegangi perutnya yang tiba-tiba sakit, Realine langsung memberhentikan Tawanya dan melihat Viola yang menahan sakit. Nattaya juga melihat tangan viola memegangi perutnya.

"Pio, Lo gapapa?" Tanya mereka khawatir, Viola menggeleng pelan walau kenyataan ia sedang kesakitan diarea bawah pusar.

"Gue gapapa, kandungan gue emang lemah kata dokter."

"Astaga Pio, kok Lo gak ngasih tau kita?"

"Gue cuman gak mau kalian khawatir, ini cuman sakit biasa kok."

"Yaudah oke, tapi kalo sakit lagi bilang ya sama kita."

Viola mengangguk lalu merebahkan tubuhnya diikuti nattaya dan realine, kedua wanita itu mengelus perut dan punggung Viola. Membuat sakit perutnya sedikit berkurang.

"Mommy.. sakit." Adunya dengan mata terpejam, ini sudah berulang-ulang kali terjadi dan menjadi salah satu faktor penting yang membuatnya datang ke dokter untuk memeriksa dan dinyatakan positif hamil.

"Kita kerumah sakit aja Kalo Lo gak kuat." Bujuk Realine namun dibalas gelengan oleh Viola.

"Gak, gue gak mau. Ini cuman sakit biasa."

Keras kepala Viola membuat kedua sahabatnya kasihan, padahal mereka takut terjadi sesuatu kepada calon keponakan mereka.

"Gue kuat, kalian gak usah khawatir ya."

TBC

Disarankan untuk tidak berekspektasi tinggi men-temen😀❤️

Kalau ada typo Tandain ya soalnya gak enak dipandang kalau typo, hehehe.

Jangan lupa follow akun Tiktok aku:

Mommygula🌻

Bye-bye guys, jangan lupa vomen dan follow me ❤️❗

See you next chapter ❤️❤️

Skripsi?|| Markhyuck gsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang