Selamat Membaca..
.
.
"Apa benar begitu. Kepala Na masih sakit?"
"Sekarang udah enggak ayah. Tadi Na emang gak ingat sama abang, terus Na paksa buat ingat. Dan kepala Na jadi sakit, terus setelah itu gelap."
"Tapi tadi Na mimpi ketemu sama bunda dan dari situ juga beberapa ingatan Na muncul."
Ucapan Nala sukses membuat Alan terkejut. Tapi Na gak tau, karna tertutup oleh tubuh ayah Sam
"Tapi, Na gak ingat sama nama dan wajah mereka. Na ngerasa, cuma kenal sama abang Al. Cuma abang Al yang bisa Na ingat wajah dan namanya."
Semua yang diucapkan Nala hanyalah kebohongan. Sebenarnya Nala asli sudah memberikan semua memorinya. Lengkap mengenai orang orang yang ada dikehidupannya. Tapi ia memilih untuk pura pura dulu.
"Sepertinya Na mengalami amnesia sementara. Jadi ingatan itu akan kembali, tapi jangan terlalu dipaksakan untuk mengingatnya ya. Itu bisa membuat kamu kesakitan, nanti setelah tubuh Na sehat, kita ke psikolog ya. Ayah takut kamu punya trauma yang serius, kamu mau kan?"
"Iya ayah, Na mau."
"Pintarnya anak ayah." ucap ayah Sam sembari mengusap kepala Nala
Sembari menunggu Aska datang bersama perawat. Nala dan ayah Sam berbincang mengenai kepulangan Nala. Karna sepertinya Nala tidak suka berlama lama di rumah sakit.
"Ayah~ Kapan Na bisa pulang?" tanya Nala manja dan jangan lupakan wajah sedih
"Sabar ya nak. Na kan baru aja siuman. Masa udah mau pulang aja."
"Tapi ayah~ Na benci lama lama di rumah sakit."
"Gini aja deh. Tunggu sampai besok ya. Kalo besok kondisi Na udah lebih membaik. Kita pindah jadi rawat di rumah, gimana? "
"Tapi ayah-"
"Iya atau gak usah pulang sama sekali?"
"Iya, Na ikut apa kata ayah aja."
"Good girl." ucap ayah Sam, sembari mengusap rambut Nala
Setelah ucapan ayah Sam itu. Masuklah Aska bersama seorang perawat yang membawa troly makanan untuk Nala.
"Saya mengantarkan makanan untuk pasien dok."
"Iya terima kasih. Kamu bisa kembali bekerja." jawab ayah Sam
Perawat itu pun pergi meninggalkan ruang rawat setelah membungkukkan tubuhnya terlebih dulu.
"Sekarang Na makan ya, ayah suapi. Biar cepat sembuh."
"Iya ayah."
Aska ikut duduk di sisi kosong sofa di samping Alan, sembari memainkan ponselnya. Sedangkan Alan masih sibuk dengan makanannya sesekali melihat ke arah ponsel. Dan itu tak luput dari pandangan Aska.
"Al, habisin dulu makanannya. Nanti baru main hp lagi."
"Ah iya bang, maaf.."
"Iya, lain kali jangan gitu. Takutnya kamu keselek. Lagian kalo ada urusan penting. Kan bisa dikerjain setelah makan."
Dan ucapan Aska itu tak luput dari perhatian Al, Na, dan ayah Sam.
"Wihhh, fenomena langka. Manusia dingin satu ini bisa perhatian juga? Biasanya kalo gak dingin, ya julid. Tumben perhatian. Wah ayah salut sama kamu Al." ucap ayah Sam yang seolah olah kaget
Jika saja ayah Sam sedang tidak membawa mangkok makanan Nala. Mungkin saja ia sudah bertepuk tangan dengan keras.
"Lebay sekali pak tua ini." ucap ketus Aska

KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Harus aku... (END)
JugendliteraturDia yang terlahir sebagai anak perempuan pertama. Sedari kecil sudah harus merasakan kerasnya hidup. Ketika saat menyelamatkan sang adik, ia mati akibat tertabrak mobil. Bukannya ke akhirat, ia malah mengisi tubuh seorang anak perempuan satu satunya...