Bab 30 S2

899 50 0
                                    

Selamat Membaca....

.

.

Karna hari ini adalah penentuan dan putusan dari semuanya. Dan yang harus memutuskannya adalah Bulan.

Mereka meninggalkan Bulan sendiri di kamar Febian. Dan menunggu di ruang keluarga.

Tenang, di kamar Febian di lengkapi cctv. Dan tadi Febian sudah meninggalkan salah satu hp miliknya untuk Bulan. Agar saat Bulan terbangun, mereka bisa langsung menyuruh Bulan ke ruang keluarga.

Dan benar saja. Saat Bulan tersadar dari pengaruh obat bius. Ia mendengar suara handphone berdering. Dan suaranya berada dekat di sampingnya. Tepat di atas nakas.

Ia mengambil handphone tersebut. Lalu mengangkat panggilan telpon.

"Kalian membawaku kemana?" tanyanya to the point

"Segera ke ruang keluarga." ucap Febian langsung mematikan panggilan tersebut

Tut

"Ck, mau ngapain sih. Orang gue mau pulang. Gak tau apa gue laper, terus capek. Terus ini kenapa lagi tangan gue sakit. Pasti kerjaan abang dokter ini. Suka banget nyuntik gue. Dikira gak sakit apa." gerutu Bulan sambil berjalan

Bulan berjalan menuju ruang keluarga. Seperti kebiasaannya dulu. Ia belum sadar jika ia sedang dijebak oleh keluarganya.

Saat sampai di ruang keluarga. Bulan duduk di salah satu sofa yang masih kosong. Awalnya ia terkejut, tapi sebisa mungkin ia bersikap tenang.

"Sial, kenapa mereka semua ada di sini. Tuan Darius dan abang abangnya Nala. Tapi, dimana abang kembar dan ayah. Kok mereka gak ada?" batin Bulan

"Jadi, apa tujuan kalian membawa saya ke sini. Bahkan sampai menculik saya segala. Saya bisa menuntut kalian atas dasar penculikan." ucap Bulan tenang. Tapi ia di hadiahi gelak tawa dari Ebi dan Rafa. Dan itu tentu saja membuat Bulan bingung.

"Kamu kalo mau bohong, belajar dulu yang bener. Penculikan dari mananya. Kami hanya sedang memaksa adik kami untuk pulang, kerumahnya. Dimana letak penculikannya. Dan juga, bagaimana kamu tau letak ruang tamu keluarga kami. Jika kamu bukan adik kami" tekan Rafa di akhir perkataannya

Bulan yang mendengar ucapan Rafa seolah tersadar akan sesuatu.

"Sial, bego banget sih lo Bulan. Kenapa juga lo bisa lupa. Kalo lo lagi pura pura gak kenal sama mereka. Lah ini, gue bahkan bisa tau ruang keluarga dimana dan gue malah pergi ke ruang keluarga sendiri. Aish, gimana ni? Ah udah lah, terobos aja. Guekan bisa aja ngelak dan tetep kekeh kalo gue bukan adik mereka." batin Bulan

"Siapa adik kalian. Kenapa kalian malah menculikku?" tanya Bulan mencoba mengelak

"Kamu lah adik kami. Yang tidak pernah pulang dan malah memilih menjauhi kami. Kami ada salah apa sama kamu. Kenapa kamu gak mau kembali ke sini." ucap Febi panjang lebar

"Saya bukan adik anda. Mungkin kami memiliki kesamaan dari nama kami. Tapi nama saya itu Rembulan bukan Bulan."

"Memang kami ada menyebutkan nama adik kami." ucap Nick dengan wajah datar dan alis sedikit terangkat

"Sial, bego banget sih lo Bulan, astaga. Ini namanya gue kena getah sendiri. Lagian bang Nick juga, dari tadi diem aja. Sekali ngomong, langsung ulti. Matilah gue. Harus ngelak apa lagi, coba. Ah, bodo lah. Gue tinggal pergi aja, kan beres." batin Bulan

"Terserah kalian mau percaya atau gak. Saya gak perduli. Saya akan tetap pergi dari sini."

"Kamu pergi, maka mereka tidak akan pernah aku maafkan." ucap Nala menunjuk Darius beserta ketiga anaknya

Kenapa Harus aku... (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang