Bab 11

1.6K 69 0
                                    

Selamat Membaca...

.

.

Kita adalah satu orang dengan rasa sakit berbeda bergabung menjadi satu..

Menghasilkan segala rasa sakit..

Hingga aku yang menempati ragamu bahkan sulit untuk membedakan..

Mana rasa sakit milikmu dan mana rasa sakit milikku.. ~Nala

Berbeda dengan Alan. Dia masih memikirkan kondisi sang kembaran. Dia berusaha mencari informasi mengenai kondisi sang adik. Setelah berhasil mengetahui kondisi sang adik.

Bukannya senang, ia malah menjadi sedih. Karna kabar mengenai adiknya yang dilarikan ke rumah sakit, akibat aksi bundir yang dia lakukan. Dan lebih parahnya lagi keluarga kandungnya tidak ada yang menjenguknya sama sekali.

Apakah mereka tidak tau dengan kondisi Nala, apakah setidak peduli itukah mereka sama Nala?

Jawabannya ya, karna di sekolah Nala tidak menggunakan marga Alexander. Dan saat ditanya mengenai keluarganya, dia selalu menjawab jika dia hanya sendiri. Tidak ada satu orang pun keluarga.

Itulah sebabnya dari pihak sekolah tidak ada yang mengabarkan kepada keluarga Alexander jika Nala masuk rumah sakit. Karna mereka tidak tau. Ada pun abang kandung mereka yang juga bersekolah di sana. Tapi saat itu ia sedang sakit dan berhalangan masuk.

Sedangkan dia yang mengetahui dan bahkan menjadi saksi sekaligus pelaku dari kejadian jatuhnya Nala dari rooftop sekolah, hanya diam tanpa memberitahukan kejadian tersebut pada ayah dan abang abang mereka.

Malah dia memanas manasi sang ayah dan abang abangnya dengan bilang. Jika sudah berhari hari Nala tidak pulang dan masuk sekolah. Dan Nala malah memaki dirinya saat ditanya, ketika mereka bertemu di luar pada malam hari.

Dan itu berhasil membuat ayah beserta abang abangnya menjadi marah dan mencari keberadaan Nala, berniat untuk menghukumnya. Tapi hasilnya nihil, keberadaan Nala susah dilacak dan diketahui oleh mereka.

Keluarga Seraphine yang mengetahui itu tidak tinggal diam. Mereka semakin memperketat keamanan Nala dan sedang menyusun rencana pembalasan dendam pada mereka, terutama dia. Itulah alasan kenapa Nala susah untuk ditemukan.

"Saat Al bertanya, "Adek.. bagaimana bisa- dan kenapa kamu tidak mengeluh kesakitan sama sekali."

"Dengan santainya Adek menjawab, "Jika tidak terluka itu baru aneh" , lalu ia berkata lagi "Tidak apa apa. Na udah biasa..", ucap adek santai dan kembali tidur. Seolah luka itu gak berarti apa apa baginya."

Hancur sudah pertahannya, mengingat wajah pulas sang adik. Dengan banyaknya luka yang menghiasi tubuh putihnya.

"Bagaimana bisa-, A- dek keliatan biasa aja, tanpa ngeluh kesakitan. Dan- masih bisa ketawa bareng kita. Saat masih di rumah sakit sampai tadi."

"Ayah~ Kenapa adek gak nangis~ Kenapa adek gak ngeluh~ Seberapa parah penderitaan adek selama ini~" ucap Alan menangis pilu sembari menarik narik baju depan sang ayah

"Kenapa mereka jahat ayah~ Seberapa besar kesalahan adek sama mereka~ Waktu kecil, mereka mengacuhkan adek bahkan memakinya~ Tapi adek cuma diam, hiks. Bahkan a- dek gak bilang sama Al, ka- lo mereka nyu- ruh adek buat gak deketin Al~ A- dek gak pernah cerita ke Al, semua perbuatan buruk mereka ke adek~ A- dek selalu milih buat simpan sendiri~ A- dek juga ngorbanin dirinya, dengan dibenci sama keluarga besar Alexander waktu itu~ Supaya A- Al, dibawa pergi dari mansion ayah Darius dan gak dihukum, karna udah lukain dia, eeee hiks hiks~ Kenapa adek lakuin itu, hiks~ Kenapa ayah!~ Kenapa!"

Kenapa Harus aku... (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang