Bab 45 S2

848 34 0
                                    

Selamat membaca...

.

.

Setelah kejadian tadi. Yang dimana Alpha menyatakan cinta pada Bulan. Suasana diantara mereka jadi dingin. Para abang Bulan kecuali Alan, menatap tidak suka pada Alpha. Bahkan mereka juga sengaja berjarak saat duduk di kantin. Padahal biasanya mereka akan duduk gabung bersama sama.

"Emmm, bang udah dong marahannya. Makan dulu yok, makan makan. Nanti ke buru dingin makanannya."

Bukannya menjawab. Mereka semua menatap Bulan dengan dingin. Membuat Bulan tanpa sadar meneguk ludahnya.

"Salah lagi gue. Padahalkan niat gue baik. Mending gue diem aja deh."

>>>>>>>>

Bel pulang sekolah berbunyi. Pertanda seluruh siswa maupun siswi sudah bisa pulang.

Kali ini, bukan lagi Bulan. Alan. dan Nala. yang harus menunggu para abang. Karna, saat bel berbunyi para abang sudah menunggu di depan kelas. Bahkan tak segan segan mereka masuk ke dalam kelas. Lalu membawa ketiga adik mereka beserta barang barang sang adik.

Saat berada di dalam mobil. Ternyata sudah ada papi Abi beserta ayah Sam yang sudah menunggu kehadiran mereka. Ketiga bungsu itu, duduk tenang dalam pangkuan masing masing abang. Gerak sedikit aja, mereka langsung dihadiahi tatapan tajam dari ketiga abang mereka.

Alan dipangku Lio. Bulan dipangku Gibran. Dan Nala dipangku Aksa.

Gimana gak takut mereka. Bahkan tadi aja, Alan sempat berkata ingin duduk sendiri begitu pun Nala. Tapi langsung dihadiahi tatapan tajam dari kedua abang mereka dan ucapan dingin mereka.

"Ini, ngapa jadi dingin banget ni mobil. Perasaan Cuma karna tu cowok bilang suka sama gue. Kenapa kita malah jadi kek tahanan yang berbuat salah gini ya. Bahkan kakak dan abang juga kena." batin Bulan.

Lalu ia menghela nafas dan bersandar pada dada sang abang.

Seakan tidak merasa bersalah. Dengan berani Bulan mengambil salah satu tangan Gibran, untuk diletakkan di atas kepalanya. Karna ia minta diusap.

"Nanti kalo sampe mansion bangunin. Baru, dilanjut lagi marahnya. Sekarang adek ngantuk, mau tidur bentar." ucap Bulan memejamkan kedua matanya

Mereka semua hanya diam, tidak ada yang menjawab. Walau begitu, Gibran tetap melakukan keinginan sang adik. Dengan lembut ia mengusap kepala adiknya itu. Bahkan saat Bulan sudah benar benar terlelap, ia mengubah posisi tidur sang adik agar lebih nyaman.

Bahkan Alan dan Nala, tanpa sadar juga sudah bersandar pada dada bidang sang abang. Terlihat dari wajah mereka, jika mereka juga sangat mengantuk. Padahal jarak antara mansion dengan sekolah tidak terlalu jauh.

Tapi entah kenapa, kali ini terasa sangat jauh. Mungkin efek kelelahan sehabis tanding basket tadi. Sehingga membuat mereka ngantuk dan berakhir tertidur, secara serentak.

Melihat kedua adik mereka juga ikut tertidur seperti adik bungsu mereka. Baik Aksa maupun Lio juga melakukan hal yang sama, seperti yang di lakukan Gibran pada Bulan. Sedari tadi papi Abi serta ayah Sam memperhatikan mereka dari kaca mobil.

"Adik kalian kenapa?"

"Tadi habis tanding basket bersama teman temannya." jawab Lio

"Lalu kalian kenapa? Kenapa kalian terlihat dingin ke adik kalian."

"Tadi salah satu temen Alan ada yang bilang suka ke adek." ucap Gibran

Ucapan Gibran berhasil membuat ayah Sam ngerem mendadak. Para abang yang mengikuti di belakang otomatis juga ikut ngerem mendadak.

Kenapa Harus aku... (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang