Bab 33 S2

983 45 0
                                    

Selamat Membaca...

.

.

Saat sudah berada di hadapan ayah Sam. Papa langsung menggendong sang adik di punggungnya. Walau harus dengan paksaan.

Papa Brian mendudukkan sang adik di samping sang putri.

Ayah Sam langsung memeluk tubuh putrinya dari samping. Ia seperti orang linglung dan ketakutan.

"Gak apa apa ayah. Adek di sini. Adek gak pergi. Jadi tenang ya. Nanti ayah jadi sakit." ucap Bulan sambil mengusap bahu sang ayah dengan tangan satunya

"Tadi ayah mimpi adek ikut pergi sama bunda Au dan tersenyum ke arah ayah. Adek tinggalin ayah."

"Enggak, adek gak pergi kemana mana."

"Tapi, tadi adek gak ada di kamar sama ayah."

"Oh, itu karna, adek habis bawa pulang anak kembar nakal ayah tu." ucap bulan pada ayah Sam. Sambil menunjuk si kembar A dengan dagunya

"Oh iya. Abang Ebi gimana sih. Itu abang kembarnya diobatin dulu. Ayah juga ini, tangannya berdarah."

"Iya iya, ini mau abang obatin kok." ucap Febian mulai mengobati si kembar A

"Abang Ric juga tolong bantu obatin bang Ran Ran ya. Kayaknya demam deh. Soalnya, badannya panas."

"Kalo perlu di infus aja. Habisnya nakal sih. Bang Ran Ran udah tau sakit malah keluyuran. Bukannya tidur di rumah." ucap Bulan kesal

"Sebenarnya, semenjak kamu pergi. Gibran juga jarang balik ke mansionnya dek. Orang tuanya gila kerja. Dulu dia punya adik perempuan juga. Tapi adiknya meninggal karna telat mendapat pertolongan. Saat itu Gibran masih kecil, begitu pun sang adik. Kedua orang tua mereka sama sama sibuk kerja. Sejak adik Gibran meninggal. Gibran berubah menjadi orang yang dingin."

"Tapi sejak ketemu kamu, Gibran kembali jadi pribadi yang hangat. Makanya waktu kamu pergi, Gibran kembali menjadi dingin. Dan kami tau, kalo Gibran mengidap insomnia akut. Semua itu karna ingatan saat kematian adiknya yang ada di depan matanya. Makanya dia sering mengonsumsi obat tidur. Dia sering bawa obat itu, waktu ke markas." jelas Harry

"Kamu liatkan Bulan. Banyak yang menderita dan sedih saat kamu pergi. Yang mereka sayangi itu karakter dan sifatmu, bukan ragaku. Kehadiranmu, menyembuhkan luka mereka. Jadi jangan pergi lagi. Tetaplah di sini." ucap Nala

"Tapi Nala. Mereka seharusnya menyayangimu bukan aku. Aku hanya-

"Aku sudah bilang, jangan pernah menyebutkan kata "Menumpang atau meminjam raga". Aku tidak suka mendengar nya. Kamu juga berhak bahagia. Dan aku juga senang karna sekarang aku mendapatkan seorang adik yang imut sepertimu."

"Apa maksudnya adik. Aku itu lebih tua ya darimu di kehidupan pertamaku. Dan di kehidupan kedua kita seumuran. Terus di kehidupan kali ini aku juga-

"Eh tunggu dulu. Umur Rembulan 15 tahun dan aku yang menempatinya sekarang. Terus kamu 16- tahun~"

"Huaaaa gak mau. Gak mau tau. Kita seumuran. Kenapa umurku semakin muda sih. Gak mau pokoknya." ucap Bulan dengan tangis buayanya

"Udah dek terima nasib aja. Bukan Cuma umur kamu aja yang berkurang 1 tahun. Tapi tinggi badan kamu aja juga berkurang banyak. Dulu waktu di badan Nala aja kamu udah kurang tingginya. Dan sekarang makin menciut aja. Pasti gampang nanti kalo diangkut sama om om penculik." ucap Febi

"Ha? Tunggu dulu. Tiggi badan kamu sekarang berapa?" tanya Bulan pada Nala

"Kalo sekarang sih 160 dan bang Al 175. Tinggi rata rata keluarga ini 180 untuk pria. Dan wanita nya 170 an."

Kenapa Harus aku... (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang