Bab 44 S2

656 32 0
                                    

Selamat Membaca...

.

.

Keesokan paginya...

Bulan sudah dinyatakan sembuh total. Jadi ia sudah dibolehkan untuk masuk sekolah. Sebenarnya para orang tua masih ingin menahan Bulan untuk tidak masuk sekolah. Tapi Bulan bersikeras ingin masuk sekolah, dikarnakan hari ini ada pelajaran olahraga yang paling dia sukai.

Sebelum berangkat, Bulan diberikan banyak nasehat oleh seluruh keluarganya. Bahkan kakak dan abang abangnya juga diberikan nasehat untuk selalu menjaga serta mengawasinya.

"Ingat, adek gak boleh kecapekan."

"Jangan jajan sembarangan."

"Dimakan bekalnya."

"Obatnya jangan lupa diminum."

"Gak boleh pergi sendirian tanpa kakak atau abang abang kamu."

"Kalo capek langsung ke papi Abi aja."

"Iya iya. Astaga, adek sampe bingung ini. Yang mana yang mau didengerin." jawab Bulan

"Didengar semua. Awas aja kalo salah satunya gak dikerjain. Pulang pulang kamu abang suntik. Atau kalo perlu abang dateng ke sekolah buat bawa pulang paksa kamu." ucap bang Febi

Mendengar kata suntik membuat Bulan merinding.

"Em, kayaknya adek udah telat ni. Ayo kak, bang, pi kita pergi sekarang. Adek berangkat dulu ya semua, byeeeee." ucap Bulan berpamitan pada mereka. Tak lupa ia mencium kilat pipi para orang tua. Dan pergi lebih dulu ke parkiran.

"Adekkk, jangan kabur kamu. Jawab abang dulu!" teriak bang

"IYAAAA!" teriak Bulan sambil menyembulkan kepalanya dari pintu utama. Yang masih bisa terjangkau oleh penglihatan mereka.

>>>>>>>>>

Bulan dan rombongan sudah sampai di sekolah. Mereka disambut oleh teriakan dari siswi sekolah dan tatapan kegum dari para siswa. Tak sedikit juga dari mereka yang menatap iri serta sinis pada mereka.

Tapi bulan dan rombongan tidak ambil pusing dan meneruskan langkah mereka menuju ruangan masing masing.

"Pi, kita duluan ya." ucap Bulan mewakili kakak dan abang abangnya. Tak lupa ia juga menyempatkan untuk mencium pipi sang papi. Di ikuti Alan dan Nala. Untuk para abang yang lain, hanya mencium punggung tangan sang papi.

Dan papi Abi membalas mereka bertiga dengan mencium dahi mereka masing masing.

"Belajar yang rajin. Ingat, jika adek lelah datang ke ruangan papi."

"Siap bos." ucap Bulan sambil memberi hormat

Para abang mengantarkan ketiga adik bontot mereka. Baru menuju kelas masing masing.

Saat di dalam kelas. Bulan, Nala dan Alan bersiap untuk berganti baju dikarnakan jam pelajaran pertama adalah olahraga. Dan entah sejak kapan, kelas mereka digabungkan dengan kelas dari kakak tirinya itu.

"Apa dari dulu emang kelas kita gabung ya? Atau baru digabung sekarang?" batin Bulan. Saat mereka sudah berkumpul di lapangan dengan seragam olahraga mereka

"Ugh, mata gue ternodai. Body gak seberapa udah dipamerin gitu. Coba kalo gue juga boleh kayak gitu. Apa gak insecure mereka nanti." batin Bulan melihat pada beberapa siswi kelas kakak tirinya itu. Yang mengenakan pakaian olahraga serba ketat, termasuk kakak tirinya.

"Ih, apaan tu uler keket. Deket deket bang Al. Wah gak bisa dibiarin ni." batin Bulan lagi

Dengan berani Bulan maju di barisan depan bersama sang kakak Nala. Dia berdiri di sebelah sang abang, setelah menukar posisi sang abang dengan teman kelasnya.

Kenapa Harus aku... (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang